"Perhatian!"
Agar tidak bingung dengan cerita ini, baca dulu cerita "Cinta Sembunyi-sembunyi dengan bos"
Elang dan Merpati adalah sepasang anak kembar berbeda karakter. Elang seorang pria dingin dan cuek sama lawan jenis. Bahkan hingga saat ini pun belum memiliki pacar.
Sementara Merpati, seorang gadis bar bar, namun juga sulit untuk mendapatkan cintanya. Meskipun gampang bergaul dengan lawan jenis tapi sangat sulit untuk didekati.
Namun pada suatu hari mereka jatuh cinta pada seorang gadis dan seorang pria.
Siapakah yang bisa meluluhkan hatinya? penasaran? ikuti yuk kisahnya dan baca jika berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Hansen yang memperhatikan dari kejauhan malah tersenyum. Ia juga bergidik saat membayangkan tamparan tersebut.
Sementara mahasiswa dan mahasiswi yang menyaksikan semuanya terlihat shock. Belum ada yang berani bertindak seperti itu pada Olivia.
Bahkan beberapa diantaranya menutup mulutnya dengan tangannya sendiri. Tapi mereka cukup puas melihat semua itu.
"Ini peringatan pertama, jika kamu masih mencari masalah denganku, kau tanggung akibatnya!" ancam Merpati.
Kemudian ia berlalu dari situ, dan ketiga cowok tampan mengikuti nya di belakang seperti bodyguard saja.
Hansen yang melihat Merpati hendak masuk ke dalam kampus pun segera pergi dari situ. Ia akan menunggu waktu yang tepat untuk menemui Merpati.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Rosa.
"Oh Tuhan, pipimu bengkak!" pekik Helen.
"Kita lihat saja, siapa yang akan menang nantinya. Aku akan buat cewek itu dikeluarkan dari kampus ini," ucap Olivia.
"Sudahlah, kau tidak lihat tadi tamparan nya begitu kuat?" tanya Rosa.
"Iya, bisa-bisa kita yang kalah." Helen menimpali.
"Kalian membelanya?" tanya Olivia marah.
"Tidak ... tidak," jawab Helen dan Rosa serentak.
Olivia pun menelpon papanya untuk segera datang ke kampus miliknya. Ya, alasan Olivia semena-mena disini, karena papanya pemilik kampus ini.
Mereka tidak tahu jika investor terbesar adalah Alvaro, itu sebabnya ia memasukkan anaknya ke kampus ini.
Olivia tersenyum miring, ia melupakan sejenak rasa sakit dipipi nya. Apalagi saat mendengar sang papa akan datang.
Dan benar saja, 30 menit kemudian, papanya Olivia pun datang. Merpati pun dipanggil ke ruang rektor.
"Ada apa Pak?" tanya Merpati saat sudah masuk kedalam ruangan tersebut.
Elang, Marvel dan Darrel juga ikut masuk, karena mereka bisa bersaksi nantinya. Sebelum mereka masuk tadi, Elang sudah lebih dulu menghubungi papanya.
"Kamu tahu mengapa kamu dipanggil kemari?" tanya Zulkifli.
"Tidak Pak, saya sama sekali tidak tahu. Boleh Bapak jelaskan?" tanya Merpati.
Tidak ada rasa takut sama sekali dalam diri Merpati. Karena ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun.
"Kamu tidak mau mengakui kesalahan mu? Kamu sudah menampar anak pemilik kampus ini," kata Zulkifli.
Bapak sebagai rektor, harusnya lebih bijaksana dalam menanggapi masalah ini. Selidiki dulu latarbelakang kesalahannya. Saya tidak mungkin memukul dia jika tidak dia yang mulai duluan. Percuma disini ada cctv-nya jika yang salah tetap harus dibela," jawab Merpati.
Zulkifli terdiam, ia merasa diintrogasi oleh mahasiswi nya sendiri. Namun Anton sebagai orang tua Olivia tetap ingin menuntut Merpati.
"Sebaiknya panggil orang tua mu," ucap Zulkifli.
"Sudah Pak, sebentar lagi papa saya akan datang, tapi sebelum itu, tolong Bapak selidiki baik-baik. Jangan sampai saya menuntut balik Bapak dan Bapak itu," ucap Merpati.
"Dek," bisik Elang.
"Mengapa? Aku berani karena benar," jawab Merpati berbisik pula.
Tidak berapa lama pintu ruangan diketuk. Ternyata Dary bersama Alvaro datang. Setelah mendengar perintah dari dalam, keduanya pun masuk.
Darrel dan Marvel menyingkir untuk memberi tempat kepada Alvaro dan Dary. Anton yang tadinya ingin menuntut pun terkejut saat melihat yang datang ternyata Alvaro.
"Tu--tuan Al?" Anton seketika menciut.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Ada apa dengan anak-anak saya?" tanya Alvaro.
"Begini Tuan Al ...." Zulkifli pun menceritakan apa yang diadukan oleh Olivia dan Anton.
"Benar begitu, sayang?" tanya Alvaro sambil mengelus rambut putrinya.
"Pa, sebaiknya kita lihat rekaman cctv," pinta Merpati.
"Hmmm, ide yang bagus. Dengan adanya rekaman cctv kita bisa tahu kebenarannya," kata Alvaro.
"Pantas saja anak itu tegas, ternyata putrinya Alvaro," batin Anton.
Petugas pun membawa rekaman cctv yang sudah disalin ke ponsel. Kemudian menyerahkan nya kepada Zulkifli.
Zulkifli menonton dengan seksama dari awal hingga akhir. Kemudian ia menoleh ke Olivia, karena apa yang dikatakan oleh Olivia berbeda dengan rekaman cctv.
Sementara yang dikatakan oleh Merpati tadi, sama persis dengan rekaman cctv tersebut.
"Maafkan kami Tuan Al, ternyata putri anda tidak bersalah," kata Zulkifli.
"Apa perlu saya cabut investasi saya di kampus ini? Dan saya akan pindahkan anak-anak saya ke universitas lain?" tanya Alvaro.
"Jangan Tuan Al, Tuan adalah investor terbesar di kampus ini. Jika dicabut maka kampus ini akan tutup," ucap Anton, kemudian ia berlutut di lantai.
"Tidak perlu Pa, aku malas jika harus pindah kampus," kata Merpati.
"Baiklah sayang. Tuan Anton, karena putri saya melarang untuk mencabut investasi saya, jadi saya tidak akan mencabutnya. Tapi jika lain kali ada kejadian seperti ini lagi, saya tidak akan mentolerir lagi."
Zulkifli tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bertugas untuk menjaga kampus ini, dan dia juga digaji.
Sekarang permasalahan nya sudah selesai, Alvaro dan Dary pun akan kembali ke perusahaan.
Tapi sebelum itu Dary berpesan kepada putranya agar tidak membuat kekacauan. Darrel tentu takut pada papanya.
Alvaro pun berpesan kepada putra-putri nya dan juga adik iparnya. Tapi jika ada yang mulai, mereka juga tidak tinggal diam.
Olivia terpaksa dibawa pulang oleh papanya untuk di obati. Karena pipinya benar-benar bengkak.
Hansen hanya memperhatikan dari jauh, untuk mendekati Merpati, ia belum ada keberanian.
Padahal ia ingin sekali mengucapkan terima kasih, namun sepertinya begitu sulit untuk ia ucapkan.
Hansen pun masuk, karena kelas akan segera di mulai. Hansen berbeda jurusan dengan Merpati dan Elang.
"Kamu tidak apa-apa, Dek? Pipimu merah," tanya Elang.
"Sudah terbiasa, saat latihan lebih parah daripada ini," jawab Merpati. Merekapun masuk karena hari ini mereka ada kelas.
Elang, Merpati, Marvel dan Darrel mengambil jurusan manajemen dan bisnis. Karena mereka ingin selalu bersama-sama.
Sementara Hansen mengambil jurusan sebagai arsitek, karena itu memang cita-citanya sejak dulu.
"Hansen, apa kamu baik-baik saja?" tanya dosen saat melihat Hansen tidak fokus.
Namun tidak ada sahutan dari Hansen, seolah ia tidak mendengar pertanyaan dosen itu.
Pria yang duduk disebelah Hansen pun menyentuh tangannya, barulah Hansen bereaksi.
Seolah baru tersadar Hansen pun segera bangkit dan bertanya kepada dosen.
"Ya Pak, ada apa?"
"Tidak, jika kamu kurang sehat, silahkan keluar dulu. Tenangkan pikiran mu lebih dulu, besok baru masuk lagi," ucap dosen tersebut.
Beruntung dosennya baik dan bisa mengerti saat mahasiswa dan mahasiswi jika tidak sedang baik-baik saja.
Hansen pun keluar setelah berpamitan kepada dosen. Entahlah, saat melihat Merpati dipanggil ke ruang rektor, Hansen jadi kepikiran.
Tapi dia sendiri juga tidak tahu, mengapa dia seperti itu? Hansen pun keluar ke taman kampus.
Dengan headset bluetooth ditelinga nya, ia mendengar lagu. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghibur dirinya sendiri.
Duuuhhh....almt msk rs tu ank orng....
Smngt merpati....km pst mnang.....
jangan lama2 up nya
𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐤... 𝐠𝐤 𝐬𝐛𝐫 𝐤𝐮 𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐢𝐧