NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Kai memandangi ruangan yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan. Gedung yang selama ini menjadi markas mereka kini terasa asing, seakan tidak lagi memberi rasa aman. Pikirannya penuh dengan rencana dan kemungkinan, tetapi dia tahu hanya ada satu jalan yang bisa mereka tempuh sekarang—maju dan hadapi Volkov sebelum semuanya terlambat.

"Semua sudah siap?" Kai bertanya dengan suara tenang namun penuh ketegasan.

Viktor mengangguk sambil memeriksa senjata di tangannya. "Zed sudah menghapus semua jejak digital kita. Barang-barang penting sudah dipindahkan ke tempat aman. Sekarang kita tinggal berangkat."

Zed, yang sejak tadi sibuk dengan komputer di depannya, menutup laptopnya dan berdiri. Wajahnya tampak tegang, tetapi ada semangat yang tersirat di matanya. "Kita harus pastikan Volkov nggak punya waktu buat nyerang lebih dulu. Semua informasi tentang operasi Volkov sudah gue amankan. Dia nggak akan bisa ngejejak kita sekarang."

Kai mengangguk, merasa lega mendengar kata-kata Zed. Dia tahu Zed adalah salah satu orang yang paling bisa diandalkan dalam tim ini, dan keberhasilan mereka banyak bergantung pada kemampuannya.

"Mari kita pergi," ujar Kai akhirnya, memecah keheningan yang melingkupi mereka. "Kita nggak bisa buang waktu lagi."

Mereka bergerak cepat meninggalkan gedung itu, memanfaatkan setiap detik yang mereka miliki sebelum Volkov bisa melacak keberadaan mereka. Malam itu terasa dingin, namun dalam hati masing-masing, ada bara semangat yang menyala, siap membakar apapun yang menghalangi jalan mereka.

Mobil yang membawa mereka meluncur keluar dari kota, menuju lokasi baru yang telah disiapkan Viktor. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bicara. Mereka semua tenggelam dalam pikiran masing-masing, merenungkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kai menatap ke luar jendela, mengamati bayang-bayang kota yang semakin jauh di belakang mereka. Dia tahu bahwa ini mungkin menjadi perjalanan terakhir mereka sebelum segalanya meledak. Volkov bukan sekadar musuh; dia adalah simbol dari semua ketakutan dan kegelapan yang telah menghantui mereka selama ini. Dan kini, mereka berada di ambang pertempuran yang akan menentukan hidup dan mati mereka.

Setelah perjalanan yang terasa seperti berjam-jam, mereka tiba di sebuah gudang tua di tengah hutan. Bangunan ini sudah dipersiapkan Viktor jauh-jauh hari sebagai tempat perlindungan darurat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya, dan itu membuat Kai merasa sedikit lebih tenang.

"Ini tempatnya," kata Viktor sambil mematikan mesin mobil. "Kita bisa bertahan di sini selama beberapa hari sampai kita siap buat serangan balik."

Kai keluar dari mobil, diikuti oleh Zed dan Viktor. Udara di sekitar mereka dingin dan lembab, menambah kesan suram pada tempat itu. Namun bagi mereka, tempat ini adalah satu-satunya perlindungan yang tersisa.

"Masuk ke dalam. Kita butuh semua orang buat tetap waspada," perintah Kai, menyadari betapa genting situasi mereka.

Zed dan Viktor mengikuti Kai masuk ke dalam gudang. Di dalam, mereka menemukan bahwa tempat itu sudah dilengkapi dengan peralatan yang mereka butuhkan—senjata, makanan, dan peralatan komunikasi. Viktor memang selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan teliti, dan kali ini, persiapannya benar-benar menyelamatkan mereka.

"Kita harus mulai rencana kita sekarang," kata Kai sambil menatap Viktor dan Zed. "Volkov mungkin udah mulai bergerak, dan kita nggak punya banyak waktu."

Viktor membuka peta besar yang tergantung di dinding. "Lokasi operasi utama Volkov ada di sini," katanya sambil menunjuk sebuah titik di peta. "Kita bisa serang dia dari beberapa arah, tapi kita harus pastikan kita punya dukungan cukup."

Zed menatap peta itu dengan seksama. "Serangan dari beberapa arah bisa efektif, tapi kita butuh bantuan lebih banyak. Kalau kita cuma andalkan kekuatan kita, itu bunuh diri."

Kai mengangguk setuju. "Sergei udah setuju buat bantu kita. Tapi kita harus pastikan dia nggak berkhianat di tengah jalan. Gue akan kontak dia dan kasih tau tentang rencana ini."

Viktor menatap Kai dengan tajam. "Lo yakin bisa percaya sama Sergei? Dia bukan orang yang mudah ditebak. Gue khawatir dia bisa jadi masalah besar kalau dia mutusin buat ngelawan kita."

Kai terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Viktor. Sergei memang tidak sepenuhnya bisa dipercaya, tetapi dalam situasi seperti ini, mereka tidak punya banyak pilihan.

"Kita nggak punya pilihan lain," kata Kai akhirnya. "Sergei punya kekuatan dan pengaruh yang kita butuhin. Kalau dia setuju buat bantu, kita bisa punya kesempatan besar buat ngejatuhin Volkov."

Zed mengangguk, meskipun keraguan masih tampak di wajahnya. "Oke, tapi kita harus siap buat semua kemungkinan. Kalau Sergei berkhianat, kita harus punya rencana cadangan."

Kai setuju. "Kita akan siap. Sekarang, mari kita hubungi Sergei dan mulai atur serangan ini."

Kai mengambil ponsel dan mulai menghubungi Sergei. Suara di seberang terdengar tegas dan tenang, sama seperti pertemuan mereka sebelumnya.

"Kai," suara Sergei terdengar di seberang. "Apa yang lo mau dari gue?"

Kai menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Kita butuh bantuan lo sekarang. Volkov udah pindahin operasinya ke luar kota, dan kita siap buat serang dia. Tapi kita butuh dukungan lo buat bikin ini berhasil."

Sergei terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan permintaan itu. "Lo yakin ini bukan jebakan? Gue nggak mau ambil risiko kalau lo cuma mau manfaatin gue."

Kai mendengar nada curiga dalam suara Sergei, dan dia tahu bahwa dia harus meyakinkan Sergei agar rencana ini bisa berjalan.

"Gue nggak punya alasan buat ngejebak lo, Sergei. Kita sama-sama punya musuh yang sama. Kalau lo bantu kita sekarang, Volkov akan jatuh, dan lo bisa ambil alih semua yang dia punya."

Terdengar tawa kecil di seberang telepon. "Lo memang pintar bicara, Kai. Oke, gue setuju. Tapi ingat, kalau ini jebakan, gue nggak akan ragu buat ngehabisin lo."

Kai merasa beban di pundaknya sedikit berkurang. "Gue hargai kepercayaan lo, Sergei. Kita akan pastikan ini berhasil."

Setelah menutup telepon, Kai menatap Zed dan Viktor. "Sergei setuju buat bantu. Kita harus mulai rencana kita sekarang."

Viktor segera kembali ke peta, menandai titik-titik strategis di lokasi Volkov. "Gue udah atur tim kita buat nyerang dari tiga arah berbeda. Sergei akan ambil bagian dari sisi barat, sementara kita serang dari utara dan timur."

Zed menambahkan, "Gue akan atur komunikasi supaya kita bisa tetap terhubung sepanjang operasi ini. Kita nggak bisa biarin Volkov lolos."

Kai merasa adrenalin mengalir dalam tubuhnya. Pertempuran besar ini akan segera dimulai, dan dia tahu bahwa tidak ada jalan kembali. Semua yang mereka lakukan selama ini telah mengarah pada momen ini, dan mereka harus memastikan bahwa mereka siap untuk menghadapi apapun yang akan datang.

"Waktu kita tinggal sedikit," Kai berkata dengan suara yang penuh tekad. "Kita harus bergerak sekarang."

Mereka semua bersiap untuk pertempuran yang akan datang. Kai tahu bahwa ini bukan hanya soal mengalahkan Volkov—ini adalah soal bertahan hidup. Pertarungan ini akan menentukan masa depan mereka, dan Kai bertekad untuk tidak menyerah.

Saat mereka semua bergerak keluar dari gudang, malam itu terasa semakin gelap dan sunyi. Di kejauhan, suara angin menerpa pepohonan, seakan menjadi pertanda bahwa sesuatu yang besar akan segera terjadi. Kai menatap ke depan, ke jalan yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian, tetapi juga dengan harapan.

Mereka akan menghadapi Volkov dengan segala yang mereka miliki. Dan dalam hati Kai, dia tahu bahwa mereka tidak akan berhenti sampai semua ini berakhir—dengan kemenangan atau dengan kehancuran total.

Ketika mereka semua siap, Kai memberi isyarat untuk bergerak. Malam itu, mereka menuju ke medan perang terakhir mereka, tempat di mana segalanya akan diputuskan. Ini adalah langkah terakhir di antara bayangan, dan Kai tahu bahwa apa pun yang terjadi, dia akan memberikan segalanya.

Pertarungan besar yang akan datang akan menguji mereka sampai batas akhir. Tapi Kai yakin satu hal—mereka telah siap untuk menghadapi apa pun yang menunggu mereka di depan. Dan dengan tekad yang membara, mereka melangkah menuju nasib mereka.

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!