NovelToon NovelToon
Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Jendela Sel Rumah Sakit Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Cintapertama / Horror Thriller-Horror / Cinta Terlarang / Cinta Murni / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Pihak Ketiga
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Dokter Fikri adalah seorang psikiater dari kepolisian. Dokter Fikri adalah seorang profesional yang sering menangani kriminal yang mengalami gangguan kepribadian.

Namun kali ini, Dokter Fikri mendapatkan sebuah pasien yang unik, seorang gadis berusia 18 tahun yang mempunyai riwayat penyakit kepribadian ambang (borderline).

Gadis itu bernama Fanny dan diduga membunuh adik tiri perempuannya yang masih berumur 5 tahun.

Apakah Dokter Fikri biaa menguak rahasia dari Fanny?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : Michelle

Tragedi telepon neraka itu bisa aku selesaikan dengan baik. Aku menjelaskan kepada istriku bahwa pasien sedang meracau karena gangguan kejiwaannya. Aku tahu istriku tidak akan langsung percaya, tapi aku berhasil untuk meyakinkannya. Namun, ada satu hal yang mengganggu pikiranku, jika CCTV malam itu tersebar ke publik, kehidupanku akan hancur sehancur-hancurnya.

Pagi itu suasana sel tampak damai, perawat membawakanku sarapan seperti biasa. Akan tetapi, ada seseorang yang tidak kukenal masuk ke dalam ruangan ini, dia menggunakan pakaian dokter. Wajahnya putih, tampak pucat, dengan warna mata coklat, rambut hitam legam, panjang sepinggang, dia seperti manequin hidup.

"Halo Dr. Fikri," sapanya ketika masuk ke dalam selku.

"Namaku Michelle," jawabnya.

"Aku tidak mendengar ada penambahan psikiater baru di rumah sakit ini," ucapku.

"Aku baru ditugaskan di sini, untuk membantumu dalam penanganan kasus Fanny," katanya menjelaskan.

Aku meragukan ucapannya, aku khawatir dia adalah salah satu antek Nazam yang sengaja dikirim untuk mengamatiku dari dekat.

"Aku tidak butuh partner," kataku dengan tatapan tajam.

"Aku profesional, kamu harus percaya padaku," ucapnya meyakinkan.

"Aku tidak butuh partner, apakah kamu tuli?" tanyaku ketus.

"Dr. Fikri, kamu percaya tidak? Seorang psikopat bisa menjadi psikiater?" tanya Michelle tiba-tiba.

"Aku tidak peduli," kataku mencoba untuk membuat Michelle tidak nyaman.

Michelle pergi dari selku, tak lama kemudian dia kembali membawa sebuah berkas, dia memberikan berkas itu kepadaku.

"Baca ini," ucapnya.

Aku mengambil berkas yang dia berikan dan membacanya dengan saksama. Michelle masuk ke rehabilitasi kejiwaan sebanyak 17 kali, dengan kasus kekerasan, bahkan percobaan pembunuhan. Salah satu korbannya adalah seorang petani, Michelle mencangkul kaki petani itu hingga kakinya rusak permanen. Tak pernah menangis, lulus dua tahun program pascasarjana, bahkan dia lulus strata 3 hanya dalam kurun waktu 6 bulan. Michelle adalah wujud nyata iblis dan kejeniusan.

"Lalu apa? Kamu akan mematahkan leherku jika aku menolakmu menjadi partner, sudah kubilang, aku tidak butuh partner," aku bersikeras menolaknya.

Ekspresi Michelle tetap datar, dia tidak menunjukkan ekspresi kesal atau kecewa. Aku tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikirannya.

"Tidak," balasnya pendek.

"Aku butuh bukti, bukti bahwa kamu memang diutus untuk menjadi partnerku," ucapku.

Michelle mengeluarkan ponselnya, dia memanggil seseorang, yang ternyata Dr. Irma. Dr. Irma menjelaskan padaku, bahwa Michelle dikirim memang untuk membantuku, Michelle tidak pernah gagal dalam menyembuhkan pasien.

"Baiklah, aku belum percaya sepenuhnya. Untuk sekarang, ayo kita ke selnya Fanny," kataku.

Michelle mengangguk kecil, aku keluar dari selku dan menuju sel Fanny. Fanny melihat Michelle dengan ekspresi wajah ketakutan, Fanny tidak mau mendekat ke arah Michelle.

Michelle mendekat ke Fanny. Dengan cepat Fanny menyerangnya, akan tetapi dengan dua gerakan sederhana, Fanny sudah terjatuh ke lantai. Benar-benar luar biasa.

"Borderline Personality Disorder atau Gangguan Kepribadian Ambang. Perubahan perasaan secara tiba-tiba, manipulatif, dan juga impulsif. Kamu seperti anjing liar, Fanny," ucap Michelle dengan wajah datar. Michelle benar-benar dingin.

Aku benar-benar takjub, wajahnya sangat datar seperti patung, seperti dia bukan seorang manusia.

Fanny tidak bergerak sama sekali, aku khawatir terjadi apa-apa dengan Fanny. Aku mendekat ke arah Fanny dan membantunya untuk bangun. Fanny sangat takut dan bersembunyi di balik tubuhku.

Michelle keluar dari sel Fanny, sebelum dia pergi dia memberikan nasihat kepadaku, "Jika kamu mencintainya, jangan sampai seorang pun tahu. Termasuk istrimu," ucapnya.

Aku terkejut, kecurigaanku semakin membesar dan aku semakin yakin bahwa dia adalah anteknya Nazam. Aku yakin Nazam bisa melakukan semua ini, aku ingin lepas dari situasi gila ini.

"Dr. Fikri, aku benar-benar takut dengan dia," kata Fanny merangkul tanganku gemetaran.

"Dia tidak akan menyakitimu lagi," ucapku.

Setelah menenangkan Fanny, aku kembali menuju selku. Di saat yang sama, Nazam meneleponku.

"Siapa wanita itu?" tanyanya.

"Ah, seharusnya kamu mendengar pembicaraan kami," ucapku.

"Jangan sampai wanita itu tahu rencana kita. Jika sampai dia tahu, aku tidak akan segan-segan menyebarkan video CCTV dan membunuh keluargamu. Camkan itu, Dr. Fikri," Nazam mematikan panggilan.

Lagi-lagi dia mengancamku, apakah itu adalah drama? Atau memang Nazam tidak tahu siapa Michelle. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa.

Setelah panggilan dari Nazam berakhir, aku merasa pusing. Tekanan ini semakin membuatku terpuruk. Aku duduk di tepi ranjang selku, mencoba mengumpulkan pikiran. Ketika akhirnya aku merasa bisa bernapas sedikit lega, suara dari sel Fanny menarik perhatianku.

Suara nyanyiannya, meskipun pelan, mulai terdengar. Dia menyanyikan lagu The Beatles, "Blackbird". Suara Fanny terdengar merdu, tapi ada kesedihan yang mendalam dalam setiap nadanya.

"Blackbird singing in the dead of night, take these broken wings and learn to fly..."

Aku berdiri dan menatapnya dari jendela ke arah selnya. Fanny duduk di sudut, memeluk lututnya, matanya menatap jauh ke luar jendela kecil di atasnya. Wajahnya tampak tenang, tapi aku bisa merasakan ada beban berat yang dia pikul.

"Fanny, apa yang kau rasakan?" tanyaku perlahan.

Dia berhenti bernyanyi sejenak, menoleh kepadaku dengan mata yang basah. "Aku merasa seperti burung hitam itu, Dr. Fikri. Terjebak dalam kegelapan, sayapku patah, dan tidak tahu bagaimana harus terbang lagi."

"Aku juga," ucapku ke arahnya.

Fanny menatapku dan kembali melanjutkan nyanyiannya. "All your life, You were only waiting for this moment to arise..."

Aku ikut bernyanyi bersama Fanny. "Blackbird singing in the dead of night..."

Fanny menatapku dengan mata yang penuh harap, seolah-olah dalam lagu itu kami menemukan sekilas cahaya di tengah kegelapan yang menelan kami berdua. Suara kami bergabung, menciptakan harmoni yang indah namun penuh kegetiran.

"Blackbird singing in the dead of night, take these sunken eyes and learn to see..."

Kami bernyanyi bersama, saling menguatkan di tengah ketidakpastian yang mengelilingi kami. Meskipun hanya sekejap, momen itu memberikan perasaan tenang yang jarang kami rasakan. Ketika lagu berakhir, Fanny menutup matanya dan menghela napas dalam-dalam, seolah-olah beban di pundaknya sedikit berkurang.

"Aku ingin terbang lagi, Dr. Fikri," katanya perlahan. "Aku ingin keluar dari kegelapan ini."

"Kita akan keluar dari situasi ini, Fanny. Aku akan melakukan apa saja untuk memastikan itu," ucapku menghiburnya.

Kami duduk dalam keheningan beberapa saat, menikmati kedamaian sementara yang tercipta. Namun, aku tahu kedamaian ini tidak akan berlangsung lama. Ancaman dari Nazam, kehadiran Michelle yang misterius, dan rahasia yang kami sembunyikan semuanya adalah bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Pikiranku penuh dengan rencana. Aku harus mengatasi Nazam dan mengungkap siapa sebenarnya Michelle. Ini bukan hanya tentang menyelamatkan Fanny, tetapi juga tentang menyelamatkan diriku sendiri dan keluargaku.

Pikiranku terus bekerja hingga malam tiba. Di luar, hujan mulai turun, menambah kesan suram pada situasi yang sudah mencekam. Tapi aku tahu, di tengah hujan dan kegelapan ini, aku harus tetap kuat. Demi Fanny, demi keluargaku, dan demi diriku sendiri.

1
Livami
kak.. walaupun aku udah nikah tetep aja tersyphuu maluu pas baca last part episode ini/Awkward//Awkward//Awkward/
aarrrrgh~~~
Umi Asijah
masih bingung jalan ceritanya
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ
Novelku sendiri
Livami
orang kayak gitu baik fiksi ataupun nyata tuh bener2 bikin sebel dan ngerepotin banget
Livami
huh.. aku suka heran sama orang yang hobinya ngerebut punya orang... kayak gak ada objek lain buat jadi tujuannya...
Umi Asijah
bingung bacanya..😁
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Ada yang mau ditanyain kak?
total 1 replies
Livami
terkadang kita merasa kuat untuk menghadapi semua sendiri tapi ada kalanya kita juga butuh bantuan orang lain...
Livami
ending episode bikin ademmm
Livami
ok kok semangat thor
Livami
woo.. licik juga Tiara
semangat tulis ya Thor /Rose/
bagus ceritanya
Livami
bagus Lo Thor.. ditunggu up nya.. semangat/Determined//Determined//Determined/
LALA LISA
tidak tertebak...
Sutri Handayani
pffft
LALA LISA
ending yang menggantung tanpa ada penyelesaian,,lanjut thoor sampai happy ending
LALA LISA
benar2 tak terduga ..
LALA LISA
baru ini aku Nemu novel begini,istimewa thoorr/Rose/
ᴬᵖᵖˡᵉᴿʸᵘ: Terimakasiiih
total 1 replies
LALA LISA
cerita yg bagus dengan tema lain tidak melulu tentang CEO ..semangat thoorr/Rose/
Reynata
Ngeri ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!