Satu psikopat mampu menebar teror pembunuhan berantai, bagaimana jika ada enam psikopat berkumpul dalam satu tempat?
Sekelompok mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari kota Jakarta memutusan untuk liburan semester ke sebuah kota Kyoto dinegara matahari terbit, Jepang.
Mereka diajak oleh salah satu teman mereka, yang merupakan seorang blasteran Jepang bernama Ayana dan adiknya Yuki. mereka kemudian bertemu dengan seorang pemuda tampan asal Jepang yang mengajak mereka untuk mengunjungi sebuah kabin mewah ditengah hutan, kaki gunung Kurama.
Sekelompok remaja tersebut tidak tahu bahwa terdapat sebuah misteri dari hutan lebat tersebut, penduduk sekitar percaya bahwa pada saat kabut tebal turun dan menutupi isi hutan maka saat itupun para tentara Jepang jaman dulu keluar untuk mencari potongan tubuh mereka yang terpisah akibat terkena ledakan sebuah bom, penduduk desa meyakini hutan tersebut telah dikutuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SemyAngelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Matahari bersinar dengan cerah, saat ini tengah musim kemarau di jepang sehingga nampak, banyak dedaunan kering yang berjatuhan dan membuat pepohonan yang berada di hutan yang lebat itu pun nyaris tak terlihat adanya tanah, karena tertutupi oleh tumpukan daun kering.
Sebuah mobil jeep berjalan perlahan menyelusuri hutan diikuti oleh sebuah mobil Toyota dan sebuah motor Trail berwarna abu-abu.
Motor tersebut dikemudikan oleh seorang laki-laki yang mengenakan sebuah helm dan jaket berwarna hitam, pria tersebut juga terlihat membawa sebuah senjata api laras panjang dan ia jugalah yang telah mengemudikan sebuah truk Forklift untuk membuka akses jalan masuk.
Sekitar setengah jam perjalanan, mereka akhirnya sampai ditempat tujuan, pagar pintu kabin secara otomatis terbuka dan mobil jeep yang dikendarai oleh Ryu pun masuk, setelah sampai di halaman kabin, merekapun turun dari dalam mobil kecuali Ryu, lalu pemuda tampan tersebut pun meminta Ayana untuk menyuruh Rizal memasukkan mobilnya kedalam garasi.
Pria yang mengendarai sebuah motor trail kemudian berjalan keluar duluan dari dalam garasi, ia pun menghampiri lalu menyambut Ayana dan teman-temannya, pria itu pun membuka helmnya dan menampakan wajahnya yang rupawan.
“Konnichiwa minasan” pemuda tersebut tersenyum ramah.
“Konnichiwa” jawab Ayana mewakili teman-temannya.
“Kenalkan namaku adalah Genjiro, biasa dipanggil Genji”
“Apa kau adalah pemilik dari kabin ini?” tanya Ayana penasaran.
“Sayangnya bukan”
“Kenapa kau membawa senjata api?” ujar Yuki bertanya setelah dibisiki oleh Rey.
“Ah ini [mengeluarkan senjata laras panjangnya dan menunjukannya pada Yuki dan teman-temannya] tempat ini adalah hutan yang lebat, terkadang ada banyak hewan buas yang berkeliaran, jadi aku membutuhkannya untuk perlindungan diri, maaf jika senjata ini menakuti kalian”
“Ayo kita masuk kedalam terlebih dahulu” Ryu kemudian datang bersama dengan Rizal, seperti biasa Yuki atau Ayana yang menjadi penerjemah bagi teman-temannya.
Kabin tersebut terlihat sangat mewah, akan tetapi terlihat tidak terawat, dengan banyaknya tanaman liar yang tumbuh disekitar bangunan dan tembok kabin tersebut.
Tapi begitu mereka masuk barulah nampak perbedaannya, dari luar mungkin terlihat seperti rumah hantu akan tetapi didalamnya nampak sangat bersih dan terawat.
Mereka pun menyiapkan 3 buah kamar dilantai satu yang letaknya dibawah tangga dengan 1 buah kamar mandi. Satu kamar diisi oleh Ayana, yuki dan yukana sedangkan kamar disebelahnya diisi oleh Mendi dan Ririn lalu didepan kamar mereka yang berada didekat kamar mandi diisi oleh Andika, Rey, Rizal dan Doni,
Masing-masing memiliki ukuran kamar yang luas dengan sliding door ala Jepang dan perangkat tidur bernama Futon, Shikibuton sebagai alas tidur dan Kakebuton sebagai selimut yang digelar diatas Tatami [Tikar jerami yang ditenun] dipersiapkan untuk kamar tamu layaknya sebuah penginapan.
Setelah Ayana dan teman-temannya selesai membereskan barang bawaan, mereka pun berkumpul disebuah ruang tengah yang luas, lalu duduk dilantai beralaskan Zabuton [Alas busa yang dilapisi dengan kain] dan ada juga Zaisu [Kursi lesehan yang tidak memiliki kaki-kaki penyanggah] dan ditengahnya terdapat sebuah Chabudai [Meja pendek].
Interior dari dalam ruangan kabin tersebut terlihat sangat artistik dengan gaya Jepang yang khas, seperti lantai dari kayu berwarna coklat yang nampak bening dan ruangan tersebut disekat oleh Byobu [Sekat lipat ruangan dengan dekorasi lukisan], ruangan tersebut mengarah langsung pada halaman belakang yang terhalangi oleh sebuah Shoji [Pintu geser] yang ditengah nya terdapat kaca bening yang dapat menembus pemandangan halaman luar yang indah.
Berbeda dengan rumah mewah milik kakek Ayana yang sudah campur aduk dengan budaya barat, kabin tersebut nampak mempertahankan kebudayaan khas Jepang yang sangat kental dan terkesan elegan. Merekapun duduk bersama dan tidak lupa Genji dibantu Yukana menyediakan 3 buah teko berisi teh hangat yang ditempatkan pada sebuah cangkir khas negara Jepang yang bernama Yunomi, sebuah cangkir berbentuk tabung silinder yang terbuat dari tanah liat atau keramik.
“Dua teman kami masih belum datang, mereka adalah Yamada dan Tsubasa” ujar Ryu.
“Jadi siapa pemilik dari kabin mewah ini?” tanya Ayana lagi.
“Kau belum tahu?” Genji tertawa kecil, pemuda tersebut lalu menatap Ryu.
“Dialah orangnya” Genji menunjuk Ryu dengan anggukan kepalanya.
“Hah?” teman-teman Ayana juga terkejut setelah Yuki menerjemahkan pembicaraan antara Ayana dan Genji.
“Tapi kenapa kau bilang bahwa kabin ini adalah milik temanmu?” ujar Ayana bingung.
“Aku tidak mau dibilang tukang pamer, gomennasai [Maaf]”
“Jadi kedua orang tuamu sudah tidak ada?”
“Hmm..” Ryu hanya tersenyum lalu melanjutkan.
“Kalian bisa berjalan-jalan atau beristirahat, kemana saja asal tidak keluar dari pagar kabin! Apalagi jika kalian pergi kehutan tanpa adanya pendamping, kalian bisa saja tersesat akibat kabut tebal yang datang dari gunung”
“Apa kalian pernah dengar mitos menyeramkan tentang hutan disini?” Yukana tersenyum menyeringai.
“Jangan takuti mereka” ujar Kabuya tersenyum.
“Apa itu?” Yuki membalas.
“Ayana, maukah kau ikut aku keatas?” Ryu memotong pembicaraan.
“Ten..tu” ujar Ayana gugup, Ryu dan Ayana pun meninggalkan teman-temannya.
“Aku pergi keluar saja” Ririn kemudian menarik tangan Mendi karena dia tidak suka dengan cerita seram, akan tetapi Mendi terlihat antusias dan menolak ajakan dari Ririn. Doni kemudian berdiri lalu mengajak Ririn untuk keluar, mereka berdua pun meninggalkan ruangan tersebut diikuti oleh Rey yang dari tadi ingin berjalan-jalan mengelilingi kabin tersebut.
“Mereka nampaknya tidak tertarik untuk mendengarkan cerita seram mu, tapi kami yang disini ingin mendengarnya” Yuki menjelaskan.
Ditempat lain.
Ayana berjalan mengikuti langkah kaki dari pemuda tampan yang tak lain adalah Ryu, pemuda itupun perlahan menaiki sebuah anak tangga, lalu merekapun sampai disebuah kamar yang letaknya tidak jauh dari tangga.
Ryu pun membuka pintunya dan membiarkan gadis cantik tersebut untuk masuk terlebih dahulu, setelah masuk kedalam kamar tersebut, Ayana pun melihat sebuah ranjang , meja belajar dan beberapa pajangan foto Ryu dan keluarganya.
Ruangan tersebut terlihat tidak seluas kamar tamu yang ada dibawah, Ryu kemudian masuk tanpa menutup pintu kamarnya, lalu berjalan menuju kesebuah laci dan membukanya, Ryu pun mengambil sebuah kotak kayu berwarna coklat dan
memberikan kotaknya pada Ayana yang tengah terpaku berdiri, menatap bingkai foto Ryu dan keluarganya, pemuda itupun kemudian duduk diranjang tidurnya.
“Ini apa?” ujar Ayana, Ryu kemudian menarik sebuah bangku dari dalam meja belajar lalu mempersilahkan gadis tersebut untuk duduk dihadapannya.
“Buka saja”.
Ayana pun duduk lalu membuka kotak tersebut, terlihat raut wajahnya nampak terkejut, ia pun tersenyum lalu mengangkat sebuah benda dari dalam kotak tersebut. benda itu adalah sebuah gelang dengan potongan kayu kecil berwarna hitam berbentuk bulat, gelang tersebut adalah milik Ayana yang dulu pernah hilang di bukit saat dirinya masih kecil.