Mandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia dikurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namun perilakunya membuat Kedua orangtuanya mengirim paksa putri tunggalnya ke Korea Selatan.
Di sana, Mandalika menjadi bintang kampus dan menarik perhatian Kim Gyumin. Bertemu dengan perundung berhati dingin bernama Park Ji Young, mahasiswi angkuh, mengancam Ia dengan bukti kejam, memaksa Mandalika meninggalkan Korea dengan rasa trauma yang membekas.
Sebelum kepergiannya, Mandalika mendapat dukungan dari Hwang In Yeop, pekerja di Apartemen tempatnya tinggal. Perasaan Kim Gyumin terungkap dan melalui malam terakhir mereka bersama.
Sekembalinya ke Indonesia, Mandalika memulai hubungan dengan Zoo Doohyun setelah tiga tahun berlalu. Dan kembali ke Korea menghadapi cinta segi empat yang rumit dengan Kim Gyumin, Zoo Doohyun, serta Hwang In Yeop
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lalarahman23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29: Karma.
"Sebenarnya itu tidak perlu. Aku juga tidak membutuhkan staf, dan belum memutuskan tawarannya." Manda berkata dengan lirih menatap In yeop yang duduk di depannya.
In yeop menghela napas mendengar ucapan Manda. Padahal, sekian ingin membantu Manda, dia juga ingin terus bersama dengan kekasihnya. "Apa yang kau khawatir kan? Itu adalah peluang untukmu!"
"Itu terlihat sulit untuk kedepannya." Manda mulai putus asa, dan In yeop melihat itu dari arah matanya.
In yeop akhirnya memegang tangan Manda dan berkata. "Apapun yang akan terjadi, mari kita lalui bersama." Keduanya tersenyum meskipun keraguan masih besar dalam hati Manda.
Ponsel Manda pun berbunyi, dan itu adalah panggilan masuk dari Nam gil. Manda terkejut dan terlihat gugup di hadapan In yeop.
"Siapa?" tanya In yeop yang penasaran.
"I-ini, ini... dia Photografer dari butik. Kakakmu juga mengenalnya," Jawab Manda sedikit gugup.
"Lalu, kenapa tidak menjawab panggilannya? Jawablah!" perintah In yeop yang semakin membuat Manda panik.
"Aku akan menjawab nya," Manda berdiri dan berjalan lebih jauh sedikit dari tempatnya semula.
Begitu panggilan terhubung, Nam Gil langsung mengatakan apa tujuannya menghubungi Manda.
"Aku sudah berada di depan pintumu, sebagai buktinya, aku akan menekan bell-nya!" Nam Gil berkata dengan suara yang tegas, Manda tentu saja terkejut karena di dalam masih ada In yeop yang tengah menatapnya dari arah sofa.
Tak lama, bunyi bell pun terdengar dari arah luar.
Ding dong! Ding dong!
In yeop yang mendengar suara bell rumah berbunyi, Ia pun berjalan ke arah pintu dan membukakannya. Manda hanya bisa terdiam melihat kondisi yang Ia hadapi kini.
Manda pun bergegas menuju ke arah pintu.
"Kau siapa?" tanya Nam gil, saat melihat Pria itu yang membuka pintu rumah Manda.
"Aku...," ucapan In yeop terputus, karena Manda menyela saat melihat Nam Gil berdiri di ambang pintu rumahnya.
"Wah, kau sudah tiba? Ayo masuk! Masuk! silakan...," sambut Manda gugup dengan In Yeop yang memperhatikannya.
Manda menuntun Nam Gil kearah sofa ruang tamu. Sedangkan, In yeop mengikuti Manda dan Pria itu dari arah belakang.
"Ini rumah yang Ryu na berikan? Mewah sekali."
"Iya... Em, aku akan buatkan minum, tunggu sebentar," ucap Manda, kemudian pergi meninggalkan kedua orang tersebut.
"Wah, terima kasih, kau seharusnya tidak melakukannya. Tapi aku akan menunggu." Nam Gil tersenyum kepada Manda dan In yeop melihat hal itu mengerutkan keningnya.
Manda membalas senyuman Nam Gil dengan perasaan cemas dan gugup.
"Ada urusan apa kemari? Kenapa bertamu di malam hari? Dan kenapa kau harus datang kemari?" tanya In yeop penuh selidik.
"Manda memanggilku untuk mengunjunginya. Jadi aku menghampirinya, apa itu salah? Kenapa kau bertanya?" Nam Gil menaikan satu alisnya dan menatap In yeop.
"Bertemu? Berdua? Di rumah?" bingung In yeop lalu melirik ke arah Manda yang mungkin masih berada di dapur.
"Memangnya kenapa? Ada hubungan apa kau dengannya?" tanya Nam Gil.
"Dia kekasihku, tentu aku bertanya." jawab In yeop mantap.
Terlihat Manda yang baru saja tiba, menjatuhkan minuman yang Ia bawa. Manda terkejut mendengar In yeop mengungkap hubungan di antara mereka. Nam gil dan In yeop pun juga ikut terkejut dan melihat ke arah Manda dan menghampirinya.
"Kau terluka?" In Yeop menghampiri Manda.
"Tidak apa-apa, maaf. Minumannya akan ku buatkan lagi," ucap Manda lirih.
"Tidak perlu, kau duduk saja!" Nam Gil meraih tangan Manda dan ingin membawanya ke sofa.
"Biar aku saja," In Yeop menggapai tangan Manda ketika melihat hal itu. Terlihat jelas wajah Nam Gil yang kesal.
Manda pun duduk di tengah-tengah In yeop dan Nam gil. In yeop dan Nam gil tidak henti-hentinya saling melihat satu sama lain, hingga satu jam kemudian. Manda pun berdiri, dan menguap.
"Aku ngantuk sekali, apa kalian berdua masih ingin berada di sini? Aku akan masuk untuk istirahat," Manda berkata sembari menatap dua orang itu.
"Aku ingin menemanimu di sini, tidurlah. Aku akan pulang nanti," sahut In yeop.
"Aku juga akan menunggu, kau Istirahatlah!" sambung Nam Gil.
"Pergilah, aku tidak ingin kau disini!" tegas In yeop melihat Nam Gil.
"Tidak! Kenapa mengusirku?!" kesal Nam Gil.
"Pergi!" In yeop pun semakin kesal.
"Kau saja yang pergi!"
"Pergilah, kau tidak perlu bekerja sampai seperti ini."
"Tidak!" jawab Nam gil mantap, tanpa melihat ke arah In yeop.
"Pergi!" In Yeop masih kekeh menyuruh Nam Gil untuk meninggalkan rumah Manda.
"Aku akan istirahat, bersenang-senang lah!" akhrinya Manda memutuskan untuk pergi dan meninggalkan mereka dalam keadaan kesal.
Manda pun berjalan ke lantai atas menuju kamarnya. Sedangkan, In yeop dan Nam gil masih duduk di sofa ruang tamu tersebut.
...Restauran....
"Suami mu di mana?" tanya wanita tua itu menatap Ji young.
"Ee, ada urusan mendadak di kantor. Jadi Gyumin menyuruhku untuk datang lebih dulu." jawab Ji young sedikit gugup.
"Ibu harap begitu, karena pertemuan kali ini. Kita akan membahas hal penting."
"Hubungi suami mu, suruh dia abaikan pekerjaannya!" kini giliran Ayah mertuanya yang berbicara dan sedikit membuat Ji young kesal.
"Baik, aku permisi untuk menghubunginya,"
Di toilet, Ji young terus-terusan mencoba untuk menghubungi, tapi Gyumin sama sekali tidak menjawab panggilan darinya. Ji young sangat kesal dan melempar ponselnya ke arah cermin, dan seketika pecah. Dengan perasaan kesalnya yang begitu tak terkendali lagi, Ji young pun menangis histeris.
"Bukan pernikahan seperti ini yang ku inginkan. Aku sudah cukup menahannya selama ini. Kau sama sekali tidak memperdulikan ku!" Ji young mulai mengingat bagaimana Gyumin mencintai Manda begitu dalam.
"Apa karena perempuan sialan itu? Apa mungkin mereka masih berhubungan?!"
"Wanita jalang sialan!" Ji young menatap cermin yang retak, seakan hatinya pun sama seperti itu.
Ji young yang dalam keadaan berantakan, merapikan dirinya dan kembali ke ruangan tempat pertemuan tersebut.
"Bagaimana?" tanya Ayah Gyumin begitu Ji young tiba di mejanya kembali.
"Dia akan...," ucapan Ji young terpotong. Gyumin memasuki ruang VVIP dan menuju ke arah meja tersebut, dan duduk bersebelahan dengan Park ji young. Karna tempat yang tersisa hanya tempat itu saja.
Ji young melemparkan senyuman ke arahnya, namun Gyumin sedikitpun enggan untuk membalas dan melihat ke arah ji young. Ji young merasa malu di hadapan orangtua dan mertuanya.
"Menantuku, pasti sangat melelahkan mencari nafkah." Terlihat Mama Ji young yang tersenyum kepada mereka.
"Jelas lah Ma, menantu kita ini yang terbaik," Papa Ji young berusaha menenangkan perasaan Gyumin.
Gyumin hanya membalas mereka dengan sedikit senyuman, tanpa berbicara. Pada saat itu juga, semua makanan di hidangkan di meja tersebut.
"Aku akan mengambilkannya untukmu," ujar Ji young kepada Gyumin.
"Tidak!" ucap Gyumin seraya menepis tangan Ji Young.
Mereka pun terkejut melihat perlakuan Gyumin terhadap Park ji young.
Ibu Gyumin pun mencairkan suasana tersebut. "Ah! silakan, nikmati hidangannya. Ini adalah menu terbaru mereka. Ini di masak langsung oleh chef Eropa yang sangat terkenal, mari menikmatinya" Ibu melihat ke arah Ji young.
Ji young mengangguk dan melanjutkan mengambil makanannya.
Beberapa saat kemudian, setelah menyelesaikan makan malamnya. Ayah pun membuka pembicaraan.
"Jadi, pembahasan kali ini adalah soal keturunan dari kalian berdua," ucap Ayah, Ji young pun terkejut mendengar apa yang mertuanya katakan.
Gyumin tidak peduli, membersihkan mulutnya tanpa melihat ke arah mereka. "Itu tidak akan terjadi. karena dia sendiri mengalami kemandulan. Jangan harap kalian bisa memiliki keturunan darinya." Gyumin berkata, yang membuat Ji Young melebarkan matanya.
Orang tua Ji young pun terkejut mendengar apa yang Gyumin katakan.
"Apa itu benar?" tanya Ibu Gyumin, matanya melebar.
"Tidak mungkin! Putri kami sehat tanpa kekurangan sedikitpun!" bantah Papa Ji young, suaranya sedikit meninggi.
Gyumin mengeluarkan surat pernyataan bahwa Ji young di diagnosa mandul, yang tidak bisa memiliki keturunan. Orang tua Ji young pun seketika terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang mereka ketahui ini. Ibu dan Ayah Gyumin pun ikut terkejut mendengar kabar itu. Dan Ji young merasa pernyataan ini tidak benar.
"Jadi, aku akan menceraikannya hari ini juga. Ayah dan Ibu juga tidak menginginkan hal itu terjadi, bukan? Aku akan mengurus perceraian ini!" Gyumin berkata dengan tegas.
"Tidak! Kau tidak bisa mencampakkan Istrimu seperti ini!" ucap Papa mertuanya.
"Papa, tenanglah!" Mama Ji young di sebelahnya berusaha menenangkan sang Suami.
"Anakku jelas sehat tanpa kekurangan!" bantah Papa Ji young lagi.
"Apa kau tidak melihat dengan benar pernyataan ini? Buktinya sudah sangat jelas dan aku harus menceraikan anak anda sekarang juga!" tegas Gyumin kembali.
Ayah dan Ibu Gyumin hanya bisa terdiam tanpa bisa berkata-kata, mereka pun tidak menyangka akan hal itu.
Gyumin berdiri dan saat hendak akan pergi dari tempat tersebut, Ji young pun bergegas untuk berlutut dan memeluk erat kaki Gyumin.
"Tolong jangan ceraikan aku! Aku akan berusaha agar kita memiliki keturunan. Ku mohon jangan tinggalkan aku!" meskipun memohon dan menangis di kaki Gyumin, nampaknya Pria itu enggan untuk mempertahankan hubungan tersebut.
...To be continued....