Viona gadis cantik yang sempurna dia memiliki sejuta kelebihan. Mempunyai IQ di atas rata-rata, pintar beladiri, dan karir yang memumpuni. Tapi siapa sangka dibalik itu semua viona mempunyai trauma masa lalu yang mengharuskan nya kehilangan separuh ingatan dan melupakan kekasih lamanya.
"siapa kamu?".
"Aku Lucius.. Apa kamu sungguh melupakanku Vi?".
Laki-laki itu berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurmala sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari cara kesembuhan Viona
"Om sebenarnya apa yang terjadi dengan adikku" tanya Gean setelah sampai di ruangan Martin.
"Kita duduk dulu" jawab Martin.
"Langsung saja jangan bertele-tele Martin".
Martin sudah hafal watak sang sahabat yang tidak suka berbasa-basi.
Martin pun menghela nafas dan menjawab
“Viona mengalami trauma berat akibat pelecehan yang dialaminya dan kekerasan pada tubuhnya sehingga dia akan histeris saat melihat laki-laki, meskipun pelecehan itu tidak sampai merenggut kesucian Viona, tapi itu mungkin pukulan terberat dalam hidupnya".
Deg, kaget Garvin dan Gean bersamaan dan mereka meneteskan air mata mendengar dokter berbicara mengenai Viona dan keadaannya yang tidak baik-baik saja.
"Tapi aku ayahnya dan Gean kakaknya kenapa dia juga menangis histeris saat kami memeluknya".
Garvin berbicara dengan nada bergetar takut apa yang di pikirannya menjadi kenyataan.
"Garvin kau pasti tahu jawabannya" seru Martin.
"Om, tidak mungkin kan Vivi juga takut melihat kami?" Tanya Gean dengan mata berkaca-kaca.
"Itu memang kenyataannya, aku sarankan kalian jangan membiarkan dia sendirian, karena takutnya dia akan melakukan hal yang tidak diinginkan".
"Apa tidak ada solusi agar traumanya bisa sembuh om?" Tanya Gean.
"Bisa, tapi itu tergantung berat tidaknya rasa sakit yang di alaminya dan kemauan Viona untuk sembuh".
"Bagaimana caranya?" Tanya Garvin.
"Semangati dia karna dukungan keluarga amatlah penting dan sangat membantu, tapi jika semua itu tidak berhasil ada satu cara yaitu dengan hipnotis, tapi langkah ini mungkin ada efek sampingnya".
"Apa efek sampingnya om?" Tanya Gean.
"Kemungkinan dia akan kehilangan separuh memori ingatannya".
"Apa seperti hilang ingatan maksudmu Martin?".
"Kemungkinan seperti itu, tapi mungkin itu pilihan terbaik melihat anakmu sendiri akan ketakutan melihat keluarganya sendiri, tapi semua keputusan aku serahkan padamu karena pihak rumah sakit hanya mengikuti prosedur jika pihak keluarga tidak setuju maka kami tidak akan memulai pengobatan dengan cara ini".
"Menurutmu apakah pengobatannya akan berhasil" tanya garvin.
"Kau tak akan tau kalau tidak mencoba, kalau kau setuju aku akan menghubungi Dr. Ivi dia yang akan melakukan pengobatan ini".
"Apapun untuk kesembuhan putriku aku akan menyetujuinya".
"Kalau begitu aku akan menghubungi Dr. Ivi".
"Kalau begitu aku permisi dan terima kasih sebelumnya telah menghubungiku"
"Tidak ada kata maaf dan terima kasih dalam persahabatan" ucap martin sambil tersenyum.
"Ya sudah kami pergi".
"Aku juga permisi om".
Mereka pun keluar dari ruangan dokter Martin dan kembali ke ruangan Viona, tapi langkah mereka berhenti di depan pintu ruangan Viona karena mendengar Isak tangis memilukan Viona.
"Pi, kita harus menemukan pelaku yang membuat Vivi jadi seperti ini, aku akan membuat perhitungan pada mereka dan aku akan membuat mereka lebih memilih kematian" dengan tangan terkepal erat.
"Benar boy kita harus menangkap dalang dari penculikan Vivi" geram Garvin dengan ekspresi marahnya.
Alice yang melihat suami dan anaknya hanya berdiri didepan pintu ruangan viona, menghampiri mereka karena Viona baru saja tertidur.
"Kalian kenapa hanya berdiri diluar tidak masuk".
Gean hanya menggelengkan kepala dan menunjukkan ekspresi sedihnya.
"Mi, bisa kita bicara sebentar ini soal Vivi" ucap garvin dengan mimik wajah seriusnya.
Alice tau kalau suaminya sudah menunjukan ekspresi seperti itu pasti ada hal serius yang akan dia sampaikan.
"Ya pi".
Mereka pun duduk dibangku depan ruangan Viona, di situlah ia menceritakan semuanya tanpa ada yang ditutup-tutupi soal keadaan Viona, Alice hanya menitikan air mata dan menutup mulut agar isak tangis nya tidak terdengar, dan dia menyetujui apa pun yang akan dilakukan suaminya asal demi kesembuhan putrinya.