NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Perjuangan

Antara Cinta Dan Perjuangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Cinta Murni
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Raira Megumi

Ahmad Hanafi, seorang laki-laki cerdas dan tangguh yang ikut serta dalam perjuangan memerdekaan bangsa Indonesia dari jajahan negeri asing yang telah menjajah bangsanya lebih dari 300 tahun.
Saat mengabdikan seluruh jiwa dan raganya demi bangsa yang dicintainya, ia dibenturkan pada cinta yang lain. Cinta lain yang ia miliki untuk seorang gadis cantik yang sulit ia gapai.
Rosanne Wilemina Van Dijk adalah nama gadis yang telah memporak-porandakan keyakinan Ahmad Hanafi akan cintanya pada bangsa dan negaranya.
Cintanya pada dua hal yang berbeda memberikan kebimbangan luar biasa pada diri seorang Hanafi.
Pada akhirnya, cinta siapa yang akan dipilih Hanafi? Cintanya pada bangsa Indonesia? atau pada Rosanne? atau ada wanita lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Melawan Takdir

Sudah satu bulan Rosanne dan Hanafi berpisah, selama itu pula Rosanne dan Hanafi harus menahan rasa rindu. Untuk mengusir rasa rindu yang semakin membuncah, Hanafi lebih giat bekerja. Siang dan malam ia bertemu dengan para pemuda dari daerah lain. Mereka berdiskusi dan membuat rancangan untuk merebut kembali apa yang seharusnya mereka dan rakyat miliki.

Sebagai langkah awal, Hanafi dan para pemuda lainnya membuat rencana untuk lebih memberdayakan pemuda dan mempersatukan seluruh pemuda dari berbagai suku dan daerah. Dalam mewujudkan cita-citu luhur mereka, akan diadakan sebuah kongres yang bertujuan untuk mempersatukan seluruh pemuda yang terdiri dari berbagai macam organisasi kedaerahan.

Pada saat itu, pemerintah Hindia Belanda memberlakukan jam malam. Mereka mulau mencium pergerakan yang dilakukan oleh para pemuda itu. Mereka curiga, para pemuda tersebut berencana menggulingkan pemerintah.

Di Batavia, Hanafi menginap di rumah salah satu kerabatnya, yaitu adik dari ibunya.

“Pulanglah, Hanafi! sebentar lagi jam malam diberlakukan oleh pemerintah penjajah. Sebaiknya kau pulang. Besok, kau bisa lanjutkan tugasmu,” ujar Imran, pemuda yang berasal dari tanah Sumatera.

Hanafi melihat jarum jam dinding menunjuk angka lima. Jika tidak ingin terciduk oleh polisi pengawas jam malam, ia harus bersegera pulang.

“Baiklah, saya akan segera pulang. Sampai jumpa besok,” pamit Hanaf pada Imran. Imran adalah satu-satunya pemuda yang tidak memiliki kerabat di tanah Batavia, oleh sebab itu ia tinggal di rumah sewaan, tempat mereka melakukan segala aktivitas.

Suasana sore itu cukup mencekam. Terjadi suatu peristiwa yang membuat pemerintah siap siaga. Perlawanan rakyat di daerah Aceh membuat pemerintah Hindia Belanda kewalahan hingga berdampak ke daerah jajahan Belanda lainnya, termasuk Batavia.

Terdengar desingan peluru memekakkan telinga ditambah suara jeritan. Beberapa tentara memukuli dan menangkapi para pemuda yang dicurigai sebagai pemberontak.

Dua orang tentara melihat Hanafi, mereka mencurigai Hanafi sebagai salah satu dari pemberontak.

“Hei, kamu! Berhenti di sana!”

Hanafi yang tidak tahu menahu tentang situasi yang sedang terjadi tampak bingung.

Dua tentara tersebut mendekat pada Hanafi dan hendak menangkapnya.

“Hanafi!” terdengar suara seorang perempuan memanggilnya.

“Wina? Sedang apa kau di sini?” Hanafi terkejut melihat Rosanne berjalan mendekatinya.

“Diam! Jangan bicara apapun! Biar aku yang bicara pada tentara itu,” perintah Rosanne.

Kedua tentara itu mencengkram kedua lengan Hanafi.

“Apa yang kalian lakukan?” bentak Rosanne.

“Dia adalah seorang pemberontak. Kami akan menangkapnya,” kata salah seorang tentara yang menangkap Hanafi.

“Bukti apa yang kalian miliki menuduh laki-laki ini sebagai pemberontak?” sergah Rosanne.

“Nona jangan ikut campur urusan kami!”

“Dia bersamaku. Kalian tidak berhak untuk menangkap temanku,” tegas Rosanne.

“Apakah benar dia temanmu, Nona?” tanya tentara itu tidak percaya.

“Tentu saja. Kalian tidak mempercayaiku? Namaku Rosanne Wilemina Van Dijk, adik dari Edward William Van Dijk. Kalian mengenal kakak laki-lakiku?”

“Maafkan kami, Nona Rosanne. Silahkan lanjutkan perjalanan Anda bersama dengan teman Anda.”

Kedua tentara itu melepaskan Hanafi dan membiarkannya berlalu bersama Rosanne.

“Sedang apa kau di sini, Wina? Bersama siapa kau datang ke sini?” tanya Hanafi khawatir. Tentu saja ia khawatir mengetahui Rosanne berjalan sendirian di kota besar.

“Tentu saja bersama dengan kakak laki-lakiku. Saat mengetahui kakaku hendak pergi ke kota ini, aku memaksanya untuk mengajakku dengan harapan bertemu kau di sini. Kau tahu, Hanafi? sudah satu bulan kita tidak bertemu. Kau tidak merindukanku?”

“Tentu saja aku rindu kepadamu. Bagaimana kabarmu?”

“Kabarku? Tentu saja sangat merindukanmu. Walaupun hampir tiap hari aku mendatangi rumahmu untuk memberikan pelajaran kepada anak-anak, tetapi tanpa kehadiranmu semuanya terasa hampa.”

Sekarang kau sudah melihatku. Apakah masih terasa hampa?” goda Hanafi.

“Sedikit mengobati sakit rinduku. Sedikit saja,” ucap Rosanne memperagakan jumlah sedikit dengan jempol dan telunjuknya.

“Aku akan mengantarmu pulang. Dimana kau tinggal?”

“Bisakah kita berjalan-jalan dulu. Aku belum mau berpisah denganmu.”

“Di kota ini diberlakukan jam malam. Kau tidak mau kan kejadian aku hampir ditangkap tentara terjadi lagi?”

“Tentu saja tidak! Kalau begitu, luangkan waktumu untukku esok hari.”

Belum sempat Hanafi menjawab keinginan Rosanne, tiba-tiba, hujan terus dengan deras.

Hanafi dan Rosanne berlari mencari tempat berlindung. Hingga sampailah mereka di sebuah gudang tua kosong. Mereka berteduh di depan gedung tersebut berharap hujan segera reda.

Hujan turun semakin deras dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Alih-alih berhenti, hujan turun semakin deras.

Hanafi melihat Rosanne mulai kedinginan. Bibirnya gemetar menahan rasa dingin yang menusuk. Pakaiannya yang dikenakan Rosanne sedikit basah, menambah rasa dingin.

“Sebaiknya kita masuk ke dalam. Sepertinya bangunannya kosong,” usul Hanafi.

Mereka berdua masuk ke dalam bangunan tersebut. Benar saja, bangunan tersebut tidak berpenghuni tetapi ada beberapa peralatan yang bisa mereka gunakan untuk menghangatkan tubuh.

“Pakaianmu basah, Wina?”

Rosanne mengangguk.

“Kau bisa melepasnya agar kau tidak sakit dan kedinginan karena mengenakan pakaian basah.”

“Eh?”

“Ma-maksudku, kau bisa mengenakan selimut sementara aku mengeringkan pakaianmu.”

Hanafi gelagapan saat menyadari perkataannya.

“Ah, iya… sepertinya aku tidak akan sakit walau mengenakan pakaian basah,” jawab Rosanne tak kalah gugup.

“Aku tidak akan melihatmu, Wina. Kau bisa melepaskan pakaian basahmu biar bisa aku keringkan.”

Hanafi mulai menyalakan api untuk menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan.

Rosanne mulai melepaskan pakaiannya, lalu menutup tubuhnya yang tidak berpakaian lengkap dengan menggunakan selimut. Ia menyerahkan pakaian basahnya pada Hanafi untuk dikeringkan di dekat api.

Melihat pakaian Rosanne dan membayangkan Rosanne yang hanya mengenakan selimut tipis untuk menutupi tubuh membuat jantung Hanafi berdegup sangat kencang. Meski bagaimana pun ia adalah lelaki normal yang memiliki hasrat kepada perempuan, terutama perempuan yang sangat ia cintai.

“Tetaplah di sana, Hanafi. Jangan terlalu dekat denganku!” Keadaan jantung Rosanne pun tidak berbeda dengan Hanafi. Ia ingin mendapatkan pelukan hangat Hanafi, tetapi ia sangat menyadari bahwa Hanafi tidak akan pernah mungkin melakukan hal tersebut.

“Hanafi!” panggil Rosanne lirih.

“Hm…”

“Apa yang akan kau lakukan jika saat ini aku menyerahkan diriku kepadamu?” tanya Rosanne berani. Ia tidak mengerti kenapa ia seberani itu menanyakan hal yang paling tabu. Rosanne berpikir kalau dirinya sudah gila.

“Jagalah dirimu hanya untuk suamimu, Wina.”

“Aku mencintaimu, Hanafi,” ucap Rosanne lirih. Entah mengapa ia merasa sedih dan takut.

“Aku juga, sangat mencintaimu. Kita serahkan cinta kita pada takdir.”

“Bagaimana kalau kita tidak ditakdirkan untuk bersama, Hanafi?”

“Kita harus menerimanya karena itulah takdir cinta kita.”

Air mata mulai mengaliri pipi Rosanne. Ia tidak rela jika takdir memisahkan dirinya dari Hanafi.

***********

to be continued...

1
Nurgusnawati Nunung
Hanafi mulai berubah, jd luluh
Nurgusnawati Nunung
Hanafi orang yang tegas..
Nurgusnawati Nunung
hadir...
Anna Kusbandiana
lanjut ya, thor...👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!