NovelToon NovelToon
CHANCE Memanfaatkan Waktu

CHANCE Memanfaatkan Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Reinkarnasi / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: choirunnisa

💕 Apa yang kamu lakukan jika di berikan kesempatan kedua untuk hidup? 💕



Tasya dan Alexander di berikan kesempatan kedua untuk kembali ke masa dimana mereka harus memperbaiki masa muda mereka dan segala kesalahan yang mereka lakukan.

Dapatkan mereka memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan? Haruskan mereka mengorbankan seseorang yang mereka sayangi?



DISCLAIMER: Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Segala bentuk foto ilustrasi baik tokoh maupun property bukan milik pena dua jempol namun sudah mendapatkan izin untuk menggunakannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Independen Women

Setelah para Bidan selesai menangani Tasya dan bayinya. Mereka membawa Tasya dan bayi cantik itu ke kamar rawat inap.

Tasya lega bisa melihat buah hatinya yang terbungkus kain berwarna merah muda.

Ia teringat waktu di tengah jalan ingin memberhentikan taxi. Saat itu di dalam Taxi, tiba-tiba saja Ia mengalami kontraksi hebat yang membuatnya hampir gagal nafas.

Berkat instruksi para Bidan saat dirinya sampai di klinik bersalin, Tasya melahirkan dengan lancar dan hanya perlu mengejan satu kali.

Bidan Evi mendekati nakas di samping tempat tidur yang di tempati Tasya.

Bidan cantik itu membawakan nampan yang berisi teh manis hangat, air putih dan nasi yang terisi beberapa lauk lengkap.

Entah dari mana sang bidan mendapatkan lauk selengkap itu di tengah malam seperti ini.

"Dimakan dulu ya, Bu. Habis itu langsung istirahat supaya paginya bisa menyusui si Ade cantik ini!"

"Iya Bu Bidan."

"Saya beli ini semua di warteg 24 jam. Gak apa-apa, 'kan?" lanjut Bidan Evi sambil mencolek pipi merah Princess.

Karena dari yang Evi amati, sosok Tasya ini pasti bukan orang sembarangan.

Terlihat dari kulit wanita itu yang putih bersih bercahaya. Belum lagi kalung dan cincin berlian yang wanita itu kenakan.

Evi takut jika pasiennya ini tidak bisa memakan makanan dari rumah makan sederhana seperti warteg atau pun warsun.

"Iy Ibu Bidan tidak apa-apa, terima kasih Bu Bidan," ucap Tasya pelan.

Dirinya masih lemas namun hawa kantuk belum ia rasakan padahal waktu sudah menunjukkan jam 2 pagi.

"Maaf Bu Tasya, kami sudah menghubungi suami Ibu. Tapi suami Ibu tidak dapat dihubungi."

Tasya mengeluarkan butiran bening dari ujung matanya.

"Iya Bu, nanti saya hubungi kembali suami saya. Semoga saja pagi nanti ia bisa dihubungi. Maaf ya Bu Bidan, saya sudah merepotkan."

"Iya Bu, tidak apa-apa itu sudah menjadi tugas kami."

Bidan yang masi sangat muda itu melenggang keluar dari kamar inap yang di tempati Tasya lalu menutup pintunya.

'Kasian, lahiran sendirian ... Suaminya di telpon malah marah-marah ngomong ngelantur gak jelas. Mabuk kayanya,' batin bidan Evi.

Sebenarnya suami pasiennya sempat mengangkat panggilan darinya.

Namun, karena Lukas masih berada di dalam club dan suara musiknya lebih mendominasi dari pada suara perempuan di ujung telepon. Membuat Lukas harus menaikan suaranya agar terdengar.

Sang bidan tidak mungkin mengatakan. 'Suami Ibu dalam keadaan mabuk saat mengangkat telpon dan tidak bisa menemui Ibu di klinik ini!'

Ahh ... Lebih baik bidan itu simpan dalam hati. Ia takut jika pasien nya akan stress dan mempengaruhi produksi ASI-nya nanti.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tasya mengecek handphone nya dan menghubungi sang suami berkali-kali. Namun tidak di angkat.

Lantas ia menghubungi sang ayah. Hal yang sama pun terjadi. Tidak ada yang mengangkat.

"Mereka berdua kemana ya? Kenapa gak ada yang bisa aku hubungi? Apa aku pesan taxi online aja?" gumamnya.

"Iya deh aku pesan taxi online saja!" Finalnya.

Meskipun bagian bawah masih sangat nyeri. Namun, ia sudah mampu berjalan pelan-pelan sambil menggendong buah hatinya.

Bidan Evi yang sedari tadi memperhatikan pasiennya yang malang itu. Segera menghampiri Tasya dan membantu Tasya menggendong bayinya.

"Saya antar Ibu ya ke rumah, gak mungkin 'kan, Ibu bawa tas lahiran dan bayinya sekaligus, apalagi jahitannya belum kering, Bu."

Bidan Evi membantu membawakan tas yang Tasya sampirkan ke pundak kanannya.

"Tidak perlu Bu, saya tidak ingin merepotkan Ibu!" tolaknya.

"Saya tidak repot kok, Bu. Bu Tasya tidak perlu pesan Taxi online, biar saya antar Bu Tasya sampai ke rumah. Ini juga bagian dari tugas saya untuk membantu Ibu. Lagi pula saya sedang tidak ada pasien. Hanya Ibu pasien saya saat ini."

"Terima kasih Bidan Evi. Semoga segala kebaikan Bidan Evi di balas oleh Tuhan. Sehat selalu untuk Bidan Evi!"

"Aamiin sama-sama Bu, mari saya antar!"

Bidan Evi dan Tasya sudah sampai di kediaman rumah orang tua Tasya.

Dari awal menikah sampai sekarang, Tasya dan Lukas memang memilih untuk tinggal di rumah Tasya, dengan alasan kasihan pada Antonius -- Papi Tasya.

Pria itu tidak bisa di tinggal sendiri semenjak Maretha -- mami Tasya meninggal, 3 tahun yang lalu.

'Rumahnya besar banget. Tapi kenapa dia memilih lahiran di klinik gue yang kecil ya?' batin Evi.

"Terima kasih Bidan Evi, Bidan Evi mau mampir dulu ke dalam?"

Evi langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu, Bu. Saya langsung pulang saja. Nanti kalau ada apa-apa sama--"

Evi menggantungkan kalimatnya karena tidak mengetahui nama bayi yang baru saja ia bantu proses bersalin nya.

Evi juga lupa menanyakan nama bayi itu kepada Tasya.

"Princess Eleanor Imanuel, Bu namanya. Panggil saja Princess."

Senyum Tasya mengembang saat turun dari mobil dan menatap Evi dari kaca yang Evi turunkan.

"Oh ... Princess Eleanor Imanuel, nama yang indah."

'Im-imanuel ... What, Jadi Semalem gue abis bantuin istri orang berpengaruh di kota ini? Lukas Imanuel yang gantengnya nauzubillah. Berarti semalam itu suara pak Lukas. Omoooo...' batin Evi ia sampai membekap mulutnya saking terkejutnya.

Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Imanuel yang terkenal akan kesuksesan dan kekayaan yang dimiliki keluarga yang memiliki darah Indo - Inggris.

Lukas Imanuel adalah putra mahkota dari kerajaan bisnis yang di bangun Imanuel.

Meskipun sudah menikah dan memiliki anak, kepamoran Lukas tidaklah luntur.

"Saya pamit ya, Bu. Sehat selalu Princess dan Ibu Tasya. Saya Permisi!" pamit Evi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tasya memasuki rumahnya namun ia langsung di sambut dengan ekspresi panik dari para pekerja di rumahnya.

"Loh ... Non Tasya? Kapan Non, lahirannya? Kok gak ngabarin Bibik?"

Tasya senyum sambil meringis menahan jahitannya, lalu memberikan Princess pada Bik Parti.

Kepala Asisten rumah tangga yang sudah ikut dengan keluarganya dari awal mami dan papinya menikah.

"Kemarin Bik, kemarin pas Tasya dari rumah temen, tiba-tiba Tasya kontraksi hebat di tengah jalan. Mau pulang dulu gak keburu. Jadinya Tasya cari rumah bersalin terdekat," ucap Tasya

Ia berjalan mengikuti Bik Parni menuju kamar bayi yang sudah di siapkan untuk bayi mereka.

Bik Parti mau heran tapi dia ingat jika anak majikannya ini adalah anak yang tangguh dan mandiri.

Selagi Tasya bisa melakukannya sendiri ia tidak akan merepotkan orang lain.

Namun untuk kasus yang satu ini, Bik Parti sampai mengelus dada.

Bisa-bisanya nona mudanya ini pulang tidak dalam keadaan yang misuh-misuh. Karena tidak ada yang mendampinginya saat melahirkan.

"Tapi 'kan, Non Tasya bisa hubungin orang rumah. Bibik mau kok nemenin Non Tasya. Jangan begitu lagi ya Non, Bibik khawatir sama Non Tasya."

"Iya Bik, maaf ya Tasya bikin Bibik khawatir soalnya handphone Tasya lowbat, Bik. Gak kepikiran buat nge-carger. Fokus ngerasain pembukaan, Tasya Bik."

"Sakit banget gak, Non? Berapa jam Non dari pembukaan awal ke pembukaan lengkap?"

"Sakit sih Bik, tapi gak sesakit waktu lahiran Prince. Kontraksi pembukaannya cuma 3 jam."

"Wah ... Non hebat!"

"Bidannya pinter deh Bik, setiap Tasya mulai kontraksi, dia bantu Tasya buat elus-elus bagian pinggang belakang Tasya. Kadang ke pusar. Terus Tasya juga di ajarin cara atur nafas. Jadi Tasya pemulihannya bisa cepat Bik, gak kaya waktu lahiran Prince. Abis lahiran, semua badan Tasya linu semua karena mengejan."

Tasya menceritakan pengalaman lahiran anak keduanya pada Bik Parti yang sudah ia anggap seperti bibik nya sendiri.

Dari kecil Tasya memang lebih dekat dengan asisten rumah tangganya itu daripada dengan Maretha -- ibu Tasya.

"Ya beda atuh, Non. Kalau Den Prince 'kan, anak pertama. Urat-urat Non Tasya awalnya masih kencang. Saat lahiran anak kedua jadi nggak begitu sakit seperti yang pertama, Non. Apalagi waktu pertama 'kan Non belum pengalaman. Jadi pas kontraksi malah mengerang dan mengejan. Padahal harusnya Non Tasya atur nafas supaya jalan pembukaannya cepat," jelas Bik Parti.

Mereka mengobrol sambil menuju kamar bayi yang sudah Lukas dan Tasya siapkan untuk menyambut anak kedua mereka.

"Iya juga ya Bik. oh iya Bik, Lukas sudah pulang belum, Bik? Tasya telpon Lukas tapi nomornya gak aktif. Kemana ya dia?"

Bik Parti tampak gelisah dan aura yang Bik Parti tunjukan terbaca oleh Tasya.

"Ada apa Bik?" tanya Tasya ketika tidak mendapat jawaban dari Bik Parti.

Setelah meletakan Princess di baby box. Bik Parti duduk di sebelah Tasya yang sedang mengeluarkan baju dan perlengkapan lahirannya yang ia beli dadakan di klinik bersalin itu.

"Tuan Lukas belum pulang, Nona."

"Lukas kemana ya Bik? Gak biasanya dia gak pulang begini. Kalau papi?"

"Papi Non Tasya dari kemarin siang juga mengurung diri di kamar. Bahkan saat makan malam kemarin, beliau tidak keluar kamar. Padahal lampu kamarnya gelap pas Mang Agus liat dari arah kebun, Non."

"Duh ... Lukas kemana ya? Lukas pasti tau gimana kondisi papi. Mereka satu kantor."

"...." Tidak ada jawaban dari Bik Parti.

Entah mengapa jika menyangkut tuan mudanya, Bik Parti tidak begitu suka. Bik Parti dari awal tidak menyukai kehadiran Lukas.

Meskipun Lukas sangat tampan, tapi perangai lelaki itu sungguh buruk. Apalagi pada para pelayan di kediaman Sanjaya.

"Papi ngunci kamarnya dari kemarin Bik? Sudah minta Mang Agus buka kamar papi pakai kunci cadangan, Bi?"

"Oh iya Bibik lupa, Bibi minta tolong Mang Agus buat buka kamar Tuan Antonius. Takutnya Tuan pingsan dan kita gak ada yang tau."

Tasya mengikuti Mang Agus dan Bik Parti dari belakang.

Jalan Tasya masih tertatih ketika harus menaiki tangga.

Bahkan berkali-kali ia harus memegang handle tangga.

"Prince sudah ada yang jemput, Mang?" tanya Tasya karena sedari tadi ia tidak melihat mang Agus keluar.

Biasanya jam segini, mang Agus sudah berdiri di dalam parkiran sekolah Prince.

"Den Prince di jemput Tuan Lukas, Nona, tadi Tuan Lukas menghubungi saya!"

Tasya menatap Mang Agus bingung. Mengapa Lucas tidak bisa menghubunginya dan membalas semua pesannya. Tapi lelaki itu justru bisa menghubungi supir pribadi keluarganya.

Saat sudah sampai di depan pintu kamar Antonius, Mang Agus membuka kamar itu dan alangkah terkejutnya Shasa melihat tubuh sang ayah yang tergantung di pintu kamar mandi. Tubuh Tasya langsung ambruk dan mengenai Bik Parti.

TBC ...

1
Casillas Marko
🌹 untuk author agar semangat up
Casillas Marko
lanjut kak author
Casillas Marko
lanjut thor
Casillas Marko
Thor ... keren bangett sih selalu di kasih visual
Casillas Marko
keren ... banyak pesan moral di sini! rekomendasi banget buat pembaca
samara betric
gede bgt dong
samara betric
Thor.... please lah keren banget kalau udah berkaya. Shasa dan Adrian aja belum kelar bapernya udah di timpa sampa Alex dan tasya
Pena dua jempol: happy reading kak Sam ... selamat merasakan kebaperan /Sob/ tapi karya ku yang ini nggak akan buat kak Sam menyiapkan tissue
total 1 replies
samara betric
gak Alex ...... gak Tasya ....... ngakak kalau udah ngomong
samara betric
nangis bisa colab ya... alex ... Alex...
samara betric
khas orang kabupaten banget klw bercanda /Facepalm/ ngakak
anggita
terus berkarya tulis, semoga novelnya lancar👍👌
anggita: sama". fokus saja dulu ke novelmu. semoga makin banyak pembacanya yah🙏.
Pena dua jempol: terima kasih kak Anggita. sukses juga untuk novelnya. aku bakal sering mampir 🫰🏾
total 1 replies
anggita
like👍☝iklan.
anggita
nama anaknya Prince dan Princes 👏👌
anggita
bayinya nangis tuh👶
anggita
gambar visual tokoh"nya keren👍
samara betric
uugghhh mantap dapat salam tempel pasti
samara betric
pena dua jempol kalau buat cerita selalu bikin baperrrrr 💐❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️ cerita terthebezzz
Fa🍁
semangat!! kuy kuy cerita nya sangat menarik.
Pena dua jempol: terima kasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!