Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian lengkap. Dewa duduk di depan komputer miliknya.
Dewa menghela nafas lalu menghidupkan komputernya. Dewa menunggu beberapa saat, baru setelah itu dia memasukkan kode yang hanya dirinya sendiri yang tahu.
Dengan kecepatan jari-jarinya, Dewa mencari informasi cewek itu. Namun Dewa tidak menemukan apa-apa yang dicarinya.
"Aneh, biasanya aku sangat mudah mencari informasi seseorang. Tapi kali ini kenapa tidak bisa? Apa jangan-jangan dia ...." Dewa tidak meneruskan ucapannya.
Karena yang sulit di cari identitasnya adalah seseorang yang disebut-sebut teratai putih. Jadi Dewa berkesimpulan ke situ.
Dewa sekali lagi mencari informasi tentang teratai putih. Sebelumnya dia selalu gagal menembus sistem pertahanan teratai putih itu.
"Hah, haha. Dia, dugaan ku dia adalah teratai putih. Tapi sayang, karena suasananya gelap, aku tidak bisa melihat jelas wajahnya," kata Dewa berbicara sendiri.
Dewa menutup komputernya. Kemudian menghubungi Josua asisten keduanya. Dewa memiliki dua asisten, yaitu Jerry dan Josua.
"Halo Tuan."
"Jo, aku hari ini tidak ke perusahaan."
Kemudian Dewa menutup teleponnya secara sepihak tanpa mendengar jawaban dari Josua terlebih dahulu.
Dewa pun berbaring dan kembali beristirahat karena tubuhnya terasa pegal setelah kejadian semalam.
Malam harinya ...
Olivia kembali keluar untuk mengambil berlian yang dia simpan di tempatnya. Namun baru saja masuk ke dalam mobil, ponselnya berdering pertanda panggilan masuk.
"Halo bos."
"Mana berlian itu? Cepat bawa kemari!"
"Maaf bos, kali ini saya gagal. Berlian itu sudah didahului oleh orang lain."
Olivia sengaja berbohong, karena dia tahu jika bos nya menginginkan berlian itu, kemudian membunuhnya.
Jadi Olivia terpaksa berkhianat juga. Dia tidak perduli walau nanti harus diburu oleh anak buah bosnya.
"Bedebah! Bagaimana bisa gagal?"
"Maaf bos." Olivia langsung menutup teleponnya. Ia malas berdebat dengan bos nya itu.
Olivia langsung pergi ke tempat dia menyembunyikan berlian itu. Olivia tiba di tempat itu. Dan berjalan mengendap-endap demi menghindari petugas keamanan.
Olivia melihat situasi terlebih dahulu, kemudian dia tersenyum saat melihat berlian itu masih ada.
Setelah berhasil, Olivia kembali ke rumahnya. Olivia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hingga dia bisa secepatnya tiba di rumah.
Olivia membereskan barang-barangnya dan akan segera pergi dari tempat ini. Dia tahu, dia dalam bahaya sekarang.
Sudah pasti bosnya dan Luna tidak akan melepaskannya. Itu sebabnya dia akan meninggalkan tempat ini.
Setelah selesai berkemas. Olivia segera pergi dari tempat itu. Dia ingin pergi sejauh mungkin dan menghindari bos nya dan juga Luna.
"Aku harap keputusanku benar," kata Olivia berbicara sendiri. Sambil melajukan mobilnya tanpa arah yang pasti.
...****************...
Sebulan kemudian ...
"Huek ... huek." Dewa memuntahkan makan yang baru saja dia makan pagi ini.
"Tuan, Tuan kenapa?" tanya Jerry yang masuk ke dalam ruangan Dewa.
"Jangan dekat-dekat." Dewa menghadang kan tangannya. Jerry pun tidak jadi mendekat.
"Tuan kenapa?" tanyanya lagi.
"Perutku mual, sepertinya aku masuk angin," jawab Dewa.
Jerry memberikan air putih kepada Dewa. Dewa pun meneguk nya sedikit. Kemudian ia pun pamit pulang.
"Kamu lanjutkan kerja, aku mau pulang. Aku tidak enak badan," kata Dewa.
Jerry pun mengangguk, Jerry mengantar Dewa hingga ke parkiran mobil. Jerry menawarkan diri untuk mengantarnya, namun Dewa menolak.
Dewa menjalankan mobilnya keluar dari gedung perusahaan. Dia juga tidak tahu, tiba-tiba perutnya merasa kurang nyaman.
Dewa tiba di rumah dan langsung keluar dari mobil. Dewa meminta penjaga untuk memarkirkan mobilnya dengan benar.
"Loh, sudah pulang? Kenapa?" tanya Adelia.
Apalagi saat melihat wajah putra semata wayangnya terlihat pucat. Adelia langsung meraba kening Dewa.
"Aku tidak apa-apa Ma," kata Dewa.
"Huek ... huek." Tiba-tiba Dewa kembali muntah di lantai.
Adelia panik dan langsung menghubungi dokter. Adelia menuntun Dewa ke kamarnya.
"Bik, tolong bersihkan bekas muntahan Dewa," pinta Adelia.
"Baik Nyonya," jawab pelayan.
"Kenapa Ma?" tanya Robinson.
"Pa, tolong tuntun Dewa ke kamarnya." Bukannya menjawab Adelia malah meminta suaminya untuk membawa Dewa ke kamarnya.
"Aku bisa sendiri Ma," kata Dewa.
Namun Adelia tetap merasa cemas. Berhubung keadaan Dewa yang terlihat pucat dan lemas.
Dewa dibaringkan di tempat tidur. Keringat dingin mengucur dari kening Dewa. Padahal tubuhnya tidak panas.
"Pa, jangan dekat-dekat, perutku semakin mual," kata Dewa.
Adelia dan Robinson saling pandang. Robinson curiga, karena sewaktu istrinya hamil, Robinson mengalami hal yang sama dengan yang Dewa alami sekarang.
Tidak berapa lama dokter pun datang bersama pelayan. Dokter langsung masuk ke dalam, sedangkan pelayan pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Sebenarnya kondisi tubuhnya baik-baik saja. Tapi gejala ini seperti orang yang sedang hamil," kata dokter menjelaskan setelah selesai memeriksa kondisi Dewa.
"Apa?!" Adelia dan Robinson kaget mendengarnya. Walaupun Robinson dan Adelia sempat curiga, namun tetap saja mereka kaget.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi," kata dokter.
"Terima kasih Dok," kata Adelia.
Dokter pun mengangguk dan tersenyum. Kemudian Robinson mengantar dokter hingga depan pintu. Setelah itu dia kembali ke kamar Dewa.
"Katakan!" Robinson mendesak Dewa untuk jujur.
"Aku juga tidak kenal dia Pa," ujar Dewa.
"Bagaimana bisa?" tanya Adelia. "Kamu harus bertanggungjawab!" tegas Adelia.
Dewa terdiam, dia sendiri juga tidak tahu harus mencari ke mana? Identitasnya saja tertutup.
"Kenapa diam? Bawa wanita itu kemari. Kamu harus menikahinya!" Adelia benar-benar marah ketika mengetahui jika putranya menyia-nyiakan wanita yang ditiduri nya.
Dewa mengangguk, dia akan mencari perempuan yang sudah tidur dengannya. Apalagi, sekarang diduga jika wanita itu sedang hamil anaknya.
Tapi di mana? Dewa sendiri kesulitan mencarinya. Walaupun dia seorang peretas, namun ternyata wanita itu juga bukan orang sembarangan.
"Tapi Ma, dia tidak ingin aku bertanggung jawab," kata Dewa.
"Omong kosong! Pokoknya kamu harus bertanggung jawab. Titik!"
Robinson tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia juga setuju dengan keputusan istrinya untuk meminta Dewa untuk bertanggung jawab.
Robinson dan Adelia keluar dari kamar Dewa. Dewa menghela nafas, kemudian bangkit dari tempat tidurnya.
Dewa duduk di depan komputer miliknya. Kemudian membuka komputernya lalu mengutak-atik keyboard komputer.
Walaupun Dewa sudah berusaha untuk mencaritahu tentang wanita malam itu, namun hasilnya tetap nihil.
"Aku semakin yakin jika kamu adalah teratai putih," gumam Dewa. "Tapi aku harus mencari mu di mana? Bagaimana jika dia benar-benar hamil?" batin Dewa.
Dewa mengacak-acak rambutnya. Baru kali ini dia merasa pusing dan kebingungan mencari seseorang.
Jika wanita itu orang biasa, Dewa tidak akan sesulit ini untuk mencarinya. Dewa bangun dari duduknya dan berjalan keluar kamar.
Tiba di bawah, Dewa melihat pelayan sedang bekerja. Pelayan pun menunduk hormat kepada Dewa.
"Bik Imah, ada buah mangga muda?" tanyanya.
Imah sedikit kaget. Karena yang dia tahu, tuan muda nya tidak suka buah mangga. Apalagi yang masih muda.