🏆 Novel Spektakuler 🏆
Kisah Soraya sungguh menyedihkan sekali karena dia harus mengalami kematian yang memilukan akibat kesalahan yang dia perbuat.
Tidak mempercayai cinta Samuel, suaminya yang menyebabkan suami yang sangat mencintainya itu mati karena telah menyelamatkan hidupnya.
Sayangnya, dia turut mati bersama Samuel setelah tragedi ledakan hebat itu terjadi pada mereka berdua.
Soraya terlahir kembali diwaktu sebelum peristiwa naas itu terjadi, dia kembali ke masa dia akan menemui Kevin, teman laki-lakinya yang memanfaatkan dirinya.
Dan dia juga harus berhadapan dengan para gangster lorong kucing yang menyekap Samuel dikelahirannya kembali.
Apakah semua kejadian saling berkaitan yang menyebabkan kematiannya dengan Samuel ?
Bagaimana kisah takdir cinta mereka berdua ?
Dapatkah Soraya menemukan kebenaran ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Aku Tak Bisa
Suasana kamar pasien terlihat tenang ketika Samuel dirawat disana.
Soraya masih menungguinya disisinya sampai Samuel tersadar.
Saat Soraya melihat luka-luka lebam pada tubuh Samuel, hatinya menjadi remuk redam karenanya, merasakan kepedihan yang tengah dirasakan oleh suaminya itu seperti dia juga mengalaminya sendiri.
"Samuel...", bisik Soraya sambil mengusap lembut tangan Samuel.
Selang infus terpasang pada lengan Samuel sedangkan dia dibantu oleh alat oksigen untuk penunjang pernafasannya.
Soraya semakin menciut nyalinya jika harus melihat kondisi Samuel seperti ini, tak sanggup rasanya harus kehilangan orang yang mencintainya selama ini. Dan dia baru tersadar bahwa orang yang selalu bersamanya adalah Samuel bukan Kevin si keparat itu melainkan suaminya yang paling peduli padanya.
"Bertahanlah untukku, Samuel...", bisik Soraya terenyuh hatinya.
Soraya menunduk sedih, digenggamnya erat-erat tangan Samuel.
Seakan-akan dia ingin mengalirkan semangat bagi Samuel agar tetap bertahan kuat.
"Maafkan aku karena datang terlambat...", ucapnya sembari menyeka airmatanya yang berlinangan diwajah cantiknya.
Isakan tangisan Soraya terdengar dikamar sepi ini.
Meskipun dia wanita kuat tapi dia juga wanita yang sangat rapuh, tidak mampu menyaksikan orang terdekatnya menderita.
"Samuel...", bisik Soraya.
Krieet... ! Pintu kamar dibuka, seseorang melangkah masuk.
"Soraya...", sapa suara perempuan dari arah belakang Soraya.
"Ya...", sahut Soraya seraya memalingkan mukanya kearah suara itu.
"Beristirahatlah sejenak, sedari tadi kamu menjaga Samuel, biar ibu yang menggantikanmu", ucap perempuan yang masih terlihat awet muda menyapa Soraya dengan ramahnya.
"Tidak, ibu mertua, aku baik-baik saja, biar aku saja yang menjaganya sampai dia tersadar kembali", sahut Soraya.
"Ya, Tuhan..., maafkan kami telah membuatmu risau, tak seharusnya kamu ikut menderita, sayangku", kata perempuan itu.
Ibu mertua menghampiri menantu perempuannya sembari menyeka wajahnya yang cantik dengan kedua tangannya.
"Jangan menangis, nak !" bisiknya lembut.
"Aku tidak bisa, ibu mertua...", ucap Soraya sembari menggeleng lemah.
"Dia akan baik-baik saja karena anakku Samuel sangatlah kuat, dia tidak mudah jatuh ataupun meyerah", sambung ibu mertua.
"Maafkan aku karena terlambat datang menyelamatkannya...", kata Soraya yang terisak-isak sedih.
"Justru kami sangat berterimakasih sebab kaulah yang berani datang untuk menyelamatkan Samuel", ucap ibu mertua.
Dipeluknya Soraya dengan penuh kasih sayang.
"Terimakasih atas pengorbananmu, tanpa dirimu, aku tidak tahu bagaimana nasib putraku Samuel", ucap ibu mertua yang mulai terisak-isak sedih.
"Ibu mertua...", bisik Soraya tertegun.
"Aku tidak bisa memberikanmu hadiah apa-apa, tapi sebagai rasa terimakasih kami atas usaha kerasmu, aku memberikanmu sesuatu yang mungkin tidak terlalu berharga", ucap ibu mertua.
Ibu mertua mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Ambillah hadiah kecil ini karena telah berkorban menyelamatkan Samuel", ucapnya sembari memberikan sebuah kotak kecil untuk Soraya.
"Apa ini, ibu mertua ?" tanya Soraya terkejut kaget.
"Lihatlah, mungkin kau menyukainya ! Jika kamu tak suka maka kamu bisa menjualnya atau aku akan menggantikan dengan hadiah lainnya...", sahut ibu mertua.
Soraya membuka kotak kecil ditangannya.
Betapa terkejutnya dia saat melihat sebuah gelang bertatahkan safir serta berlian didalam kotak tersebut.
"Ibu mertua..., kurasa ini agak berlebihan...", kata Soraya.
"Tidak, nak ! Hadiah ini sangat pantas buatmu !" ucap ibu mertua sembari memasangkan gelang pemberiannya kepada Soraya.
"Tapi...", kata Soraya terhenti ketika terdengar suara seseorang memanggil namanya dari arah ranjang pasien.
"Soraya...", panggil suara itu.
Soraya memalingkan pandangannya langsung terarah kepada Samuel.
Dilihatnya Samuel sedang memandanginya dengan alat oksigen yang dia lepaskan.
"Samuel !" sahut Soraya yang segera memasangkan kembali alat oksigen akan tetapi Samuel menolaknya.
"Aku baik-baik saja, Soraya...", ucap Samuel.
Samuel menjauhkan tangan Soraya darinya ketika istrinya itu hendak memasangkan kembali alat oksigen untuknya sedangkan Soraya sendiri tertegun diam.
"Aku akan memanggil dokter kemari !" kata Soraya yang hendak pergi dari kamar ini.
"Tunggu, Soraya !" panggil ibu mertua.
Ibu mertua menahan Soraya agar dia tidak pergi dari kamar ini.
"Biarkan ibu saja yang memberitahukan pada dokter tentang kondisi Samuel yang telah sadar, nak", ucapnya.
Soraya terdiam saat ibu mertuanya menahan dirinya, untuk tidak pergi kemana-mana.
"Tunggulah disini dan temani dia sampai aku dan dokter datang !" pinta ibu mertua.
Soraya mengurungkan niatnya untuk pergi dan dia memilih mengikuti saran dari ibu mertuanya, untuk tetap tinggal menemani Samuel.
Terlihat ibu mertua berlalu pergi dari kamar rumah sakit, hendak memanggil dokter.
Tinggal Soraya sendirian dikamar ini bersama Samuel yang masih tergeletak diatas tempat tidur pasien.
Soraya agak canggung ketika menyadari bahwa dia sendirian dikamar ini. Dan harus berhadapan dengan Samuel, suaminya.
Momen ini adalah awal pertama kalinya untuk mereka berdua berjumpa lagi setelah kelahiran kembali setelah kematian mereka yang tragis, tanpa sempat mengucapkan kata perpisahan dengan baik pada kehidupan masa lalu mereka.
Soraya masih berdiri agak jauh dari tempat tidur, menunggu Samuel memanggilnya.
Detik berlalu begitu saja, tidak terlihat tanda-tanda Samuel berbicara dengannya.
UU
Soraya mulai jengah karena harus menunggu lama, reaksi dari Samuel.
"Kenapa dia masih diam saja ? Suruh aku apa atau berbuat apa ? Ini sangat lama jika harus menunggu saja ?" kata Soraya dalam hatinya, dengan agak menggerutu.
Melihat tidak ada respon dari Samuel terhadap dirinya, membuat Soraya menjadi tidak sabaran lagi dan memilih hengkang dari kamar ini.
Soraya berjalan cepat menuju pintu kamar, berniat pergi.
"Soraya...", panggil Samuel.
Cepat-cepat Soraya melangkah kembali ke arah tempat tidur dimana Samuel terbaring disana.
"Ya, apa ? Ada yang ingin kamu katakan ?" tanya Soraya antusias.
"Tidak ada...", sahut Samuel datar.
"Heh ?! Tidak ada ?!" ucap Soraya tertegun.
Samuel kembali memalingkan muka ke sisi lainnya dan terdiam.
"Kenapa kamu memanggilku tadi ?" tanya Soraya mulai gemas.
"Aku hanya ingin bertanya padamu", sahut Samuel.
"Bertanya apa ???" tanya Soraya.
"Kamu mau kemana barusan ?" sahut Samuel yang bertanya balik.
"Tidak ada...", ucap Soraya.
Samuel menoleh ke arah Soraya dengan tatapan serius, diam lama menatap perempuan cantik yang menjadi istrinya itu.
"Apa kau yang membawaku kemari ?" tanya Samuel.
"Ya, kenapa ? Apa kau tidak suka ?" sahut Soraya.
"Tidak, bukan begitu...", ucap Samuel seraya menggeleng pelan.
"Lantas ?" tanya balik Soraya.
Samuel terdiam lalu mengalihkan pandangannya.
"Beristirahatlah...", jawab laki-laki tampan itu lalu memejamkan kedua matanya yang terasa mengantuk.
Melihat Samuel terpejam membuat Soraya panik.
"Samuel ! Bangun ! Jangan pingsan lagi ! Samuel !" teriak Soraya didekat telinga Samuel.
Samuel membuka matanya seraya menoleh ke arah Soraya..
"Apa ?" sahutnya datar.
"Ehk ?!" gumam Soraya terkejut.
Soraya buru-buru menjauhkan wajahnya dari Samuel dan berdiri kaku.
"Apa maksudnya... ???" gerutu Soraya.
"Aku hanya ingin tidur sebentar, tidak usah cemas, aku sudah sadar", sahut Samuel.
"Oh ?! Kukira kau akan jatuh pingsan lagi seperti tadi...", ucap Soraya gugup.
"Tidak akan, aku sangat kuat !" kata Samuel.
"Tapi kenapa mereka menyiksamu dan sanggup menyekapmu jika kau sangat kuat", ucap Soraya.
"Mmm...", gumam Samuel sesaat.
Samuel menatap lama ke arah Soraya, tidak langsung menjawab ucapan istrinya itu.
Tiba-tiba Samuel menghela nafas panjang lalu berkata.
"Tidak ada hubungannya aku yang kuat dengan mereka yang licik karena menjebak serta menculik paksa, bukan suatu tindakan jantan", Samuel melanjutkan ucapannya.
"Kau akan membalasnya ?" tanya Soraya.
"Tentu saja, tapi aku masih mempunyai sedikit hati nurani untuk penjahat rendahan seperti mereka dan memberi kesempatan pada mereka untuk meminta maaf kepadaku", sahut Samuel seraya tersenyum tipis.