Lanjutan Cerita Harumi, harap membaca cerita tersebut, agar bisa nyambung dengan cerita berikut.
Mia tak menyangka, jika selama ini, sekertaris CEO yang terkenal dingin dan irit bicara, menaruh hati padanya.
Mia menerima cinta Jaka, sayangnya belum sampai satu bulan menjalani hubungan, Mia harus menghadapi kenyataan pahit.
Akankah keduanya bisa tetap bersama, dan hubungan mereka berakhir dengan bahagia?
Yuk baca ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara Insta Story
Jangan lupa subscribe, like nyaa ...
Usai beristirahat di rumah Anggara, dan berbincang banyak tentang Anggita. Sesuai janjinya siang harinya Ari mengantarkan dua perempuan itu, setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya terlebih dahulu. Pria itu datang membawa mobil, yang katanya milik rekan kerjanya. Anggara juga turut serta.
Mereka melewati jalan tol yang membuat waktu tempuh lebih singkat dari beberapa tahun silam, yang harus melewati jalan raya biasa, dengan Medan cukup ekstrim.
Ini kali pertama, Mia mengobrol banyak dengan pria yang bekerja sebagai staf di salah satu kementrian. Ari juga sudah resmi diangkat sebagai pegawai negeri sipil.
Mia sampai tak habis pikir dengan rekan kerja sekaligus sahabat dari Anggita, yang justru lebih memilih menikah dengan Dimas.
Sejak dibentak oleh CEO tempatnya bekerja, hanya karena masalah sepele. Rasa kagum Mia pada Dimas, sontak menghilang. Andai saat itu dia tak sengaja melakukan kesalahan sepele, mungkin dia tak akan tau sisi lain pemilik perusahaan.
Bisa-bisanya Rumi memilih pria seperti Dimas, yang memiliki dua kepribadian berbeda?
Dari cerita yang dia dengar dari Anggita dulu, serta interaksinya sendiri dengan Ari selama beberapa jam kebersamaan mereka. Mia bisa menyimpulkan, jika Ari adalah pria tulus, dan royal, juga bertutur kata lembut. Pria langka di jaman sekarang, yang kebanyakan mementingkan diri sendiri.
"Mas, Ari udah punya pacar belum?" Tanya Mia tiba-tiba, dia duduk di kursi belakang bersama Andita.
Hari sudah malam, mereka sedang dalam perjalanan kembali ke rumah Anggara. Usai menjenguk dan memberikan uang pada Nia, untuk bayaran semester serta sedikit tambahan uang bulanan. Tadi Ari juga memberikan beberapa lembar uang berwarna merah, katanya untuk hadiah perkenalan.
"Belum, kenapa emang? Kamu mau mengenalkan perempuan pada saya?" Tanya Ari di balik kemudi.
"Nggak, cuman pengen tau aja." Jawab Mia santai.
"Belum Move on, ya mas?" Giliran Andita angkat bicara. "Padahal mantannya aja udah punya anak satu loh, ayo dong mas Ari move on, tunjukan bahwa Mas Ari udah bisa lupain mantan." Dia berusaha menyemangati. Sebagai mantan rekan kerja Rumi di showroom, Andita tau sedikit tentang kisah masa lalu mereka.
"Move on sih udah, Dita! Cuman kalau untuk memulai lagi, kayaknya entar dulu. Saya mau fokus pada keluarga dan karier, lagian cewek pasti nuntut untuk perhatian dan waktu, sementara kerjaan saya, mengharuskan untuk pindah ke kota satu ke kota lain, atau antar pulau." Ari mengambil jeda sejenak. "Saya tidak mau mengulang kesalahan, yang membuat pasangan saya berpaling."
Suasana yang tadinya ceria, kini malah menjadi haru. Penghuni jok belakang, merasa canggung. Lebih tepatnya merasa bersalah, karena sedikit menyinggung tentang masa lalu pria di balik kemudi.
Ari melirik ke arah spion dalam mobil, dia tersenyum kecil. "Kenapa jadi diam? Nggak usah merasa bersalah gitu, saya nggak apa-apa, kok!"
"Kita nggak enak, takut Mas Ari sedih." Ungkap Andita.
Dari samping kemudi, Anggara justru tertawa, "Mbak-mbak ternyata bisa kalem juga, ya! Angga pikir, kalian selalu bawel kayak mbak Gita."
"Apaan sih, Ngga! Kita cuma ..." Untung saja cahaya di dalam mobil, sangat minim, sehingga kedua penumpang di depan, tidak mengetahui wajah memerah Andita.
"Sudah-sudah, ayo cerita lagi kayak tadi, biar saya nggak ngantuk nih." Ari menyela.
"Oh, ini mas, Mia lagi galau gara-gara diajakin nikah buru-buru sama pacarnya, padahal tanggungan dia masih banyak." Ungkap Andita.
Mia menarik Hoodie yang dikenakan perempuan di sebelahnya, "Apaan sih, Lo! Kenapa jadi gue?" Protesnya.
"Ya kan tujuan liburan Lo, buat refreshing karena lagi mumet sama pacar Lo." ujar Andita.
"Emang pacarnya Mbak Mia siapa?" Tanya Anggara. Dia mengenal Mia, karena merupakan tetangga kubikel Anggita selama lebih dari lima tahun lamanya.
"Kamu pasti kenal deh, Ngga! Itu loh rekan kerja kakak ipar kamu, yang mukanya nggak pernah senyum sama sekali." Tutur Andita.
"Apaan sih Andita?" Mia mendengus kesal.
"Lah emang bener, Mas Jaka Lo itu pelit banget senyumnya, mukanya kaku kek kanebo kering." Andita mengenal Jaka selain sebagai rekan Fero, juga sahabat Niko, pria yang sedang mendekatinya.
Kedua pria itu kompak tertawa mendengar perdebatan di jok belakang, yang membuat Mia dan Andita menghentikan perdebatan. Mungkin merasa malu.
"Sudah-sudah, nggak usah ribut. Lagian mau pelit senyum ke orang lain, tapi kalau sama Mia pasti senyum terus, dong!" Ari menyela.
"Nah itu mas, ya ampun! Itu kalau aku nggak jadi pacarnya, aku nggak bakal tau kalau Mas Jaka punya lesung pipi di pipi kirinya, mana manis banget. Bertahun-tahun kerja, aku baru sadar." Mia antusias menceritakan tentang kekasihnya.
"Hebat Lo, mbak! Bisa buat muka lempeng itu, punya nyawa." Andita tertawa.
"Andita rese ih ... Urus tuh Koko bucin, Lo!"
"Kenapa jadi gue?" Andita protes. Dan kembali terjadi perdebatan di jok belakang, sedangkan dua penumpang di depan hanya bisa menggelengkan kepalanya, menghadapi kedua perempuan berisik itu.
***
Mia selalu mengunggah semua kegiatan liburan nya di insta story, tak lupa men-tag Andita, Ari juga Anggara.
Termasuk saat mereka mengunjungi pantai selatan yang berbatasan langsung dengan samudera.
Dia memposting, foto ketika mereka membelakangi kamera, dan saling bergandengan. Juga saat Ari mentraktir oleh-oleh untuk dua perempuan itu.
Tanpa Mia sadari, ada beberapa orang yang memiliki ekspresi berbeda begitu melihatnya. Ada yang marah, sedih, ataupun turut senang dengan hal itu.
Yang senang tentu rekan satu divisi Mia, karena mereka tau, akan ada pesta kecil-kecilan di divisi mereka.
Yang sedih tentu Rumi, dia melihat mantan calon suaminya, masih bisa akrab dengan teman dekatnya.
Dan terakhir yang marah, tentu dua lelaki sedang dekat dengan dua perempuan itu. Siapa lagi kalau bukan Jaka dan Niko, keduanya sedang bersama, membahas tentang pekerjaan.
Niko baru saja tiba tadi siang, dan Jaka menjemputnya di bandara. Mereka sedang berada di unit apartemen milik Jaka.
"Lo nggak punya wine atau bir, gitu?" Tanya Niko yang sedang duduk di atas karpet sambil menghadap laptop.
"Mana ada gue kayak gitu." Sahut Jaka, yang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya.
Niko mengambil ponsel, dan menghubungi seseorang, guna meminta dibawakan beberapa kaleng bir. "Baru ditinggal sebentar, ada aja kelakuan Dita. Minta dicip*k sampai pingsan kali, ya!" gerutunya, usai menyelesaikan panggilan telepon.
Jaka menaruh laptopnya di meja kaca, lalu duduk bersandar, kepalanya mendongak menatap langit-langit ruang tamu unit apartemennya. "Kemarin gue ngajak Mia nikah. Lo tau kan, kalau waktu gue nggak banyak? Tapi dia langsung nolak, dengan alasan kalau tanggungannya masih banyak." Dia mulai memijat kepalanya. "Sangkain dia, gue nggak bisa kali, menghidupi dia dan keluarganya."
"Ya elo kasih tau dia lah, kalau Lo siap gantiin dia, buat kasih nafkah ibu sama adik-adiknya." Sahut Niko.
"Itu gue omongin kalau kami udah resmi Nikah. Gue nggak mau dicap sombong atau merendahkan dia."
"Terus apa rencana Lo?"
"Ini yang mau gue tanya ke Elo? Elo kan ada aja ide brilian," Jaka menegakan punggungnya, dia menatap sahabatnya. "Apa perlu gue ngelakuin kayak Fero? Pokoknya sebelum anak temennya Bu Dessy datang, gue harus udah nikahin Mia, syukur-syukur dia udah hamil."
Niko mengetuk-ngetuk jarinya pada meja kaca di depannya, seraya melihat peta di depannya. Lalu ketukan itu berhenti, dia menoleh menatap sahabatnya, "Lo serius udah siap dengan segala kemungkinan, kan? Demi bisa bersama cewek Lo?" Tanyanya.
Jaka mengangguk, "Jutaan rius, malah."
"Oke, ikuti cara gue, dan jangan pernah protes."
Jaka menaikan sebelah alisnya, dia penasaran dengan apa yang akan dilakukan pria cindo itu, tapi dia tau, kemungkinan rencana Niko akan berhasil.
jangan sampai di unboxing sebelum dimutasi y bang....
sisan belum up disini rajin banget up nya....
terimakasih Thor....
semangat 💪🏻