NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Zahid Hamizan Rabbani

Mendengar ucapan Marni, Yanti langsung keluar kamar, ia tidak senang besannya itu menjawab omongannya. Belum ada yang berani membantah omongannya selama ini. Namun, kali ini ia seperti mendapat lawan. Melihat sikap mertuanya, Rheina hanya berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa selama mereka berdua berkumpul di rumahnya. Rheina sangat sayang pada mereka berdua. Walaupun, pasti mamanya adalah yang nomor satu.

"Ma, Rheina suka rasa jamunya. Makasih, ya, Ma," ujarnya mencoba menghibur Marni.

Wanita paruh baya tersebut tersenyum, sambil membelai rambut putri semata wayangnya lembut. Ia merasa, Rheina saat ini sangat tertekan dengan sikap mertuanya. Namun, berkali-kali ia mencoba mengungkit, tak sepatah kata pun keluar dari mulut putri kesayangannya itu.

"Mama tahu, surga suamimu masih terletak pada maminya. Namun, kalau mertuamu berani menyakiti anak semata wayang mama, mama tidak akan tinggal diam. Mama tidak peduli, walaupun mereka berasal dari keluarga yang kaya raya. Toh, kita tidak pernah merepotkan mereka," ujar Marni yang terlihat sudah tahu apa yang dirasakan Rheina selama ini.

"Iya, Ma. Mami nggak pernah nyakitin Rheina, kok," bohongnya. Padahal sudah berkali-kali wanita yang menjadi cinta pertama suaminya itu menggoreskan luka di hatinya. Namun, tidak sekali pun Rheina menceritakan kejadian yang tidak mengenakan itu kepada orang tuanya. Ia tidak ingin mamanya kepikiran pada masalah yang ia hadapi.

"Syukurlah, coba aja kalau Mama sampai tahu. Mama bakal bikin perhitungan sama dia," ujar Marni. Ia tidak terima kalau ada orang yang menyakiti putri semata wayangnya. Sejak kecil, ia selalu melindungi Rheina dari hal apa pun juga. Makanya, ia tidak akan rela, kalau aku ada yang berani menyakiti anak kesayangannya itu.

Rheina tersenyum melihat gaya bicara mamanya. Kemudian, ia memeluk wanita tersebut penuh kasih sayang. Sedikit pun, ia tidak pernah meragukan cinta dan kasih wanita yang telah bertaruh nyawa melahirkannya, dua puluh lima tahun yang lalu.

"Ya, sudah! Rheina istirahat, ya. Mumpung si kecil masih tidur. Nanti kalau dia udah bangun, Rheina bakalan dibikin sibuk sama dia," perintah mamanya lembut.

"Iya, Ma," sahut Rheina sambil mengurai pelukannya.

"Mama mau ke dapur dulu. Mama mau menyiapkan makanan yang enak dan bergizi buat Rheina," ujar Marni.

Setelah memastikan Rheina berbaring dengan benar, ia menyelimuti wanita yang selalu ia anggap gadis kecil itu. Barulah kemudian ia beranjak ke dapur untuk memasakkan makanan sehat untuk putrinya. Sebelummya, ia sudah meminta tolong Mbak Herlin untuk menyiapkan bahan-bahannya. Ia akan memastikan, kalau putrinya akan memperoleh gizi yang cukup, agar ASI-nya lancar.

--

Malam ini, adalah malam kedua si kecil balik ke rumah. Dari kemarin, ia hanya tinggal di kamar. Rheina kemarin masih belum kuat untuk duduk lama-lama di luar kamar. Untuk makan pun, Marni mengantarkannya ke kamar. Namun, kali ini Rheina merasa sudah cukup segar. Ia mengajak putranya untuk berkumpul di ruang keluarga. Sementara mereka sibuk ngobrol dan berbagi cerita, si kecil tetap menyusu dengan lahap, tanpa memedulikan keadaan di sekitar.

"Siapa nama si kecil, Adnan? Dari kemarin, kita masih memanggilnya dengan sebutan si kecil," tanya Marni yang saat itu duduk di sebelah Rheina. Ia sudah tidak sabar untuk ingin tahu nama cucunya itu.

"Mami mau ngasih dia nama, Arjuna Fernando Pratama," jawab Desti dengan percaya diri.

"Nggak, Mi. Kami udah menyiapkan nama sendiri," bantah Adnan. Lagi-lagi ia merasa tidak enak hati melihat tingkah maminya. Sejak kemarin, Adnan merasa kalau maminya seperti mencari masalah terus dengannya dan juga Rheina.

"Pokoknya, Mami mau nama itu untuk cucu Mami. Nama itu udah Mami siapkan sejak Dina hamil anak pertamanya, tapi ternyata anaknya perempuan semua," paksa Desti.

Ia ingin cucu laki-lakinya dipanggil Arjuna. Lalu, Fernando adalah nama aktor telenovela yang pernah ia tonton. Sementara, kata Pratama digunakan untuk menandakan ia adalah cucu laki-laki pertama di keluarga mereka. Menurutnya, itu adalah sebuah perpaduan yang sangat indah.

"Adnan nggak suka nama itu, Mi," jawab Adnan tidak senang. Ia tidak suka melihat sikap maminya yang selalu memaksakan kehendak.

"Jangan memaksakan kehendak, Bu. Biar mereka yang menentukan nama untuk buah hati mereka," ujar Marni bijak. Ia sebenarnya sudah mulai tidak sabar menghadapi sikap besannya yang sudah keterlaluan. Di mata Marni, Desti tidak terlihat sebagai seorang ibu yang bisa dijadikan panutan. Ini juga salah satu alasan, kenapa dulu ia berat memberi restu kepada Adnan.

"Kok, semua pada kompak menyudutkan Mami, sih?" Desti terlihat semakin kesal. Ia tidak mungkin menekan Rheina untuk mendukungnya saat ini. Bisa-bisa Marni--besan yang menurutnya cerewet itu akan mengata-ngatainya lagi seperti tadi.

"Bukan menyudutkan, Mi. Namun, Adnan dan Rheina sudah menyiapkan nama untuk si kecil sejak kami tahu, kalau dia adalah bayi laki-laki," jelas Adnan.

"Siapa namanya, Nak?" tanya Marni lembut. Ia tidak ingin menantu dan besannya kembali berdebat.

"Zahid Hamizan Rabbani, Ma. Panggilannya Zahid," jawab Sandy.

"Masyaallah, nama yang indah," ujar Marni sambil mengusap kepala cucu pertamanya.

"Kampungan gitu, kok di bilang indah?" ujar Desti sewot. Ia masih tidak terima Adnan tidak mau menggunakan nama yang ia pilihkan tersebut. Andaikan anak Dina ada yang laki-laki, pasti nama tersebut sudah ia berikan pada anak Dina, dan ia yakin, Dina dan suaminya tidak akan membantah seperti Adnan.

"Mami kenapa, sih? Dari kemarin bawaannya pengen ribut, aja?" Adnan semakin terlihat tidak sabar menghadapi Desti.

Melihat suasana yang sudah mulai memanas, Marni berusaha mengalihkannya. Ia memberi kode kepada Rheina untuk membawa Zahid masuk ke dalam kamar agar masalah tidak semakin melebar.

"Sayang, kita ke kamar, yuk! Zahid sudah tertidur," ajak Rheina sesaat setelah mendapat kode dari mamanya.

Marni membantu menggendong Zahid ke kamar, dan meletakkannya dalam box bayi. Diselimutinya cucu pertamanya tersebut dan diciumnya penuh rasa cinta.

"Tidur yang nyenyak, ya, Sayang!" ucap Marni perlahan.

"Ma, maafin sikap Mami, ya." Adnan merasa tidak enak kepada mertuanya itu. Maminya kali ini benar-benar sudah keterlaluan. Sangat berbeda dengan mertuanya yang sejak pulang dari rumah sakit kemarin, selalu telaten merawat Rheina dan Zahid.

"Nggak apa-apa, Adnan. Asal tidak menyakiti Rheina saja, Mama masih bisa mengerti," jawab Marni.

"Makasih, ya, Ma," ujar Adnan. Ia jadi teringat konflik antara Desti dan Rheina sebelummya. Seandainya mertuanya itu tahu, pasti sudah terjadi perang dunia ketiga.

"Ya, udah. Mama ke kamar dulu. Nanti, kalau Zahid bangun, dan Rheina belum bisa ganti popok Zahid, Adnan bangunin Mama, ya," pesan Marni.

"Iya, Ma. Terima kasih banyak, ya, Ma." Adnan merasa sangat beruntung mempunyai mertua seperti Marni yang sangat peduli pada mereka. Sikap Marni sangat jauh berbeda dengan maminya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!