(Warisan Mutiara Hitam Season 2)
Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".
Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.
Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titah Pedang Emas
Matahari sore di luar Gerbang Selatan Kota Sungai Awan seolah meredup, digantikan oleh cahaya ungu-emas yang menyilaukan dan hawa panas yang menyesakkan.
Chen Kai melompat ke tengah formasi lima belas pengawal elit Klan Jian. Pedang Meteor Hitam di tangannya bukan lagi sekadar bongkahan besi berat; dialiri oleh Api Naga Inti Bumi yang baru, bilah raksasa itu telah berubah menjadi lidah magma yang padat.
"Formasi Jaring Pedang!" teriak kapten pengawal itu dengan panik.
Kelima belas pengawal itu, semuanya berada di Puncak Tingkat Sembilan, menusukkan pedang mereka serentak. Qi mereka bersatu membentuk jaring energi tajam yang mencoba mencincang Chen Kai dari segala arah.
Chen Kai tidak repot-repot mencari celah dalam jaring itu.
"Hancur."
Dia memutar tubuhnya, menggunakan momentum dari berat pedang raksasa itu.
"Teknik Pedang Meteor: Sapuan Ekor Naga!"
SWUUUSSHHH!
Gelombang api ungu berbentuk setengah bulan meledak dari ayunan pedang Chen Kai.
Tidak ada dentingan logam. Tidak ada perlawanan.
Saat gelombang api magma itu menyentuh senjata-senjata Peringkat Roh Rendah milik para pengawal, senjata-senjata itu langsung meleleh dan patah seolah terbuat dari lilin.
Gelombang itu terus melaju, menghantam tubuh para pengawal.
"ARGHHH!"
Jeritan mengerikan terdengar. Baju zirah mereka hancur. Lima pengawal terdepan terpotong menjadi dua bagian yang hangus bahkan sebelum darah sempat muncrat. Sepuluh sisanya terlempar ke belakang dengan luka bakar mengerikan, tulang rusuk mereka hancur oleh tekanan angin panas.
Satu serangan. Formasi hancur total.
Di belakang mereka, Jian Yun berdiri mematung. Wajah tampannya yang arogan kini pucat pasi, matanya melotot tak percaya. Kipas lipat di tangannya jatuh ke tanah.
Tetua Gagak, yang masih terbaring di tanah dengan hidung patah, mencoba memperingatkan. "Tuan Muda... Lari! Dia monster! Dia bukan Pembangunan Fondasi biasa!"
Chen Kai mendarat dengan dentuman berat. Dia menyeret pedangnya di tanah batu, menciptakan parit lelehan lava di belakangnya. Dia berjalan lurus ke arah Jian Yun.
"Kau bilang ingin mematahkan tulangku?" tanya Chen Kai, suaranya tenang namun bergema seperti lonceng kematian. "Aku di sini. Lakukan."
Jian Yun mundur selangkah. Kakinya gemetar. Rasa takut yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya mencengkeram jantungnya. Dia adalah Tuan Muda Klan Jian! Dia tidak pernah bertarung dalam pertarungan hidup mati yang sesungguhnya; dia selalu dilindungi, selalu diunggulkan.
Melihat Chen Kai yang berlumuran aura pembunuh mendekat, mental Jian Yun runtuh.
"JANGAN MENDEKAT!" jerit Jian Yun. "Aku adalah pewaris Klan Jian! Jika kau membunuhku, Ayahku—Tuan Kota Jian—akan meratakan seluruh wilayah ini!"
"Ayahmu tidak ada di sini," kata Chen Kai, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. "Dan bahkan jika dia ada di sini, aku akan menebasnya juga."
Chen Kai mengayunkan pedangnya ke bawah. Eksekusi mati.
"TIDAK!"
Dalam kepanikan total, Jian Yun merogoh jubahnya dan menarik keluar sebuah gulungan emas. Dia meremasnya hingga hancur.
"TITAH PEDANG EMAS! LELUHUR LINDUNGI AKU!"
BOOOOOOOOM!
Cahaya keemasan yang agung dan menyilaukan meledak dari pecahan gulungan itu.
Tekanan yang luar biasa turun dari langit. Itu bukan tekanan Pembangunan Fondasi. Itu adalah tekanan yang jauh lebih tinggi, membuat udara di sekitar gerbang kota membeku dan tanah retak.
Alam Inti Emas.
Di langit, cahaya emas itu memadat menjadi wujud hantu seorang pria tua raksasa yang memegang pedang. Itu adalah proyeksi spiritual dari Leluhur Klan Jian!
"Siapa yang berani menyakiti keturunanku?!" suara hantu itu menggelegar, mengguncang jiwa setiap orang yang mendengarnya. Manajer Sun dan Xiao Mei di kejauhan langsung muntah darah dan pingsan karena tekanan suara itu.
Hantu raksasa itu melihat Chen Kai. Dia mengangkat jari telunjuknya, yang berubah menjadi pedang cahaya raksasa sepanjang tiga puluh meter.
"Mati!"
Pedang cahaya Inti Emas itu jatuh, mengincar Chen Kai.
Jian Yun tertawa histeris di balik perlindungan cahaya itu. "HAHAHA! Mati kau, binatang! Itu serangan setara Inti Emas! Kau tamat!"
Chen Kai mendongak. Angin tekanan dari serangan itu merobek jubahnya, membuat rambut panjangnya berkibar liar. Kulitnya terasa sakit seolah ditusuk ribuan jarum.
Inti Emas.
Ini adalah kekuatan yang melampaui levelnya saat ini. Secara logika, dia harus lari atau menggunakan Mutiara Hitam untuk bertahan.
Tapi darah naga di dalam tubuhnya mendidih. Rasa bangga yang purba menolak untuk tunduk, bahkan pada hantu Inti Emas.
"Hanya proyeksi hantu..." geram Chen Kai.
Dia tidak mundur. Dia justru melangkah maju, menanamkan kakinya ke tanah.
"Tulang Api... Batas Maksimal!"
Seluruh tubuh Chen Kai berubah menjadi merah membara, seolah dia adalah besi yang baru keluar dari tungku.
"Api Naga Inti Bumi... Bakar Segala!"
Dia memegang Pedang Meteor Hitam dengan kedua tangan. Seluruh Qi di Dantian-nya dikosongkan ke dalam pedang itu.
Pedang itu meraung. Api ungu-emas memadat, membentuk bayangan kepala naga raksasa yang menyelimuti bilah pedang.
"TEKNIK PEDANG GUNUNG RUNTUH: PEMBELAH LANGIT!"
Chen Kai mengayunkan pedangnya ke atas, menantang pedang cahaya raksasa yang jatuh itu.
KRAAAAAAAANGGGGG!!!
Benturan itu menciptakan ledakan cahaya yang membutakan mata siapa pun yang melihatnya dari tembok kota.
Tanah di radius seratus meter ambles sedalam tiga meter.
Pedang cahaya raksasa itu tertahan oleh pedang hitam kecil milik Chen Kai.
"HANCUR!" teriak Chen Kai, pembuluh darah di matanya pecah.
Panas dari Api Naga Inti Bumi—api yang memakan segalanya—mulai menggerogoti struktur Qi dari proyeksi Inti Emas itu.
RETAK... PYAR!
Pedang cahaya raksasa itu hancur berkeping-keping menjadi butiran cahaya emas.
Chen Kai berhasil menghancurkan serangan proyeksi Inti Emas!
Dampak baliknya membuat Chen Kai terdorong mundur sepuluh langkah, memuntahkan segumpal darah segar. Tapi dia masih berdiri tegak, pedangnya masih terhunus.
Di seberang sana, Jian Yun membatu. Senyum kemenangannya membeku di wajahnya.
Kartu as terkuatnya... serangan yang seharusnya membunuh siapa pun di bawah Inti Emas... dihancurkan oleh tebasannya?
"Monster..." bisik Jian Yun, air mata ketakutan mengalir di wajahnya. "Dia monster..."
Chen Kai menyeka darah di bibirnya. Dia menatap Jian Yun dengan mata iblis.
"Habis mainannya?" tanya Chen Kai.
Jian Yun menjerit seperti anak kecil. Dia tidak berani tinggal sedetik pun lagi. Dia merobek jimat lain—Jimat Teleportasi Ribuan Mil.
ZING!
Cahaya perak membungkus tubuh Jian Yun dan Tetua Gagak yang pingsan.
"Aku akan ingat ini, Tuan Naga! Klan Jian tidak akan melepaskanmu!" teriak Jian Yun sebelum tubuhnya memudar.
Chen Kai melempar pedang meteornya seperti tombak.
WUSH!
Pedang itu melesat menembus cahaya teleportasi.
"ARGHH!"
Terdengar jeritan kesakitan Jian Yun, diikuti oleh suara sesuatu yang jatuh, sebelum cahaya itu menghilang sepenuhnya membawa tuannya pergi.
Di tanah, tempat Jian Yun tadi berdiri, tertinggal sepotong telinga yang berdarah... dan sebuah kantong penyimpanan yang terjatuh karena panik.
Chen Kai berjalan mendekat, mencabut pedangnya yang menancap di tanah, dan memungut kantong penyimpanan itu.
"Kau lari cepat, Tuan Muda," gumam Chen Kai dingin. "Tapi kau meninggalkan dompetmu."
Suasana di luar gerbang kota sunyi senyap. Tidak ada penjaga kota yang berani keluar. Aura pertarungan tadi terlalu mengerikan.
Chen Kai berjalan ke arah Manajer Sun dan Xiao Mei yang baru sadar.
"Bangun," kata Chen Kai. "Kita pergi sekarang. Sebelum orang-orang kota sadar apa yang terjadi."
Manajer Sun menatap kawah raksasa bekas serangan tadi dengan mulut ternganga. "Tuan Muda... Anda... melawan serangan Inti Emas?"
"Hanya proyeksi lemah," kata Chen Kai, menahan rasa sakit di organ dalamnya. "Jika itu Inti Emas asli, aku sudah jadi debu. Ayo."
Mereka bertiga menghilang ke dalam hutan di seberang sungai, meninggalkan legenda baru yang akan mengguncang Kota Sungai Awan esok pagi:
Tentang seorang "Tuan Naga" yang mematahkan Titah Pedang Emas dan membuat Tuan Muda Klan Jian lari terbirit-birit.