Menikah karena wasiat, itulah yang di alami Clea. ia terpaksa menikah dengan Renei Suprapto, pria tampan, mapan dan matang dan juga suami orang. Margareth istri Renei yang menginginkan pernikahan itu terjadi karena ia sedang sakit keras. Margareth tidak ingin sepeninggal dirinya Renei kesepian karena itu ia menjodohkan suaminya dengan Clea gadis berusia dua puluh tahun yang tak lain adalah petugas terapis Margareth selama sakit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13 Persaingan Sengit
"Cukup" kata Renei yang tiba-tiba berdiri dari bathup dan berjalan santai menuju shower untuk membilas tubuhnya. Clea di buat hampir pingsan dengan tingkah ajaib Renei. wajah Clea pasti semburat merah saat ini.
"Ambilkan handukku! Clea kenapa kau hanya duduk saja disitu?!"
"I-iya mas"
Clea mengulurkan handuk pada Renei tanpa memandangnya. Renei yang tahu Clea merasa malu dan canggung segera punya niat untuk mengerjai Clea. keduanya berjalan menuju kamar, Clea masih tetap menunduk Renei sengaja menabrakkan dadanya yang bidang ke kepala Clea.
"Kenapa menunduk terus? lihat aku! biasanya kau berani sekali padaku kenapa sekarang malu-malu?" tanya Renei jahil sambil mencolek lengan Clea.
"Mas! sudah aku mau ke kamar ku!" habis sudah kesabaran Clea di jahili oleh Renei. ia berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu. Clea meraba dada kirinya yang berdetak tidak karuan.
"Dasar mesum!" omel Clea.
Clea bergegas membersihkan diri, berganti pakaian lalu istirahat. besok ia harus datang pagi ke acara pameran dan pelelangan produk dagangnya.
Clea memejamkan matanya setengah mati mencoba untuk tidur tapi setiap matanya terpejam malah bayangan tubuh Renei yang melintas di otaknya. ia tidak bisa mengendalikan otaknya agar tidak memikirkan kejadian di kamar mandi.
"Huft! aku tidak bisa tidur!" omel Clea.
Clea menarik selimutnya, ia berhitung agar mengantuk dan mengalihkan pikirannya dari Renei. akhirnya setelah bersusah payah Clea bisa tidur juga.
****
Pagi tiba, Clea langsung menyiapkan keperluan Renei berangkat ke kantor dan juga membantu bibi menyiapkan makan pagi khusus untuk Renei. setelah semua siap Clea bergegas berangkat tanpa sarapan lebih dulu. ia harus buru-buru ke pelelangan.
Pukul sembilan acara pelelangan di buka, Clea di bantu asisten barunya Rara segera menyiapkan vas untuk di tata di stand mereka. Clea memutuskan melelang dua buah vas besar buatannya sendiri dengan harga standar saja. ia menyadari vas buatannya belum sebagus buatan seniman profesional lainnya.
"Semua sudah siap Ra?" tanya Clea
"Sudah Bu, kita tinggal tunggu sebentar lagi para pengunjung akan datang" kata Rara sambil menata kursi untuk para pengunjung nantinya.
"Hai Clea selamat ya untuk pelelangan pertama vas karya mu"
"Mas Her?"
Hermawan menyerahkan buket bunga pada Clea. Rara yang melihatnya sampai senyum-senyum mengira jika Hermawan adalah kekasih Clea.
"Terimakasih mas sudah menyempatkan untuk datang"
"Tentu saja aku pasti datang, setelah acara selesai bagaimana kalau kita makan siang bersama?
"Baiklah mas tapi akan sedikit perlu waktu karena aku harus membantu Rara beberes"
"Tidak masalah aku akan membantu mu"
Clea tersenyum manis, ia senang memiliki teman seperti Hermawan di kala Renei suaminya justru mengabaikan dirinya. tidak pernah menganggap ada dan selalu ketus.
Acara segera di mulai, Hermawan duduk di jajaran pengunjung lain yang ikut berpartisipasi dalam pelelangan itu.
"Baiklah, produk pertama yang akan di lelang adalah vas karya ibu Clea dimulai dengan harga dua juta!" kata Rara.
"Dua juta seratus!" seorang pengunjung pria tertarik dengan vas itu sepertinya.
"Dua juta lima ratus!" Hermawan ikut serta membuat meriah tawaran. ia melirik ke arah Clea yang tersenyum lebar padanya.
"Tiga juta!" pengunjung tadi tidak mau kalah.
"Lima juta!" sahut Hermawan.
"Sepuluh juta!" sebuah suara mengejutkan Clea dan pengunjung lain dengan menyebut nominal cukup besar. di sana ada Renei yang berdiri dengan percaya diri seperti biasanya. mata seluruh pengunjung di ruangan itu tertuju padanya. termasuk Rara yang di buat terkesima karena ketampanan Renei.
"Dua belas juta!" sahut Hermawan lagi. ia tak kalah percaya diri dari Renei.
"Lima belas juta!" Yudi yang berdiri tidak jauh dari Renei ikut-ikutan membuat gaduh persaingan. Renei melirik tajam ke arah Yudi yang cengengesan.
"Duapuluh juta!" sahut Renei.
"Dua puluh lima juta!" kata Hermawan.
"Tiga puluh juta!" sahut Renei lagi membuat Clea bingung sekarang karena vas nya di hargai semahal itu. yang lebih bingung lagi untuk apa Renei ikut campur dalam pelelangan.
"Empat puluh juta!" sahut Yudi.
"Empat puluh lima juta!" sahut Hermawan menahan tawa. ia sengaja memancing Renei. jika Renei membeli vas itu dengan harga ratusan juta pun itu tidak akan membuatnya miskin. jangankan ratusan uang miliaran-pun tidak berarti bagi seorang Renei Suprapto.
"Baiklah aku kehilangan kesabaran, dua ratus juta!" kata Renei mengakhiri pelelangan siang itu.
Tepuk tangan bergemuruh semua berdiri dari duduknya memberi selamat pada Clea. sementara Renei dengan wajah datar menatap ke arah Clea menunjukan bahwa ia selalu lebih hebat dari Hermawan atau siapapun.
Yudi dan Hermawan hanya terkekeh geli melihat tingkah Renei yang mulai bucin tidak jelas..
Sementara Clea ia biasa saja tidak juga tersentuh dengan tingkah Renei yang membeli vasnya dengan harga mahal. ia tahu pria itu hanya mementingkan sikap arogannya karena tidak ingin ada yang mengalahkannya dalam hal apapun.
