Menikahi Tuan Impoten

Ella terdiam mendengar pertanyaan dari Kate. Cinta? Apa itu cinta? Ella belum pernah mengenal apa itu cinta. Apa dirinya mengerti? Ella bingung menjawabnya.

"Cinta?"

Kate mengangguk antusias.

"Ara tidak tahu Mommy. Memangnya cinta itu rasanya seperti apa?" tanya Ella balik.

Kate hanya bisa menepuk keningnya mendengar pertanyaan putrinya itu. "Kau sungguh tidak tahu apa itu cinta?"

Ella menggeleng, membuat Kate menghembuskan nafas panjang.

"Apa kau pernah merasakan jantungmu yang berdebar kencang saat kau berada di dekatnya? Atau perasaan rindu ketika dia kau jauh darinya? Apa kau pernah merasa takut kehilangan ketika dia di dekati gadis lain?" tanya Kate.

Ella memandang ke bawah, mencoba mencari jawaban dalam dirinya sendiri. "Aku tidak yakin, Mommy," jawab Ella ragu.

Kate mengelus kepala Ella dengan lembut. "Mungkin kau belum menemukan orang yang membuatmu merasakan hal itu, Ara. Tapi cinta itu seperti itu, membuatmu merasa bahagia, sedih, takut, dan rindu sekaligus."

Ella memandang Kate dengan tatapan penuh pertanyaan. "Apakah Daddy dan Mommy merasakan itu?"

Kate tersenyum lembut. "Ya, kita merasakan semua itu. Daddy adalah orang yang membuatku merasakan cinta seperti itu. Dia membuatku bahagia, membuatku merindukan kehadirannya saat jauh, dan membuatku takut kehilangannya."

Ella terdiam, memikirkan kata-kata Kate. Dia ragu apakah yang dirasakannya untuk Jason seperti yang Kate gambarkan tentang cinta. Dia bertanya-tanya apakah Jason adalah orang yang akan membuatnya merasakan itu semua.

Ella memandang ke luar jendela, memikirkan Jason. Dia bertanya-tanya apakah perasaannya terhadap Jason sudah mencapai tingkat yang Kate gambarkan sebagai cinta.

'Apakah Jason adalah orang yang akan membuatku merasakan cinta seperti yang Mommy rasakan untuk Daddy?' tanya Ella dalam hatinya.

Kate melihat ekspresi ragu di wajah Ella. "Ara, cinta itu datang secara alami. Mungkin kau tidak menyadari cinta itu telah hadir karena terbiasa. Dan ingatlah, pernikahan bukanlah suatu permainan. Kau harus bisa memahami itu."

Ella mengangguk, meskipun masih ada keraguan di dalam hatinya.

'Apa aku perlu lebih mengenal Jason lagi? Tapi dia itu pria gila yang sangat egois,' gumam Ella dalam hati.

Kate tersenyum mendengarnya. "Kau harus mengenali dia dengan baik. Siapa tahu, dia adalah jawaban dari semua pertanyaanmu tentang cinta."

'cinta? Pada Jason si pria gila?' Ella terkekeh dalam hati. Mencoba menolak, tapi hati kecilnya mengatakan jika dia merasakan seperti yang Mommy nya katakan tentang definisi cinta.

Sementara itu, disisi lainnya.

Jason terdiam di ruang kerjanya. Ingatannya berputar kembali ketika Ella mengatakan tentang identitasnya, tapi malah di tertawakannya.

Sekarang, dia merasakan hatinya begitu kosong. Dia menatap ke arah ranjangnya. Disana dia pernah memeluk Ella, merasakan kehangatan ketika memeluk gadis itu. Jason merasa frustasi Ella tak ada di sisinya lagi. Dia tahu pasti sangat sulit untuk membawanya kembali, mengingat Steve adalah orang yang sangat berpengaruh dan sulit di taklukkan.

Tiba-tiba Jason mengingat bagaimana dirinya merundung Ella, bagaimana dirinya memperlakukan Ella dengan sangat tidak adil. Dia menjadi ragu apakah Ella mau kembali ke rumahnya. Apakah gadis itu merindukannya, merasakan hal sama seperti yang di rasakan nya saat ini.

Jason meraih ponselnya dan menelpon Billy, menyuruhnya untuk keluar dari persembunyiannya. Jason yang sudah menyuruh Billy bersembunyi agar Ella tidak mengungkapkan kebenaran tentang Billy dan Yumna yang sudah menjebaknya.

Jason juga terkejut dan marah ketika tahu tentang penjebakan itu ternyata Billy yang melakukannya. Namun dia juga khawatir jika Ella dapat membuktikannya, dia harus melepaskan Ella. Jadi, Jason menyuruh Billy dan Yumna untuk bersembunyi agar tak di ketahui oleh Ella.

Jason memandang layar ponselnya, menunggu sambungan panggilan. Setelah beberapa detik, Billy akhirnya menjawab.

"Ya, Tuan Jason, ada apa?" suara Billy terdengar terburu-buru di telepon.

"Kita perlu bertemu sekarang juga," ucap Jason dengan nada tegas.

"Tapi Tuan, aku rasa itu tidak--" Billy terdiam saat Jason memotongnya.

"Tidak ada alasan untuk membantah, Billy. Kita harus bicara," potong Jason dengan tegas.

Setelah berdiskusi sebentar, mereka setuju untuk bertemu di sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Jason segera keluar dari rumahnya dan menuju ke kafe tersebut dengan cepat.

Di tengah perjalanan, pikiran Jason terus menerus melayang pada Ella. Dia merasa khawatir tentang apa yang akan terjadi setelah semua kejadian ini. Bagaimana caranya untuk memperbaiki hubungannya dengan Ella, apakah gadis itu masih mau menerimanya setelah semua yang terjadi.

Namun, pikirannya tiba-tiba terganggu oleh suara klakson yang keras di depannya. Jason menoleh ke arah suara itu dan dengan terkejut dia menyadari bahwa mobil di depannya bergerak dengan kecepatan tinggi dan tidak terkendali.

"Ya Tuhan!" pekik Jason sambil berusaha menghindari tabrakan, namun sudah terlambat. Mobil itu menabrak mobil Jason dari samping kanan dengan kecepatan tinggi, membuat mobil Jason terpental dan berputar beberapa kali sebelum akhirnya berhenti dengan posisi terbalik di pinggir jalan.

Jason merasakan sakit yang menusuk-nusuk di seluruh tubuhnya. Dia mencoba untuk memanggil bantuan, namun suaranya terdengar lemah. Pikirannya terus melayang pada Ella. Dia berharap dia baik-baik saja dan tidak terluka karena kecelakaan ini.

Tubuhnya terasa semakin lemah dan pandangannya mulai kabur. Jason mencoba untuk tetap sadar, berharap bantuan akan segera datang. Tapi kekuatannya terus menurun, dan dia merasa semakin lemah.

Sementara itu, di tempat lain, Ella merasa resah. Dia merasakan sesuatu yang tidak biasa. Tanpa diketahuinya, kecelakaan yang menimpa Jason telah mempengaruhi keadaannya. Ada sesuatu yang tidak beres, dan dia merasa khawatir pada Jason, meskipun tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Jason masih berjuang untuk tetap sadar, berharap bantuan akan segera datang. Tapi kekuatannya semakin melemah, dan dia merasa kesadarannya mulai memudar.

***