REVENGE

Ary sengaja menggiring openi supaya Alex membenci Kitsune. Gara-gara bisikan maut dari Ary, Alex memukul dan merobek gaun Kitsune.

Gadis itu tidak membela diri, dia pasrah, karena dia berpikir, sekarang atau nanti, Alex pasti akan membunuhnya. Setelah puas menyiksa Kitsune, Alex keluar dari kamar dan berdiri di jendela.

Tatapannya nanar menyasar jendela yang terbuka. Cahaya langit terang benderang, dan panasnya menyengat.

Alex berdiri di sana, dengan kedua tangan mengepal. Matanya menatap kedepan. Ia berdiri kaku dengan rahang mengeras dan wajahnya merah membara menahan marah.

Kitsune turun dari ranjang dengan tubuh lemah. Ia baru saja di siksa oleh Alex. Laki-laki itu memukul tubuhnya dengan membabi buta. Ia keluar dari kamar.

"Akan aku bunuh kau, dasar perempuan s3t4n! Kakakmu telah membunuh kedua kakak ku." teriak Alex, saat m3mvkvlnya.

Pukulan yang paling keras menghantam wajahnya. Kitsune tidak mengerti apa dikatakan oleh Alex, ia lupa semuanya.

Dengan tangan gemetaran dan badan sakit semua, ia berusaha berdiri dengan tubuh sempoyongan. Darah menetes dari sudut bibirnya. Akhirnya ia terjatuh di lantai.

"J4l4ng sialan!"

Alex memaki saat melihat Kitsune jatuh di lantai. Matanya liar memandang tubuh gadis itu yang tergeletak. Ia tidak peduli, hatinya sudah hancur mendengar kedua kakaknya terbunuh.

"Bunuh aku, jika itu membuat kau puas." ucap Kitsune dengan air mata berlinang.

Alex mendengkus kesal. Ia membalikkan tubuhnya beranjak meninggalkan Kitsune.

Tidak peduli dengan perlakuan Alex, ia bangkit dan berjalan ke jendela. Kitsune berdiri dengan tenang di pinggir jendela lantai dua. Ia melihat anak buah Alex duduk bergerombol di bawah sana.

Walaupun ia tidak ingat apapun, tapi ia tahu, bahwa laki-laki ber*ndalan itu orang jahat. B*4dab! manusia k3j4m. Lebih baik melompat dari jendela supaya cepat m*ti daripada diperlakukan semena-mena. Pikir Kitsune sedih.

Angin kencang berembus meniup tirai, memberi hawa kebebasan pada Kitsune. Ia ingin melayang dan menyerahkan ny4w4nya kepada alam.

Salah seorang anak buah Alex melihatnya dari bawah. Mereka berteriak keras.

"Hei, apa yang kau lakukan?"

Mereka terperangah dan berlari naik ke lantai dua. Salah satu dari mereka cepat menarik Kitsune dengan kasar.

"Jangan membuat ulah, d4sar b0d0h! Manusia tidak tahu di untung!" makinya kesel.

"Aku ingin m4ti!" teriak Kitsune berontak.

"Kau mau menyusahkan kami, hah?" bentaknya sambil menendang tubuh Kitsune.

Gadis itu tersungkur, tidak bisa melawan, akan tetapi dia tidak sepasrah itu. Dengan cepat ia mengambil pistol di pinggang pria itu, lalu menodongkannya.

"J4l4ng!! Apa yang kau lakukan!" anak buah Alex berteriak kaget. Mereka sontak menaikan kedua tangan.

Sebelum Kitsune menarik pelatuknya, Ary cepat mendorong Kitsune dan merampas pistolnya.

"Kau memang harus dibunuh, j*lang!!" teriak Ketut menodongkan pistolnya ke gadis itu.

"T3mb4k saja, Tut!" perintah Ary tersenyum sinis.

"DOAARRR!!"

Suara letusan itu membuat semua kaget, Ketut jatuh tersungkur bersimbah darah. Sebelum Ketut menarik pelatuknya, Alex mendahului dan menembak ketut dengan tepat.

"Aaaah!" pekik Kitsune, lalu terjatuh tidak sadarkan diri.

"Kalian b4jing*n!! Tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh sanderaku, kecuali aku! Aku sendiri yang akan memb*nuhnya kalian tidak usah ikut campur. Aku hanya menunggu kesadarannya saja." ucap Alex dengan suara tinggi.

"Lagi sekali kalian berulah, aku pastikan kalian menanggung akibatnya."

"Cepat panggil Dokter, Kitsune harus diperiksa. Kalian menambah traumanya saja. Kalau begini terus kapan aku bisa balas dendam?"

"Maaf tuan, kami hanya ingin menolong nona Kitsune, tidak ada maksud lain." ucap Saka mewakili teman-temannya.

Pukul. 18.32 wita.

Dokter Rudy baru saja selesai mengobati Kitsune, ia keluar menemui Alex yang duduk di kursi malas di depan kamar. Dua pelayan menemani Kitsune di kamar.

Dokter Rudy agak heran juga, kenapa Alex tidak memb*nuh korbannya? Menurut Alex, banyak dosa yang di perbuat oleh keluarga gadis itu.

"Apa yang istimewa sehingga kamu nggan memb"nuhnya?" tanya dokter Rudy.

"Jangan berpikiran aneh-aneh, dokter, aku sengaja membiarkannya bernafas untuk sementara waktu. Dia masih amnesia. Rugi mengeks*kusinya, karena dia tidak tahu siapa dirinya dan keluarganya."

"Kalau kamu ingin dia sadar, panggil dokter Ida, kenapa tidak cepat di obati?"

"Aku lagi sibuk, tidak fokus, banyak sekali masalah yang aku pikirkan, lagipula kita baru tiga hari di sini." kilah Alex membuat dokter Rudy tersenyum.

"Apa kamu takut, Kitsune sadar dan kabur, atau kamu takut Delila menuntut supaya Kitsune segera di leny*pkan."

"Sueerrr....aku tidak pernah takut dengan siapapun, apalagi dengan Delila, dia dikasi uang sudah beres."

"Begini saja, kita sudah lama bersahabat, mumpung nona Kitsune belum sadar, bagaimana kalau aku yang merawatnya? Itupun kalau kamu mau berbaik hati, aku bisa menjadikannya ratu di rumahku. Ini penawaran langka, serahkan dia dan aku terima dengan suka cita."

"Haa..gampang kali kau ngomong, Kitsune alat aku balas dendam, tidak mungkin aku menyerahkan padamu, ambil saja Delila."

"Huf! akhirnya ketahuan juga, rupanya bos kita ada rasa dengan gadis itu. Namanya antara cinta dan benci, hehe.."

"Ini murni balas dendam. Mana sloganmu yang menyatakan sendiri itu lebih enak?"

"Sebelum melihat Kitsune, aku enjoy hidup sendiri. Setelah bertemu Kitsune, semboyan itu usang, hehe..."

"Carilah wanita yang sesuai dengan profesi dokter, Kitsune kebetulan selevel denganku, seperti panci ketemu tutup."

"Aku patah hati permanen, layu sebelum berkembang." ucap dokter Rudy tersenyum kecut.

"Langsung ke Denpasar, tidak menginap di sini?"

"Aku balik ke klinik, mumpung masih siang. Jangan dia disiksa lagi, aku setia menunggunya..."

"Pergi...pergi...jangan bikin tensi naik." ucap Alex tertawa.

Dokter Rudy sudah seperti saudara. Dia adalah dokter keluarga yang tetap setia membujang padahal umurnya sudah tiga puluh tahun.

Selama menjadi dokter keluarga, dokter Rudy belum pernah tergiur dengan kaum hawa yang di obatinya. Tapi, setelah mengobati Kitsune pikiran bujang lapuk itu seketika berubah.

"Dasar br*ngsek, ada saja yang bikin panas hati." gerutu Alex sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Alex memanggil semua anak buahnya. Ia duduk santai sambil meneguk satu sloki Arak yang dicampur coca.

"Ada yang kami bisa bantu, tuan?" ucap Saka mewakili yang lain."

"Bereskan David, saat ini ia dirawat di ICU, Rumah Sakit Internasional, hati-hati kalau menjalani misi ini, karena korban orang kaya tentu banyak penjaganya. Rumah sakitnya juga dijaga ketat, banyak cctv."

"Saya dan Ketut akan kesana menjalankan misi ini." ucap Saka tegas.

" Bagus, tidak ada orang lain yang boleh tahu kalau kalian m3mb*nuhnya."

"Siap tuan."

"Kapan tuan ke Mansion untuk mengurus kremasi kedua kakak tuan?"

"Kita tunggu khabar dari Ary."

"Saya rasa disini cukup aman, sebaiknya tuan pulang ke Denpasar supaya leluasa mengurus perusahan dan yang lain-lain."

"Semoga Kitsune cepat pulih...." gumam Alex berdiri.

*****