Anastasia, seorang gadis cantik namun bernasib malang.
Dia di tinggalkan oleh kedua orang tuanya dan kini hidup sebatang kara.
Tapi, hal itu sama sekali tak melunturkan semangat hidup Anastasia.
Dia tetap tumbuh jadi gadis yang cerdas dan berpendidikan tinggi.
Hingga pada suatu hari, kehidupan Anastasia seketika berubah drastis saat ia harus terjebak dengan seorang pemuda tampan, kaya raya, namun berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Setelah berada di dalam kamar khusus, Adam mengambil sesuatu di dalam laci sebelah tempat tidur.
"Duduk!" Adam langsung menuju sofa.
"Tanda tangan." Adam menyodorkan surat perjanjian kehadapan Ana.
"Apa ini Tuan?" Ana membuka halaman demi halaman.
"Maksud Tuan, saya harus kerja hanya untuk Tuan?" Ana menggeleng kepalanya.
"Saya sudah menolak ini sebelumnya Tuan."
"Saya tidak terima penolakan, tanda tangan sekarang!" Wajah Adam merah padam.
"Tapi Tuan..."
"Kalau kamu selalu membantah, maka aku tidak akan segan-segan menghancurkan semua orang yang dekat denganmu. Aku bukan pria yang sabar, tapi karena kamu aku harus bersabar."
Ana yang mendengarnya hanya mampu menatap Adam penuh tanya, tidak tahu apa maksud Tuannya itu.
"Baiklah, tapi.... hanya melayani minuman saja kan?"
"Tentu saja! Aku tidak tergoda oleh tubuhmu yang kurus itu." Jawab Adam ketus.
Adam langsung berdiri menuju kamar mandi.
"Sial, kenapa kamu harus berdiri sekarang?" Adam melihat ke arah bawahnya yang sudah menegang.
Ana menandatangani surat kontrak yang di dalamnya berisi beberapa syarat.
Dia harus melayani pihak pertama kapan pun dia membutuhkan.
Pihak kedua tidak boleh dekat atau melayani pria lain.
Kalau pihak pertama sudah bosan, maka pihak kedua bisa terbebas.
Gaji yang di dapatkan Ana 2x lipat dari gaji karyawan biasa.
Adam keluar dari kamar mandi, dia sudah membersihkan diri dan menidurkan Juniornya.
"Maaf Tuan, Tuan harus menambah di bagian sini, hanya sebatas minum?" Jelas Ana.
Adam menurut, dia menambahkan yang Ana minta.
"Kenapa aku menjadi penurut seperti ini?" batin Adam.
***
Keesokan paginya pukul tujuh pagi, Ana sudah bersiap keluar, dia tidak membangunkan Adam dan langsung berjalan ke arah pintu.
"Kamu mau kemana?" Suara Adam terdengar mengerikan.
"Maaf Tuan, saya harus kembali." Ana langsung keluar, tanpa perduli dengan tatapan tajam dari Adam.
"Dasar bocil, hanya dia perempuan yang sangat berani padaku, dia perempuan pertama yang menolak pesona seorang Adam." Adam berdiri lalu menuju kamar mandi.
***
"Mia!!" Ana terkejut saat menoleh kebelakang.
"Ana, aku pikir kamu perempuan baik-baik, ternyata sama saja, pelacur!!" Mia menatap Ana dari atas sampai bawah.
"Kamu sudah menjadi jalang sekarang, pantas saja kemarin kamu memakai pakaian bagus, ternyata hasil dari Om-om. Sudah berapa lama kamu menjadi jalang?"
"Bukan urusan kamu!" Ana hendak melangkah pergi namun tiba..
BRAKKK!!!
Mia mendorong Ana hingga jatuh kelantai.
Elliot yang baru saja keluar terkejut melihat wanita yang kemarin malam dia kagumi, Elliot langsung membantu Ana berdiri.
"Kamu tidak apa-apa?"
Ana menggelengkan kepalanya. "Terimakasih Tuan!"
"Kenapa kamu mendorong dia?" Tanya Elliot dengan raut wajah murka.
"Tuan, dia sengaja menjatuhkan tubuhnya di hadapan anda, dia memfitnah saya Tuan. Sebenarnya kita baru bertemu, tapi dia marah karena saya mengambil pelanggannya." Dusta Mia seraya menangis.
Ana hanya menggeleng kepalanya tidak habis pikir.
"Permisi Tuan, saya buru-buru."
Ana langsung beranjak pergi dari sana.
"Tunggu ... Aku akan mengantarmu pulang!" Elliot segera mengikuti langkah Ana.
Hingga akhirnya mereka berdua sampai ke parkiran.
"Masuk! Tidak apa-apa aku tidak akan macam-macam." Elliot membuka pintu mobil untuk Ana.
Ana menurut, dia langsung masuk ke dalam mobil, Elliot langsung masuk ke sisi yang lainnya.
Adam yang baru saja keluar melihat Elliot menutup pintu untuk seorang perempuan.
"Tumben, dia mengantar jalang pulang?" Adam langsung masuk ke dalam mobil dan ikut meninggalkan club.
Hari ini jadwalnya masuk kantor, sudah hampir seminggu dia tidak masuk kantor.
Sebenarnya Adam malas berurusan dengan perkantoran, makanya dia meminta Elliot yang menghandel semua pekerjaannya.
Dia hanya perlu datang sesekali untuk memantau kinerja para karyawannya, dan menandatangani kontrak kerja sama.
Adam kembali ke mansion megah miliknya, dia memutuskan pindah semenjak Ayahnya meninggal.
Rumah Ayahnya di huni oleh Ibunya, meski sebenarnya Adam sudah mengusir Ibunya dari rumah itu.
Tapi Ibunya tetap menolak pergi, dengan alasan dia juga memiliki hak atas rumah tersebut.
Penjaga langsung membuka pintu gerbang, saat mobil Tuannya masuk.
Adam melangkahkan kakinya menuju lantai atas untuk menuju kamar tempat dia beristirahat.
Sudah beberapa malam dia menginap di club.
"Maaf Tuan, apa anda sudah sarapan?" Pertanyaan asisten rumah tangga membuat langkah Adam terhenti.
"Belum .... Siapkan sarapan saya seperti biasa Bi."
Adam kembali melanjutkan langkah menuju kamar.
Kepala pelayan yang bernama Bi Yanti tersebut sudah di anggap seperti Ibunya sendiri.
Semenjak lahir beliau lah yang mengurus semua keperluan Adam. Dan sekarang hanya dia perempuan yang Adam hormati.
Bi Yanti langsung menuju dapur untuk menyiapkan beberapa menu sarapan.
Setelah hampir dua puluh menit, Adam sudah selesai bersiap, dia menggunakan jas formal seperti biasa.
Adam memiliki postur tubuh yang sangat bagus, tinggi 190 cm dengan kulit putih, serta otot-otot yang menambah ketampanan seorang Adam.
Meski sekarang usianya sudah 32 tahun tapi dia masih terlihat tampan dan gagah.
Adam langsung menyantap makanannya dalam keheningan.
"Kenapa dia tidak pernah melirik ke arah ku?" Gumam seorang pelayan yang memiliki tubuh indah dengan kemolekan yang luar biasa.
Dia kini tengah berdiri di sudut dapur sambil memandang ke arah Adam. Sosok yang selalu dia kagumi.
Pernah sekali dia menggunakan pakaian seksi dan mencoba menggoda Adam dengan keadaan pura-pura mabuk, tapi Adam mengabaikannya begitu saja.
Setelah itu dia di peringatkan agar tidak melewati batas, karena jika Adam sudah marah maka dia tidak segan-segan membunuh, apalagi seorang perempuan.
Adam berdiri meninggalkan ruang makan, hari ini ada jadwal meeting dengan klien luar negeri.
***
Tok....tok....
"Put... Putri... Lisa... Apa mereka masih tidur?" Ana mencoba mengetuk pintu beberapa kali.
"Ana!! Kamu baik-baik saja kan?" Lisa langsung memeluk tubuh imut itu.
"Iya, aku baik-baik saja. Tapi, aku lapar sekali." Rengek Ana.
"Ya sudah, tunggu disini aku akan siapkan nasi goreng kesukaan kamu." Lisa memang selalu membuat nasi goreng untuk sahabatnya itu.
"Taraaa!!! Nasi goreng special untuk orang yang special juga." Lisa meletakkan sepiring nasi goreng seafood di depan Ana.
Ana yang memang sedang kelaparan langsung menyantap makanan tersebut.
"Pelan-pelan, memangnya laki-laki itu tidak memberimu makan apa?"
Ana menggeleng sambil melanjutkan makannya.
"Apa dia melakukan kekerasan kepadamu?" Lisa sangat penasaran.
Ana hanya menggeleng lagi.
"Terus, apa yang dia lakukan, apa dia memperkosamu?"
Lagi-lagi Ana hanya menggeleng.
"Jangan bahas itu dulu, aku sedang makan. Oh iya ya Putri mana?" Tanya Ana.
"Putri, semalam dia di booking sama seseorang, awalnya dia menolak. Tapi, laki-laki itu mengancam akan mencelakai kita semua, jadi ya terpaksa..."
"Apa!!! Kenapa bisa begitu, bukannya kalian mengatakan kalau disana sangat ketat? Di sana kita hanya bekerja untuk mengantar minuman saja. Tapi, kenapa harus melayani mereka juga? Aneh sekali." Ucap Ana yang kini sudah selesai dengan sarapannya.
"Ya, namanya juga club malam, mana ada perempuan yang masih perawan di sana, makanya aku memperingatkan kamu, jangan pernah mengatakan kalau kamu masih perawan." Lisa membawa piring kotor bekas Ana ke dapur.
Tok...tok....tok....
Ana membuka pintu langsung terkejut melihat Putri pulang dalam keadaan seperti itu.
"Pit, Lisa mengatakan bahwa kamu di paksa. Tapi, kenapa kamu terlihat senang sekali, membawa banyak belanjaan juga." Ana penasaran melihat Putri pulang dalam keadaan semringah di tambah dia pulang membawa banyak belanjaan.
"Aku sedang menang banyak hari ini. Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan, aku yang traktir?" Putri masuk kedalam rumah lalu mendudukkan tubuhnya di atas sofa.
"Boleh, aku ingin pergi ke mall, dan ke restoran yang terkenal. Banyak yang mengatakan bahwa makanan disana harganya sangat mahal." Lisa terlihat antusias sekali saat Putri mengajak mereka pergi.
"Bagaimana Ana? Kamu jarang sekali loh pergi jalan-jalan, baru Minggu ini kamu menganggur?" Tanya Putri.
"Baiklah, aku ikut saja deh?" Ana masuk ke dalam kamar untuk mandi, karena tubuhnya terasa sangat lengket.
**************
**************