NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

berkas kebenaran II

Doni melangkah cepat memasuki gedung pemerintah yang dingin. Kertas-kertas berserakan di meja resepsionis, aroma kopi yang pahit menyerbu penciumannya. Dia menggenggam salinan berkas dengan erat, jantungnya berdebar. Sesuatu dalam dokumen itu terasa tidak biasa, seperti nyala api kecil yang berusaha ia padamkan.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis dengan senyum profesionalnya, tidak banyak mempedulikan Doni.

Doni mengangguk, terfokus pada tujuannya.

"Mau bertemu dengan bagian pengawasan medis," ujarnya, matanya tak berkedip dari wajah resepsionis. "Ini penting."

Resepsionis memeriksa daftar.

"Anda bisa menuju ke lantai dua, ruang 202," tunjuknya tanpa banyak basa-basi.

Doni meneruskan langkahnya, menaiki tangga dengan satu tujuan. Setiba di depan ruang 202, dia mengetuk pintu kayu yang tampak kokoh.

"Masuk!" suara berat dari dalam memanggil.

Doni membuka pintu. Di dalam, seorang pria berusia paruh baya mengenakan jas rapi menghentikan aktivitasnya dan menatapnya.

"Saya Doni. Saya menemukan dokumen aneh di klinik," katanya, mendekat dengan cepat.

Pria itu melipat tangannya, menilai Doni dari ujung kaki hingga kepala.

"Dokumen apa itu?"

Doni mengeluarkan berkas dari tasnya dan meletakkannya di atas meja.

"Dokumen pasien. Terdapat informasi yang mencurigakan."

Pria itu mengambil berkas dan mulai memeriksanya.

"Ini... penyimpangan catatan pasien. Sepertinya ada beberapa data yang tidak sesuai."

"Saya ingin tahu apakah ini ada kaitannya dengan laporan yang pernah ada sebelumnya," Doni menambahkan.

Mata pria itu membesar sedikit.

"Bisa kasih tahu dari klinik mana ini?"

"Klini...," Doni terdiam sejenak, merasakan beban kata-kata dalam mulutnya, "Klinik kulit di daerah Selatan."

Pria itu mendongak, meneliti wajah Doni.

"Apakah Anda yakin tentang ini?"

"Saya yakin. Surat-surat di sini memberikan petunjuk tentang kondisi pasien yang dibiarkan tanpa pengawasan," Doni menjawab tegas.

Pria itu mengedarkan pandangan ke arah berkas lagi.

"Ini bisa menjadi masalah serius. Jika ada data pasien yang hilang atau disembunyikan, maka pemerintah harus tahu.”

Doni mengangguk, rasa khawatir menghantuinya.

"Tadi saya juga mendengar dari Ara bahwa dia melihat wanita hamil di klinik itu. Tapi seharusnya itu tidak mungkin, kan?"

Pria itu menatap Doni, alisnya berkerut.

“Apakah Anda memiliki bukti lain tentang mereka?”

Lima detik lalu, suara ketukan pintu kembali mengalihkan perhatian mereka. Seorang wanita muda masuk, dengan rambut ikal dan jas lab putih.

"Dr. Smith, apa ada yang penting?" tanyanya sambil menyarungkan kertas ke dalam map hitam.

Dia menoleh, melihat ke arah Doni.

"Kami sedang membahas dokumen yang mencurigakan dari klinik."

“Dokumen apa?” Wanita itu mendekat, kepo.

Doni merasa ada sesuatu yang berbeda tentang wanita ini. Sesuatu yang bersaing dengan rasa cemasnya.

“Dokumen pasien yang sepertinya disembunyikan dari kami. Terkait kasus yang ada di klinik. Anda mendengarnya, kan?” Doni berusaha menjelaskan.

Dr. Smith, wanita itu, mengerutkan dahi.

"Apakah itu klinik di mana Anda bekerja?” tanyanya, setiap kata dituturkan dengan perlahan.

Iya, di sana, pikir Doni.

"Saya bekerja di sana. Di bagian kebersihan," Doni menjelaskan, walaupun hatinya bergetar.

Dr. Smith bimbang, lalu menatap berkas yang dipegang pria paruh baya tadi.

“Kalau ada yang menarik perhatian Anda di situ, sepertinya saya harus ikut meneliti lebih dalam,”ujar Dr. Smith, suaranya berubah tegas.

"Apakah Anda mengenal ara yang bekerja di sana?" Tanya Doni, pandangnya lebih tajam.

"Dia tidak asing, tapi saya belum pernah berinteraksi langsung," jawab Dr. Smith.

Doni mengedarkan pandangan ke arah pria paruh baya yang masih memeriksa berkas.

“Mungkin kita perlu melakukan penggeledahan di situs klinik itu.”

“Jika semua ini terbukti, kita bisa mencari tahu lebih banyak tentang kondisi pasien dan penyalahgunaan,” jelas pria paruh baya.

Satu demon rahasia terbangun di dalam pikiran Doni, membayangkan bagaimana hasil temuannya bisa mempengaruhi banyak jiwa.

"Saya sudah mencicipi ketidakadilan," ujarnya, menggenggam tumpukan berkas dengan erat.

Di dalam hatinya, Doni merasa tenang.

"Kalau begitu, mari kita bekerja sama," ucap Dr. Smith dengan tatapan penuh harapan.

“Iya, kita harus segera bertindak,” sambut Doni,

Ketiga mereka berbagi strategi. Rencana berdarah ungu muncul dan memecah kesunyian di ruang 202.

Pikiran Doni menembus waktu. Sebuah keputusan, tindakan, sebuah bisikan untuk berjuang demi kebenaran.

"Saya akan menyiapkan semua catatan yang ada di klinik untuk dilihat bersama,” kata Doni penuh tekad.

"Dan saya akan menghubungi rekan-rekan di lapangan untuk melakukan investigasi," tambahkan pria paruh baya.

Dr. Smith beranjak, berbicara, dalam upaya untuk memimpin misi itu.

“Masing-masing dari kita punya misi. Mari kita pastikan kita tidak melewatkan apa pun.”

Di saat itu, pikiran penyesalan berujung dalam kesadaran. Doni, di sisi lain, tak tahu apa yang akan dia hadapi.

Tapi semangat itu melingkupi mereka seperti jaring tak terlihat, mengikat pada cinta kepada kebenaran dan keinginan mengakhiri kebisingan yang telah panjang menggangu mereka semua.

Dia maju, yakin sepak terjang berikutnya bisa menghancurkan ketidakadilan yang membelenggu.

Doni menghabiskan waktu di ruang 202 dengan semangat membara meski kekhawatiran menyelimutinya. Setiap penjelasan dari Dr. Smith dan pria paruh baya, menyerap rasa tidak sabar yang merambat dalam dadanya. Nama-nama yang tercantum dalam dokumen tampak seperti suara-suara hantu dari masa lalu. Mereka menunggu untuk terbangun dan mendapatkan suara yang bermanfaat.

"Kita akan butuh akses ke arsip resmi," kata Dr. Smith, merapikan catatan di meja.

Doni mengangguk, teringat ketika dia mengumpulkan dokumen di klinik: tumpukan data pasien yang lama, di mana banyak nasib tersembunyi. “Mungkin ada yang lebih dari sekadar catatan medis.”

"Jika kita bisa melacak siapa saja yang terlibat dengan kasus ini, kita bisa membangun jalan menuju kebenaran." Pria paruh baya itu menambahkan, semangatnya mulai menggelora.

"Setiap dokter, perawat, atau staf lain di klinik itu harus jadi ikhtisar kita," kata Doni, merasakan setiap kalimat seolah membangkitkan energi baru.

"Apakah Anda memiliki kekhawatiran tertentu tentang siapa saja?" Dr. Smith bertanya, mencoba menerapkan strategi yang lebih terarah.

Doni terdiam, wajahnya mengerut. "Ara pernah menceritakan sesuatu yang aneh. Ada seorang wanita hamil yang datang ketika dia berobat. Itu sangat tidak biasa."

"Kita harus menyelidiki hal itu lebih lanjut. Bagaimana jika wanita itu adalah pasien yang diperlakukan secara tidak adil?" Pria paruh baya ini melanjutkan, ada ketajaman dalam suaranya.

Doni merasakan denyut di dalam napasnya. Rasa bersalah mulai merayap. “Jika semua ini berhubungan, bisa jadi banyak nyawa yang terancam."

"Ini bukan hanya tentang kita lagi," Dr. Smith menjawab dengan tegas. "Ini tentang keadilan bagi semua yang terabaikan. Kita harus pastikan hal ini tidak terulang."

“Benar,” Dodinya menjawab. “Kita tidak bisa berhenti hanya karena takut.”

Dr. Smith menyusun rencana. Mereka akan kembali ke klinik untuk mencari lebih banyak informasi. "Kita harus melihat apa yang terjadi di sana sebelum kita melanjutkan lebih jauh."

“Apakah ada peluang untuk berkunjung ke sana hari ini?” Tanya Doni, penuh harap.

Pria paruh baya itu mengangguk. “Kita akan buat rencana secepatnya, dan kami akan turun tangan.”

Setelah menyusun rencana aksi, Doni merasa semakin terkuat, seolah beban di pundaknya sedikit berkurang. Mereka bertiga sepakat untuk berangkat ke klinik. Sebelum pergi, Doni memberikan nomor teleponnya kepada Dr. Smith dan pria paruh baya itu, memastikan komunikasi akan tetap terjaga.

Ketika mereka meninggalkan gedung pemerintah, Doni tak bisa menahan debar di hatinya. Langkah kakinya ringan, dan setiap detail menyentuh kepalanya: cahaya matahari yang menyinari jalan, suara mobil berlalu lalang, dan aroma udara menyegarkan.

"Nanti saat di klinik, bersiaplah untuk memeriksa semuanya. Jangan abaikan detail kecil meskipun terdengar sepele," kata Dr. Smith, mengingatkan mereka dengan nada bersemangat.

“Dan pastikan kita tidak berpisah. Kita harus tetap bersama,” pastikan Doni.

Klinik kulit yang telah menjadi saksi bisu berbagai cerita menyedihkan kini menunggu kedatangan mereka. Ketika mereka memasuki lingkungan klinik, rasa cemas kembali menggelayut di benak Doni. Dia belum tahu apa yang akan mereka temui.

“Ada yang janggal di sini,” bisik Doni, melihat suasana klinik yang tampak tenang namun mencekam.

“Kita harus hati-hati. Bisa jadi seseorang di sini tahu lebih banyak daripada yang seharusnya,” ucap pria paruh baya sambil meneliti ruangan di depannya, seolah ada yang mengawasi mereka.

Dr. Smith berjalan lebih depan, tangan menyentuh dinding, menghentikan langkahnya sejenak. “Mari kita cek ruang arsip. Itu biasanya tempat yang berisi banyak informasi.”

Doni mengikuti langkahnya dengan cepat, berjalan menyusuri lorong. Saat mereka sampai di pintu ruang arsip, debaran membara didadanya semakin kencang. Dr. Smith menunggu sejenak, kemudian menggerakkan tangan meraih gagang pintu untuk masuk ke suatu ruangan.

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!