Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -30- Fiza Ke Kantor
Dua bulan berlalu.
Selama dua bulan ini Yumna benar-benar menjadi mentor yang sangat profesional bagi Arzian. Ia benar-benar bertekad membuat Arzian layak memegang kekuasaan yang selama ini ia pegang.
Yumna mengakui Arzian memang sangat pintar, cepat belajar. Sehingga dirinya tidak kesusahan mengajarkan Arzian banyak hal tentang menjadi CEO bahkan Owner Kavendra Group. Agar kelak, Arzian bisa menjadi CEO dan Owner yang hebat bahkan lebih dari dirinya atau pendahulunya.
Hubungan Arzian dan Yumna semakin dekat, tetapi keduanya cukup profesional sekali. Sedangkan hubungan dengan Herfiza sendiri, Arzian sama sekali tidak pernah menemuinya lagi setelah pertemuan di hotel. Berhubungan lewat chat dan telfon kini jarang, tetapi jika sang kekasih merajuk. Arzian langsung mentransfer sejumlah uang agar bisa digunakan untuk belanja kekasihnya.
Arzian sudah memberitahukan siapa dirinya pada Herfiza, wanita yang menjadi kekasih Arzian itu jelas terkejut. Karena kekasihnya adalah orang yang sangat kaya sekali, ia jelas bahagia cepat atau lambat kan yang akan menjadi Nyonya Arzian adalah dirinya Herfiza Dwi.
Faisal sendiri tidak tahu ke mana, padahal Arzian sangat penasaran dengan jawaban Faisal tentang semua informasi yang diberikan. Padahal itu semua tidaklah benar, ia memang bermasalah dengan Faisal sekarang. Namun, bukan berarti Arzian juga bermasalah dengan Herfiza. Perempuan itu mengaku tidak tahu apa-apa, ia pun merasa ditipu oleh Omnya sendiri.
Arzian jelas percaya pada Herfiza, biar bagaimana pun ia sangatlah mengenal Herfiza yang dikenalnya perempuan jujur dan sangat tulus mencintainya. Jadi mana mungkin Herfiza ikut menipunya.
Tanpa diketuk terlebih dahulu, seorang wanita cantik langsung berlari menghampiri Arzian dan memeluk Arzian dengan penuh cinta. "Sayang, aku rindu," rengeknya manja.
"Fiza, kenapa kamu ada di sini?" tanyanya dengan wajah datar. Bahkan Arzian terlihat tidak senang dengan kedatangan Herfiza yang tiba-tiba ke kantor, langsung masuk ke ruangan kerjanya dengan seenaknya.
"Aku rindu sekali sama kamu, sudah dua bulan lebih tidak bertemu. Apa kamu tidak rindu padaku. Kalau kamu tidak bisa menemuiku, biar aku saja yang menemuimu. Makanya sekarang aku ada di sini sayang, hanya untuk dirimu seorang," jawabnya dengan tersenyum manis.
"Aku rindu. Tapi kamu tahukan aku sibuk, sekarang pekerjaanku sangat banyak. Apalagi aku sedang dipersiapkan menjadi CEO, sayang. Bukan sengaja tak mau menemuimu, cuma aku sama sekali tidak ada waktu sekarang."
Herfiza langsung cemberut. "Kamu berubah, sayang. Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?"
Arzian pun tidak mengerti dengan perasaannya sekarang, cinta yang dulunya menggebu-gebu untuk Herfiza. Kini terasa biasa saja. Namun, dibilang sudah tidak cinta juga tidak bisa. Mungkin rasa cinta itu masih ada, tetapi tidak sebesar dulu. Atau dirinya sudah mencintai wanita lain, Arzian pun tidak tahu.
"Jangan berbicara seperti itu. Aku memang berubah, tetapi bukan karena sudah tidak mencintaimu lagi. Arzian yang dulu dan sekarang pun sangat berbeda. Aku sedang berjuang di sini saya, menjadi versi terbaik diriku. Saat waktunya nanti kamu bisa bangga menyebutku kekasihmu, sayang," bujuknya. Walau kata-katanya terkesan bualan semata.
Arzian berusaha melepaskan diri dari pelukkan Herfiza, tetapi rasanya sangat susah. Karena pelukkan Herfiza sangatlah erat. "Sayang, lepaskan pelukanmu. Ini kantor, aku tidak mau ada yang melihat kita berpelukkan. Kamu tahu kan statusku sekarang masih suami orang."
Dengan kesal Herfiza melepaskan pelukkannya pada sang kekasih, ia lalu duduk di kursi kosong yang ada di depan Arzian. "Bagaimana kamu bisa masuk sini?" tanya Arzian penasaran. Herfiza tersenyum mengingat, ia awalnya tidak diizinkan masuk oleh resepsionis karena tidak memiliki janji dengan Arzian. Padahal dirinya sudah mengaku bahwa dirinya adalah saudara Arzian. Tanpa perduli apapun, ia yang sudah tahu di mana ruangan kerja Arzian. Langsung mencari ruangnnya dan memaksa masuk.
"Cukup sekali ini saja kamu melakukannya. Jangan pernah membuat keribuatan lagi di kantor," tegasnya. Ingin sekali Herfiza menangis sekarang juga, karena dirinya sedikit terkejut Arzian mampu berbicara tegas dengannya.
Tanpa disangka, pintu terbuka muncullah Yumna. Arzian terkejut, tetapi ia bersyukur Yumna tidak sampai melihat adegan tidak pantas antata dirinya dan Herfiza. Karena yang Yumna lihat, Herfiza duduk biasa di depan Arzian.
"Ada Herfiza rupanya di sini," ujarnya seperti tengah menyindir Arzian.
Herfiz bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri Yumna, ia cepika-cepiki dengan Yumna. Seolah tidak terjadi apapun, ya memang tidak terjadi apa-apa. "Iniloh Kakak ipar, aku tadi masak banyak. Udah lama kan nggak bertemu Kakak ipar dan Arzian, jadi aku mutusin bawa masakanku untuk kita makan siang bertiga. Bukankah sebentar lagi sudah waktunya makan siang?" Herfiza menunjukkan rantang yang ada di atas meja.
"Tidak perlu. Terima kasih sebelumnya, saya ada urusan sendiri. Jadi kalian berdua saja yang makan siang bersama," tolaknya dengan halus. Panggilan Kakak ipar yang Herfiza berikan pada Yumna, sangatlah tidak Yumna sukai. Tidak ingin Yumna dengar dari Yumna. Karena kenyataannga Yumna bukan Kakak ipar Herfiza sampai kapanpun, adik ipar Yumna kan memang hanya tiga orang. Serra, Arveeta dan Darren.
"Urusan sepenting apakah sampai Kakak ipar tidak mau makan siang bersama kami berdua?" tanyanya dengan nada dibuat-buat.
"Sangat penting," jawabnya ketus dengan wajah tak bersahabat. Yumna keluar dari ruang kerja Arzian tanpa pamit, tetapi beberapa menit kemudian Yumna masuk lagi.
"Kedatangan saya ke sini tadi sebenarnya ingin memberikan beberapa berkas penting yang harus Mas suami periksa." Herfiza menatap Yumna tak suka, karena Yumna seperti sengaja memanggil Arzian dengan Mas suami. Seakan menunjukkan pada wanita itu bahwa Arzian adalah suami orang.
Yumna belum pergi, ia memberikan berkasnya kepada Arzian. Lalu melihat jam yang ada di tangannya, setelah itu ia mengecek ponselnya. "Sepertinya urusan saya tidak jadi. Jadi bolehkan saya bergabung makan bersama kalian?"