NovelToon NovelToon
CINTA DAN AMARAH

CINTA DAN AMARAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aghie Yasnaullina Musthofia

Saat istri tidak ingin memiliki bayi, saat itulah kekecewaan suami datang, ditambah lagi istrinya selingkuh dengan sahabatnya sendiri, sampai akhirnya mereka bercerai, dan pria itu menjadi sosok yang dingin dan tidak mau lagi menyapa orang didekatnya.
Reyner itulah namanya, namun semenjak bertemu dengan perempuan bernama Syava hidupnya lebih berwarna, namun Reyner todak mau mengakui hal itu.

Apa yang terjadi selanjutnya pada mereka?
saksikan kisahnya ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aghie Yasnaullina Musthofia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19 HARU

Sampai di panti...

Santi yang melihat kedatangan Syava bersama Reyner sedikit terkejut, ia menghampiri mereka.

"Syava, sudah pulang?", tanya Santi basa basi.

Syava yang melihat ibunya pun langsung memeluknya dan menjawab.

"Iya bu, ibu gimana sehat kan?"

"Alhamdulillah ibu sehat Sya,,, oh iya kamu sama siapa?", Santi memandang Reyner ramah.

Syava yang ingin memperkenalkan Reyner pun tidak jadi karena keduluan Reyner.

"Perkenalkan bu,,, saya Reyner calon suaminya Syava", sembari mengulurkan tangan kanannya dan dibalas oleh Santi.

" Apa? "

Santi terkejut ia memandangi Syava dengan tatapan penuh tanya.

Syava mengangguk ragu, namun segera di yakinkan oleh Reyner.

"Beneran anda ini suaminya Syava?", tanya Santi masih sungkan.

"Iya bu, saya putra dari ibu Arini", ujar Reyner ramah.

"Ya Allah,,, anda ini putra dari nyonya Arini yang sering donasi buat panti?", tanya Santi dengan wajah kaget.

Reyner hanya mengangguk ramah.

"Bu, kita mau ngobrol disini?, kaki Syava pegel nih,,", rengek Syava menyela pembicaraan mereka.

Santi yang sadar pun segera menyuruh mereka untuk duduk didepan teras panti.

"Oh ya, ayo ayo mari silahkan nak Reyner duduk dulu, ibu buatkan teh".

Reyner menuruti Santi, kini ia duduk dan Syava menemani.

Hening

Beberapa menit kemudian Santi datang membawa teh dan cemilan.

"Ayo nak silahkan,,, silahkan diminum dan dicicipi kue buatan ibu"

"Terimakasih bu,,, ", sembari mengambil cangkir teh dari Santi dan menyeruputnya.

Santi senang karena Reyner tidak merasa jijik dengan keadaan kesederhanaan panti.

"Maaf pak, cuma ada ini disini, nggak ada  burger atau pizza", celetuk Syava.

"Aku juga suka kue seperti ini", sambil menyomot kue dihadapannya membuat mereka senang.

"Maaf jika rasanya kurang pas, karena biasanya yang bikin kue seperti itu Syava, berhubung Syava sekarang kerja kantoran jadi ya jarang buat kue lagi", ujar Santi.

"Ini rasanya enak kok bu, gimana kalau setelah menikah kita buka toko kue?", usul Reyner.

Santi memandang mereka bergantian menunggu jawaban Syava, namun mereka terlihat perdebatan rahasia.

Syava seketika memandang ke arah Reyner, dan sedikit mendekatkan bibirnya ke telinga Reyner membisikkan kata-kata rahasia.

"Pak itu tidak ada dalam perjanjian sandiwara kita ya, aku mau kerja seperti biasa setelah menikah, bukan usaha kue", Syava sedikit menutup bibir agar tak terdengar Santi.

"Usaha kue kan juga kamu nanti yang kerja", uajar Reyner mengikuti bisikan Syava.

"Iya pak tapi aku tidak mau merepotkan keluarga bapak terlalu banyak, mau balas budi gimana lagi nanti aku kalau nggak bisa ganti kebaikan keluarga bapak", protes Syava lagi sembari membungkam sedikit mulutnya.

"Kamu mau jadi istri aku itu udah bentuk balas budi kamu Syava, dan itu cukup bahkan lebih", jawab Reyner.

Mereka yang masih berdebat membuat Santi merasa curiga dengan obrolan mereka yang terkesan sembunyi-sembunyi.

"Ehm,, ", Santi berdehem.

Keduanya pun mengakhiri perdebatan.

"Kenapa kalian bisik-bisik?", Santi bertanya lembut dna sedikit heran.

Mereka merasa bersalah karena sudah mendiamkan Santi.

"Maaf bu", uajr Reyner dengan cengiran.

"Nggak apa-apa, tadi nak Rey bilang kalau nak Rey ini calon suami Syava ya?", Santi memulai pertanyaan yang tadi tertunda.

"Iya bu", Reyner mengangguk ramah.

Santi memandang Syava tapi tak melihat kebahagiaan di mata Syava.

"Kenapa mendadak kalian mau nikah?, apa kalian terlibat cinta diatas ranjang?", ceplos Santi.

Santi yang tahu Syava tidak pernah berpacaran pun curiga.

Mereka serempak terkejut.

"Bu, itu tidak benar, kita tidak seperti itu bu", jawab Syava cepat.

"Iya ibu tahu, ibu yakin jika kamu tidak akan berbuat seperti itu kan?", senyum Santi menenangkan Syava.

Syava mengangguk penuh rasa gusar, ia tidak ingin Santi tahu jika niatnya menikah dengan Reyner adalah bentuk balas budi.

"Sebelumnya saya minta maaf bu, jika ini terlalu mendadak, kami sudah pacaran beberapa bulan ini, alangkah lebih baik kita tidak pacaran lama-lama agar tidak menimbulkan fitnah", sahut Reyner cepat.

"Apa?, jadi selam ini kalian pacaran?", tanya Santi heran.

"Iya bu, kita pacaran diam-diam, dan dia inilah bos Syava sekaligus pacar Syava", Syava ikut menyahut karena tidak ingin ibunya curiga.

"Oh,,, jadi dia bos kamu juga Sya? pantesan kamu sedikit jarang pulang kalau weekend, ternyata ada pacarnya to di kantormu,,, ", goda Santi.

Mereka sama-sama tertunduk malu.

"Tapi perasaan kamu nggak pernah pacaran dulu Sya, tapi sekarang ibu senang akhirnya kamu mempunyai kekasih, apalagi kalian udah rencana mau nikah, ibu harap hubungan kalian nanti langgeng", ucap Santi menasehati.

'Jadi bu Santi tidak tahu dia pacaran sama sikeris itu, wah baguslah, itu artinya bu Santi ngira aku adalah pacar pertama Syava, haha', batin Reyner tentunya.

"Terimakasih do'anya bu, kita akan selalu menjaga hubungan kita bu, agar bisa langgeng sampai akhir hayat", sahut Reyner.

'Apaan sih pak Rey, ngapain coba pake bicara kayak gitu, kayak orang bener aja', batin Syava melirik Reyner.

"Oh ya bu, besok sore saya izin kembali kesini bersama keluarga untuk melamar Syava ya?", tanya Reyner.

"Besok?", Santi balik tanya.

"Iya bu, nanti akan ada asisten saya yang mengurus semua acaranya, jadi ibu jangan repot-repot ya, biar ibu nggak kecapekan", tutur Reyner lembut.

"Hah, jadi acara lamarannya beneran besok?", tanya Santi terkejut.

"Iya bu, semua sudah kami urus, dan itu juga sebagai syarat agar semua orang tahu jika Syava sudah ada yang memiliki dan tidak boleh ada yang mendekatinya", ujar Reyner sedikit tertawa.

Syava menoleh cepat ke arah Reyner, matanya kini audah membola.

"Oh gitu ya, baiklah kalau begitu ibu ikut saja apa yang terbaik untuk Syava, dan ibu juga ingin membuat hidangan yang spesial nanti untuk keluarga nak Rey ya?", ujar Santi antusias.

"Iya bu,, tapi ibu jangan capek-capek ya!", pinta Reyner.

Sementara Syava hanya menyimak pembicaraan mereka penuh dengan rasa kagum pada Reyner karena selalu bersikap lembut pada seorang ibu.

'Apa kalau sudah menikah di bakal selembut itu sama gue?, batin Syava penuh tanya.

"Ibu tidak akan capek nak Rey,,, ibu sangat semangat, karena ibu bahagia, akhirnya Syava menemukan jodohnya, ibu ingin dia bahagia", mata Santi tiba-tiba berembun mengingat kejadian yang lalu.

Reyner tersenyum ia mendekati Santi dan duduk dibawah layaknya orang yang sedang sungkem.

"Ibu tidak perlu khawatir, Rey pasti akan membahagiakan Syava dengan sepenuh hati, dan tidak akan menyakitinya", ujar Rey menenangkan Santi yang kini air mata nya sudah banjir dipipinya.

"Iya ibu percaya, nyonya Arini adalah orang baik, pasti kamu juga sama baiknya seperti ibumu", tutur Santi sembari menepuk lembut pundak Reyner, sesekali Santi mengusap air matanya.

Reyner mengangguk haru, ia juga ikut merasakan kesedihan, ia ibu yang baik yang ingin melihat anaknya bahagia sama seperti yang diinginkan Arini.

Syava selama ini hidup sederhana di panti asuhan yang terpencil dan jarang terjamah oleh para donatur di kota pasti hidupnya sangat sulit, mungkin itulah yang Santi inginkan yaitu kebahagiaan Syava.

Terkadang mereka juga kekurangan, tapi semenjak adanya bantuan dari Arini mereka begitu bahagia karena pertama kali mereka mendapatkan bantuan materi dan juga sembako.

Tiada kata yang mampu mereka utarakan selain ucapan syukur pada Tuhan, semenjak Syava bekerja di perusahaan Reyner, hidup mereka di panti asuhan berubah.

Syava sedikit bisa menyisihkan uangnya karena kebutuhan di panti sudah sangat mencukupi.

Kembali pada Reyner yang masih menenangkan Santi agar berhenti menangis.

Suasana haru tiba-tiba terjadi begitu saja, Syava tak kalah sedihnya ia juga mengusap ujung matanya.

***

1
Konny Rianty
lanjuttt thorrr" sedihhhhh cerita nyaaa
Konny Rianty
lanjuttt thorrr" sedihhhhh cerita nyaaa..
Tuti asih
suka ...tp syg g tuntas
Tuti asih
kecewa...
Arisu75
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
Haris Saputra
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
Coralfanartkpopoaf
Bukan sekadar cerita, tapi pengalaman. 🌈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!