NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Satu hari setelah Delilah dan Nanda menempati hunian baru. Secara mengejutkan Felicia dan Raka mengunjungi mereka dengan buket bunga dan beragam persediaan makanan. Si ibu hamil terlihat ceria berjumpa dengan saudara perempuan barunya. Lalu justru Raka dan Nanda sibuk mengurus stok makanan melimpah. Kedua wanita di sofa sibuk bercengkrama sambil bercanda, sesekali terdengar tawa lepas Felicia yang biasa tenang. Kala itu, Nanda mengingatkan untuk lebih banyak beristirahat karena usia kandungan Feli makin mendekati hari kelahiran. Lalu, si ibu hamil juga terlihat membengkak.

“Benar juga, sudah kontrol?” Delilah juga ikut mengamati kaki si ibu hamil.

Feli mengangguk setuju, “saat kontrol kemarin, belum membengkak. Apakah karena kehamilan semakin besar?” Feli menatap Nanda lagi.

“Bisa jadi, tetapi sebaiknya kontrol ulang dan pastikan lagi tekanan darahmu. Apa ada bagian lain yang ikut bengkak, Feli?” Nanda mulai menelisik si ipar.

Feli menggeleng, kemudian bersandar di sofa. Raka ikut mengamati sang istri, dia juga meraih tangan Feli. Kemudian menatap ragu pada satu-satunya dokter di ruangan.

“Jika kau khawatir, segera cek lagi ke dokter kandungan. Aku bukan obgyn kau tau, ‘kan?” Nanda bersuara sambil menepuk paha sang kakak yang bertanya lewat tatapan mata. Delilah ikut mengangguk setuju, si jelita bahkan ikut merasa khawatir.

Setelah beberapa waktu sibuk dengan keseharian masing-masing. Kekhawatiran yang semula mulai memudar karena tak sempat bertukar kabar. Mendadak menyerang di saat genting, tak ada satupun keluarga yang berhasil dihubungi oleh Felicia. Beruntung Delilah mengangkat sambungan teleponnya. Kini dia sudah tak mampu menahan berat badan sendiri, napas si ibu hamil semakin sesak dan pandangan mulai mengabur. Tepat ketika kepala bertambah berat hingga pendengaran Felicia berdengung. Suara gaduh di luar membuat dia memaksa membuka mata kembali.

Bayangan beberapa orang berkelebat tak begitu jelas tertangkap oleh Feli. Dia hanya tersenyum, masih merasa beruntung berhasil ditemukan. Samar dia mendengar suara Delilah, dia benar berhasil masuk meski Felicia lupa tak memberi sandi rumah. Si jelita terpaksa membawa satpam dan orang bagian informasi untuk membantu membuka kunci rumah Feli. Dia segera melarikan si ibu hamil dengan ambulance dan mendampingi Feli.

Meski tak jelas, dia yakin tangan yang sedang menggenggamnya erat adalah Delilah. Sedikit kesulitan Feli bergumam berulang hingga Delilah menyadari, jika wanita yang terbaring lemah di depan sedang berusaha menyampaikan pesan. Dia kemudian mendekat dan mendengarkan dengan seksama.

“Deli, tolong … selamatkan anak kami. Maaf, jika akan banyak merepotkanmu. Tolong jaga dia, kumohon.” Suara Feli hampir tak terdengar, dia meremas tangan Deli sekuat yang dia bisa.

“Hentikan omong kosongmu! Kau pasti yang akan menjaganya sendiri, kenapa harus aku!” Delilah terisak saat menjawab kalimat Felicia.

Tak beberapa lama, mobil menepi dan Felicia segera dibawa untuk penanganan lebih lanjut. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Delilah selain menangis sambil menunggu kabar dari dalam. Namun, kejutan belum juga berakhir. Si jelita terjatuh ke lantai dengan isak tangis yang lebih kencang dari sebelumnya. Dia memandangi bayi mungil yang terlihat dari jendela besar dengan selimut merah muda yang menandakan dia adalah bayi perempuan. Felicia tidak berhasil diselamatkan, hanya sang bayi yang berhasil bertahan.

Dokter yang bertugas telah menghubungi sang suami yang sedari pagi sedang bergelut dalam ruang rapat. Tak lupa mengabari sang adik yang baru saja kembali ke ruangan setelah menyelesaikan operasi. Dia justru segera berlari menyusul tempat Feli berada dan mendapati Delilah sedang bersimpuh sendirian.

Tak beberapa lama kemudian, Wisnu muncul dengan Raka yang sudah hampir tak bernyawa. Sang kakak menatap jendela kaca besar dengan derai air mata kemudian beralih ke dalam ruangan menemui jasad sang istri tercinta. Wisnu menepuk pundak Nanda sebelum berpindah masuk ke kamar bayi dan menggendong cicitnya, tentu dengan linangan air mata.

Nanda masih memeluk erat sang istri yang tak berhenti menangis. Si jelita masih menyerukan nama Feli berulang kali sambil meminta maaf. Sejenak dia teringat kenangan lama ketika pertama kehilangan pasien di meja operasi. Sejauh mana pemilik semesta menguji seorang wanita? Dengan semua beban yang dia gendong dalam hening selama ini malah sekarang tak ada kesempatan mereka saling memeluk barang sekali.

“Berhenti menyalahkan dirimu, Delilah. Kau sudah melakukan yang terbaik, ketimbang kami.” Nanda berbisik lirih menahan buncahan emosi dalam diri, dia juga cukup terluka.

***

Suara lembut yang biasa menyapa mereka saat awal jumpa kini telah bersanding kembali dengan pemilik semesta. Kenangan yang ditinggalkan oleh si lembut begitu indah dan cantik. Tak ada yang menyangka kehilangan sosoknya begitu cepat. Apalagi Raka, dia terus merasa bersalah karena bergelut dengan kesibukan dan tak sengaja mengabaikan panggilan sang istri di saat paling membutuhkan. Demikian hal terjadi pada Nanda dan Wisnu yang menggendong bayi mungil menatap sendu pada gundukan tanah penuh taburan bunga. Mata Delilah terus basah dan genggaman tangan Nanda tak melonggar. Satu per satu pergi dari pemakaman dan pulang.

Tak pernah sulit untuk meninggalkan. Akan tetapi, begitu berat untuk terus melangkah kedepan, meski begitu kehidupan tentu harus berjalan. Roda melanjutkan perputaran dan hari tetap berlalu tak bisa dicegah.

Delilah mencoba menenangkan bayi dalam gendongan yang terus menjerit. Dia kehilangan akal dan tak mengerti apa yang bayi tersebut inginkan. Sedangkan sang ayah masih sibuk membersihkan botol minum di dapur. Dia masih menahan keinginan untuk ikut berteriak dan berbisik lirih pada diri sendiri untuk bersabar. Sudah satu minggu dia ikut merawat sang bayi yang diberi nama Fera Dirgantara.

“Kak Raka, masih lama? Fera udah merah banget, tolong!” Tidak tertahan lagi teriakan muncul dari bibir tipis Delilah masih sambil menimang Fera.

“Cup … cup … sabar. Delilah ambil ini, aku akan menyiapkan yang lain.” Raka memberi botol susu dan beralih menyiapkan tas bayi, perlengkapan perang sebelum berangkat jadwal kontrol Fera.

Mereka harus bergegas sebelum jadwal dokter terlewat dan antrian semakin banyak. Meskipun Raka adalah cucu pemilik rumah sakit, tetap saja tidak ada keistimewaan. Harus mengantri, titah sang kakek. Setelah Fera tenang dan tertidur, mereka lekas turun ke parkiran dan menuju rumah sakit. Raka belum menemukan orang yang tepat untuk dipercaya merawat Fera. Dia juga masih ingin merawat sendiri hadiah terindah terakhir yang diberikan oleh mendiang Felicia. Lalu, dia cukup terbantu karena Delilah yang tak memiliki kesibukan bersedia menjaga si bayi kala Raka bekerja.

Setelah sampai di rumah sakit, Raka dan Deli naik ke lantai tempat dokter sang anak berada. Terdengar beberapa bisikan yang lewat telinga. Keluarga Raka memang tak terlalu tersorot, karena Feli selalu berada di rumah dan jarang nampak. Tak semua penghuni gedung mengenal si tampan dewan direksi bagian keuangan tersebut.

“Aduh, serasi sekali … mama cantik mungil, papanya ganteng sekali. Pantas si adek cakep, ya.” Seru seorang perawat yang lewat.

Manik Raka tertuju pada Delilah yang sedang sibuk menenangkan Fera dalam gendongan. Dia hanya tersenyum singkat dan mengangguk pada perawat yang juga berlalu begitu saja setelah memuji. Tak ada kesempatan untuk menjelaskan. Setelah itu panggilan ditujukan untuk mereka dan melalui proses kontrol dengan baik.

Dokter menyatakan jika sang bayi dalam kondisi baik dan diperbolehkan pulang. Mereka harus kembali saat jadwal vaksin. Tak langsung ke rumah, Raka berbelok ke salah satu mall untuk membeli perlengkapan tambahan.

“Delilah, aku harus membeli beberapa kardus susu lagi. Kau tidak keberatan?” Raka bertanya setelah memarkirkan mobil.

“Apa sekarang itu penting? Anda sudah memarkirkan mobil.” Delilah menatap Raka dengan bola mata memutar malas.

Raka justru terkekeh pelan. Mereka berusaha tak berisik agar Fera tetap tertidur tenang. Tak disangka Raka mencondongkan tubuh ke arah Delilah, jarak mereka semakin terpangkas. Tanpa sadar Delilah menahan teriakan dan memejamkan mata spontan.

Eh, apa yang akan dia lakukan? hati Delilah berteriak kencang.

Tubuh Raka makin condong ke arah Delilah. Wajah si ayah bayi semakin dekat dan si jelita bisa merasakan bayangan menutup cahaya dari mata yang sedikit terbuka, mengintip ragu. Jarak mereka semakin terpangkas.

***

Terus dukung author dengan like dan tinggalkan komentar kalian, ya. Terima kasih banyak 💗

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!