Gadis cantik dari desa yang ambisius dengan segala lika liku kehidupannya, dimulai dari keluarga, karir, percintaan, hingga terbentuk "Selintas Imajinasi" yang seumur hidup akan terus menghantuinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAYYA , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Tepat satu tahun di mana aku sudah lulus di bangku sekolah menengah atas,
Hati dan pikiranku terus menerus berdebat,
Bagaimana tidak, teman - temanku yang dahulu nya memiliki status di bawah aku dari segi ekonomi, kini mereka sudah dua langkah lebih jauh. Bahkan Syakira teman terdekat pun sudah memiliki kehidupannya sendiri di bangku kuliah.
Aku sedih? Tentu,
Tapi percuma. Pikirku.
Untuk apa aku meratapi kesedihanku? Apakah dengan aku bersedih bisa merubah ketidaknyamanan ini menjadi nyaman? Aku pun lantas berpikir, jika aku sedih, ya aku akan tetap sedih. Jadi seperti pikiranku di awal, percuma.
Jika bertanya kembali,
Apa yang aku dapatkan jika aku bersedih? Ya tidak ada.
Sedih sekali ya menjadi Ayu dewasa, tidak ada yang menopang. Jika jatuh ya, jatuh!.
●●●
Hari demi hari aku lalui dengan rutinitas yang begitu - begitu saja,
Masih ingat kah dengan Rifal? Ya, dia kakak kelasku. Kini dia berkuliah di universitas ternama di fakultas kedokteran.
Dia masih mengingatku, masih berupaya menghubungiku, bahkan selalu kepo tentang aku.
Tapi aku sadar diri. Aku siapa?
Rifal akan menjadi calon dokter. Aku? Ya pikirku seperti itu.
Rifal yang mulai mengetahui keadaan aku yang menyedihkan ini, dia pun lantas memberikan saran. Awalannya memang canggung, tapi Rifal selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk aku.
●●●
Tepat dimana aku sedang membuang sampah di depan rumah,
Tiba - tiba Rifal datang dengan motor yang pernah aku tumpangi,
Aku sontak kaget, bukan karena kedatangan Rifal, tapi...
Melainkan karena Rifal melihatku dengan baju kusam, tidak berdandan, duh engga bangetttt pikirku.
Spontan, akupun berbalik badan dan mencoba menghindari Rifal.
Eh,
"Ayyyy" Rifal pun dengan sigap meraih tangan kotorku. Ya menurutku kotor karena masih memegang tong sampah.
Aku pun menghela nafas dan,
"Suuuuuuttttt" Rifal memberikan jari telunjuknya untuk menutup bibir indahku dan,
Seperti yang terlihat, Rifal memeluk aku.
Aku kaget? Engga sih hehe...
Yang aku pikirkan "Duhhhhh, aku bau tidak ya?" Ucapku dalam hati.
Mandi juga belum, ya kusut, ah benar - benar hari yang tidak tepat.
Namun Rifal tetap saja memeluk aku dengan sangat erat,
Alih - alih mencoba melepaskan, namun pelukan itu semakin erat.
Aku pun merasa nyaman dengan pelukan itu. Pelukan Rifal di pagi hari itu merupakan pelukan kedua seorang laki - laki di kehidupan aku.
Ya, laki - laki pertama adalah Ayahku, dan yang kedua adalah Rifal.
Aku tidak bertanya kenapa dirinya secara tiba - tiba memeluk aku. Gengsi dong, pikirku.
Rifal pun lantas melepas pelukannya dan bilang,
"Ayy, tunggu aku sukses ya!" Pintanya kepadaku sembari mengelus rambut indahku.
Rifal pun kemudian kembali ke motornya dan langsung pergi entah kemana.
Aku? Ya langsung masuk ke dalam rumah.
●●●
Akupun merenung.
Bagaimana ya kehidupanku nanti? Usiaku semakin bertambah.
Teman - temanku semakin sukses, aku?
Kuliah tidak, bekerja juga tidak, dan uang tabungan milik Ibu mulai berkurang.
Bagaimana biaya hidupku dengan ibu kedepannya?
Dan Ayah, apakah dirinya tidak pernah sekali pun terbesit untuk pulang ke rumah?
Semarah itukah Ayah kepada kami?
Kenapa?
Kenapa rasanya tidak adil.
Aku ingin kembali ke Ayu kecil.
Renungan antara hati dan pikiran terus berdebat. Aku lelah. Sangat lelah, tapi jika aku berpikir kembali, rasa - rasanya hanya membuang waktu saja.
Aku harus berusaha. Tapi mulai dari mana,
Ya ampun, jalanku sangat begitu sempiiiiiiiit. Pikirku pada saat itu.
●●●
Ibu yang mulai perlahan membaik, mungkin cemas dengan keadaan aku yang sedikit - sedikit melamun. Bahkan untuk sekedar berhitung uang receh kembalian belanja sayur pun rasa - rasanya kecerdasan yang aku miliki semakin tumpul.
"aaaaaaaaaaaaa" Aku bingung, tangis kecil ku di dalam kamar.