NovelToon NovelToon
Happiness

Happiness

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fajarina

Aruna Gabriella, gadis sederhana yang mampu mengobati rasa sakit Fahri terhadap ibunya yang telah meninggalkan Fahri demi pria lain.

Mereka berdua sudah bersama sejak masih anak-anak, bahkan tanpa Fahri sadari Aruna diam-diam memiliki perasaan terhadapnya.

Akankah Fahri menyadari perasaan Aruna terhadapnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajarina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah

Aruna buru-buru mencari jalan lain saat dia melihat Tiara di lorong kelas. Tapi terlambat, Tiara sudah melihatnya dan sepertinya cewek itu memang sengaja menunggu Aruna di sana.

Tiara berjalan cepat mengejar Aruna. Dia dapat melihat wajah masam Aruna saat melihatnya. Ah begitu saja tidak akan membuat Tiara mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan cewek itu.

“Aruna kamu mau ke mana?” tanya Tiara saat sudah berada di samping cewek itu.

“Kantin,” jawab Aruna singkat mempercepat langkahnya.

“Aku ikut ya! Sekalian ada sesuatu yang aku mau titipin ke kamu. Nanti aku traktir deh.”

Tiara menunjukan bungkusan berwarna coklat muda yang dia pegang. Niatnya bertemu dengan Aruna adalah untuk memberikan itu.

Aruna menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Tiara juga ikut berhenti. Dia melihat Aruna menatap padanya dingin.

“Gak perlu. Kamu mau titipin itu ke Fahri ‘kan? Sudahku bilang dari awal. Aku gak mau bantuin kamu buat deketin dia.”

Selesai berbicara seperti itu Aruna pergi meninggalkan Tiara begitu saja. Tiara masih terdiam ditempatnya. Dia tertunduk menatap pada bungkusan di tangannya dengan perasaan sedih.

Apakah sesulit itu meminta bantuan Aruna? Tiara langsung patah semangat. Padahal ini adalah hadiah pertama yang Tiara berikan untuk Fahri setelah mengumpulkan keberanian.

Aruna mengepalkan tanganya. Dia menoleh ke belakang sesaat. Tiara sepertinya diam menundukan kepalanya di sana. Apa dia terlalu kasar pada cewek itu?

Tapi jika Aruna tidak begini. Arsyad pasti akan terus menerornya. Aruna benar-benar tidak sanggup jika harus diteror oleh cowok itu terus-terusan.

Saat Tiara hendak pergi dari sana. Tiba-tiba saja Arsyad yang sedari tadi memerhatikan mereka diam-diam muncul. Tiara kaget saat melihat cowok itu di sana.

“Eh Arsyad kamu kenapa di sini?”

Cowok itu tidak menjawab dia dengan wajah dinginya terus mendekat pada Tiara lalu mengambil alih bungkusan bewarna coklat muda itu dari tangan Tiara.

Arsyad lalu beranjak pergi entah ke mana. Tiara terkejut atas sikap Arsyad. Apa yang akan Arsyad perbuat dengan bungkusan itu?

“Eh Arsyad mau kamu kemanain itu hadianya?!” teriak Tiara mengikuti kemana Arsyad pergi.

Tiara baru menyadari kemana perginya Arsyad. Cowok itu

menuju kelasnya. Kenapa Arsyad pergi ke kelasnya? Dia semakin penasaran apa yang akan Arsyad lakukan.

Arsyad masuk lebih dulu ke dalam kelas. Saat Tiara hendak masuk ke sana dia benar-benar terkejut bukan main. Arsyad datang menghampiri Fahri!

Fahri yang sedang sibuk bermain game heran dengan kedatangan Arsyad. Hingga dia menyadari bahwa cowok itu adalah orang yang sama yang bersama dengan Aruna di perpustakaan.

Fahri memerhatikan bungkusan yang diletakan cowok itu di atas mejanya. Dia pikir mungkin itu titipan untuk Aruna.

Wah pikir Fahri. Baru kali ini Aruna mendapat hadiah dari seorang cowok. Fahri tersenyum geli membayangkan Aruna yang pada akhirnya dekat dengan seorang cowok.

Dari dulu Fahri selalu penasaran seperti apa tipe cowok Aruna. Ternyata seperti cowok di hadapanya ini. Tidak buruk juga. Meski tidak setampan dirinya pikir Fahri.

“Buat Aruna ya?” tebak Fahri pada cowok itu.

“Bukan itu buat kamu.”

Fahri mengerutkan keningnya heran. Hah? Untuknya? Jadi itu bukan buat Aruna? Dia benar-benar bingung saat ini.

“Buat aku?”

Setelah berkata seperti itu Arsyad pergi dari sana. Saat hendak keluar kelas dia berpapasan dengan Tiara. Cewek itu benar-benar shok atas tindakan Arsyad.

“lya, di sana ada suratnya. Kamu baca saja.”

Sementara Fahri tidak kalah bingungnya dengan apa yang terjadi. Dia melihat ke dalam bungkusan yang tadi diberikan oleh cowok itu. Isinya adalah sebuah jaket.

*****

“EH ARUNA kamu tahu gak? Cowok yang sama kamu tadi di perpustakaan kasih aku ini!” tutur Fahri ketika Aruna memasuki mobil saat pulang sekolah.

Aruna melebarkan matanya. Itukan bungkusan yang tadi Tiara ingin titipkan padanya? Cowok di perpustakaan? Maksudnya Arsyad?

Apa lya Arsyad yang memberikan itu pada Fahri? Bukanya cowok itu sendiri yang melarang Aruna agar jangan membantu Tiara mendekati Fahri?

“Maksud kamu, Arsyad?”

“Jadi nama cowok itu Arsyad? Dia ada hubungan apa sama Tiara?”

Fahri tahu kalau bungkusan berisi jaket itu pemberian dari Tiara teman sekelasnya setelah membaca isi surat di dalamnya.

“Maksud kamu?” tanya Aruna. Dia pikir Tiara juga ikut waktu memberikan bungkusan hadiah untuk Fahri itu.

“Aku heran aja kenapa si Arsyad itu yang ngasih ini. Tiara ‘kan bisa kasih langsung ke aku.”

Aruna mengangkat bahunya. “Aku juga gak tahu. Ngomong-ngomong apa yang si Tiara itu kasih ke kamu?”

“Isinya jaket. Aku sudah punya sih jaket model ini. Beda warnanya aja.” Fahri menunjukan Jaket bewarna hitam itu. Tiara tidak tahu kalau warna favorite cowok itu adalah pink.

Aruna sendiri mengetahuinya setelah beberapa bulan tinggal di rumah itu. Dia menyadari beberapa barang terutama pakaian cowok itu rata-rata berwarna pink.

Tapi karena menjaga image nya Fahri lebih sering memakai hal-hal berwarna pink itu di rumah. Sedangkan saat di luar lebih sering memakai pakaian berwarna hitam ataupun warna-warna lain yang lebih ke cowok-cowokan.

Mungkin itulah penyebab Tiara membeli jaket bewarna hitam itu. Aruna maklum karena mungkin saja Tiara hanya mendapat informasi dengan stalking akun media sosial milik Fahri.

“Bagus jaketnya pasti harganya mahal,” komentar Aruna menyentuh jaket itu. Lalu mobil yang mereka tumpangi mulai berjalan meninggalkan halaman sekolah.

“Tapi aku bingung nih.”

Aruna tersenyum kecil melihat Fahri yang menggaruk pipinya. Ciri khas cowok itu ketika sedang

Kebingungan. “Emang bingung kenapa sih?”

“Dia nulis surat katanya mau lebih dekat sama aku. Terus ngajakin nge date hari minggu ini.”

“Terus? Kamunya mau ladenin atau sama kayak sebelumnya yang kamu tolak?”

Cewek-cewek Aruna menatap sinis Fahri saat melihat ekspresi wajah cowok itu. Ekspresi diam berpikir yang pertanda kalau Tiara akan bernasib sama seperti cewek-cewek yang ditolak oleh cowok itu sebelumnya.

“Kamu ini gak bisa hargai usaha orang ya? Bagi kamu ini hal yang sepele dia suka sama kamu. Tapi

bagi dia perasaan ke kamu itu sangat penting buat dia, Kamu gak tahu aja di balik hadiah ini ada banyak

perjuangan dari dia buat sampe ke kamu.”

Fahri terdiam mendengar perkataan Aruna. “Kamu kenapa? Tumben kayak gini. Biasanya juga kamu biasa aja kalau aku tolak cewek-cewek yang naksir aku. Bahkan kamunya juga gak suka di deketin sama mereka yang deketin kamu Cuma buat deket sama aku."

“Ya gak kenapa-kenapa. Aku Cuma ngerasa Tiara ini beneran serius sama kamu.”

Melihat keseriusan cewek itu membuat Aruna merasa

Kalau dia hanyalah cewek pengecut yang tidak berani pada perasaanya sendiri. Aruna hanya bisa memendam perasaan pada Fahri.

“Hm, iya deh aku coba kasih dia kesempatan. Kamu sendiri? Sama Arsyad gimana?”

“Apanya yang gimana?” balas Aruna spontan. “Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia.”

“Oh gitu, dari dulu aku penasaran tipe cowok kamu itu kayak gimana sih?” tanya Fahri mengusap dagunya sembari menatap

geli pada Aruna.

Entah kenapa melihat Fahri menatapnya seperti

itu Aruna merasa kalau cowok itu tahu apa yang sebenarnya. Aruna jadi salah tingkah sendiri. Buru-buru dia memalingkan wajahnya.

“Dari dulu juga aku heran. Tipe cewek kamu itu kayak gimana. Sampai-sampai cewek yang selama ini deketin kamu ditolak terus.”

“Kamu pengen tahu? Coba lihat mata aku deh,” sahut

Fahri terdengar santai.

Aruna kembali menoleh pada Fahri lalu menatap matanya seperti yang cowok itu suruh. Aruna bingung kenapa dengan menatap mata Fahri dia bisa tahu tipe ceweknya?

“Gak ada apa-apa tuh. Kamu kelilipan atau gimana? Aneh ih kamu ini. Sudah jelasin aja tipe cewek kamu kayak gimana.”

Fahri hanya mendengus geli. Jauh di dalam matanya tergambar jelas pantulan wajah Aruna. Sepertinya cewek itu pintar masalah pelajaran saja tetapi tidak dengan kode.

“Kamu saja duluan sana. Nanti baru aku.”

Aruna balas menggelengkan kepala. “Gak ah, kamu

saja yang duluan.”

Pada akhirnya tidak ada yang mau menjelaskan tipe orang yang mereka berdua sukai. Karena keduanya sama-sama tidak mau mengalah.

“Aku gak suka ya Arsyad sama kelakuan kamu tadi. Sekarang aku harus jelasin gimana sama Fahri tentang kamu? Sekarang dia pasti gak mau ngedate sama aku.”

Arsyad meletakan tas Tiara di atas meja di samping tempat tidur cewek itu. Wajahnya terlihat dingin. Sekarang dia harus menerima ocehan dari Tiara.

“Bukanya itu memang maunya kamu?”

“lya itu memang maunya aku tapi bukan kamu juga yang musti kasihnya ke Fahri!” geram Tiara dengan suara meninggi. Wajah cantiknya memerah menatap cowok itu.

“Aku gak peduli sama cowok-cowok yang selama ini kamu halangi buat deketin aku karena memang aku gak suka sama mereka. Tapi Fahri, kamu gak perlu ikut campur urusan aku sama dia,” lanjutnya sembari melangkah pergi dari kamar itu.

Arsyad masih terdiam di sana. Dia mengepalkan tanganya kuat. Dia tidak suka Tiara berbicara seperti itu padanya. Tiara menjadi seperti itu padanya hanya karena Fahri membuat Arsyad semakin tidak menyukai cowok itu.

Dengan langkah kesal Arsyad pergi menuju kamarnya. Kamarnya berada di lantai bawah rumah mewah ini. Nasib Arsyad bisa dikatakan sama seperti Aruna.

Hanya saja ada perbedaan besar di antara mereka berdua. Aruna diperlakukan seperti anak pembantu biasa. Dia masih harus membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Setidaknya Aruna dibiayai sekolahnya.

Sedangkan Arsyad. Dia sudah seperti anak kandung di rumah ini. Karena memang majikan kedua orang tuanya menginginkan anak laki-laki. Tiara adalah anak tunggal majikan orang tuanya.

Jadi kehidupan Arsyad bisa dibilang sama seperti Tiara ataupun Fahri. Dia dilayani seperti anak kandung di rumah ini. Meski begitu dia tetap saja anak dari kedua orang tua kandungnya.

Arsyad sangat sering pergi ke rumah belakang. Tempat tinggal para pembantu rumah ini. Rumah ini memiliki banyak sekali pembantu. Sepadan dengan ukuranya yang seperti istana.

Dia pergi ke sana untuk menemui kedua orang tuanya dan terkadang menginap di sana. Arsyad berjanji suatu saat nanti kedua orang tuanya tidak harus bekerja sebagai pembantu lagi. Dia akan mengajak mereka tinggal dengannya.

Arsyad tersenyum saat melihat dari jendela ibunya yang sedang membersihkan taman sembari mengobrol dengan pembantu lainnya. Menyejukkan suasana hatinya yang tadi memanas.

1
Jihat Purnamasari
Biasa
Jihat Purnamasari
Buruk
Anonymous
.
Yuri Lowell
Bersemangat membaca lagi! 💪
🦩NEYRA 🐚
Thor, kamu membuatku tak sabar untuk membaca seri selanjutnya
Valito.C
Dahsyat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!