Hana Deborah, putri angkat dari mendiang seorang mucikari ternama di kota Camelot! yang mencoba untuk tetap kuat menjalani pahit nya kehidupan pasca ditinggal sang ibu! ketidaktahuan Hana perihal pekerjaan sang ibu angkat membuat gadis itu selalu di pandang rendah oleh orang-orang sekitar bahkan sahabat nya sendiri.
'Wanita mana yang rela menyakiti hati perempuan lain?'
Hal itu terus saja berputar di pikiran Hana, namun Raya meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja!
Keberuntungan yang berpihak pada Raya membuat Hana akhirnya tunduk dan menuruti keinginan sahabatnya untuk menjadi wanita penggoda bagi Edward.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPG-7
"Yeah, just like that! suck it babe! you know what to do!" Edward meracau saat bibir mungil itu kembali memberikan kenikmatan pada kejantanan miliknya.
"Aaaggghhh! aku tak lagi bisa menahannya sweetheart! come here! lie down!" instruksi Edward terdengar begitu tegas ia mendorong tubuh Hana hingga gadis itu kembali terbaring di atas ranjang.
"Kenapa kau selalu membuatku gila, Hana! hmmm? lekuk tubuh serta wangi body wash yang kau kenakan, itu semua sungguh menyulut birahi dalam diriku! sihir apa yang sebenarnya kau lakukan untuk menaklukkan ku? spit it out!"
Perkataan Edward hanya ditanggapi Hana dengan menggelengkan kepala.
"Let me go inside! open your legs, babe!"
Hana terdiam pasrah, gadis itu sama sekali tak ingin menghiraukan perkataan Edward dan hanya bisa mendesis nikmat saat pria itu kembali menerobos serta menghentak kasar kejantanan miliknya.
"Is it big right? don't you think it is?" Edward pun meracau sembari menyusuri selat dada Hana dengan sapuan lidah juga sedikit sesap'an hingga meninggalkan bekas merah.
"Bagaimana jika aku melepaskannya di dalam? apa kau mengizinkan ku, sweetheart?"
Mendengar hal itu, Hana seketika mendorong kasar tubuh Edward hingga membuat jarak kembali terbentang diantara keduanya.
Edward pun terkekeh, ia akhirnya beralih mendudukkan diri di samping tubuh Hana, perlahan jemarinya meraih dan menarik selimut putih tebal untuk menutupi tubuh mereka.
Keduanya tampak hening, tak ada pergerakan berarti dari satu sama lain hingga akhirnya Edward turut merebahkan diri sembari menatap langit-langit ruangan.
"Apa yang kau takutkan Hana?"
"Hubungan ini, tak bisakah kita mengakhiri nya Tuan?"
"Kenapa?"
"Bagaimana perasaan istri Tuan, jika sampai ia tahu bahwa kita masih melakukannya?"
Edward menghela nafas, ia akhirnya memiringkan tubuhnya dan menatap paras cantik sang kekasih bayaran.
"Kenapa kau hanya memikirkan perasaan istri ku? apa kau tak ingin memikirkan tentang perasaanku padamu?"
"Perasaan Tuan-, terhadap saya-, saya yakin semuanya akan menghilang jika kita sudah tak lagi bertemu!"
"Setelah semua kehangatan yang selalu kau berikan dalam beberapa bulan ini, diriku sungguh tak yakin akan bisa melupakan mu dengan mudah Hana!" Edward menghela nafas, ia membelai lembut pipi Hana yang masih terus mangacuhkan keberadaan nya.
"Hana, tak bisakah kita kabur bersama?"
Gadis itu pun seketika menoleh dan beradu pandang dengan Edward, pria yang sedikit banyak telah memasuki relung hati Hana.
"Kabur?"
"Maukah kau kabur bersama ku?" perkataan lembut dari lisan Edward seketika membuat Hana kebingungan dan beralih pandang.
"Meskipun saya menginginkan! tapi rasanya saya tidak berhak untuk melakukan hal itu, Tuan."
"Kenapa tidak?"
"Tuan telah memiliki rumah yang nyaman! juga istri yang baik!"
"Istri yang selalu meninggalkan ku dan mementingkan kegiatan bersama kawan-kawannya! apa itu bisa disebut sebagai istri yang baik? justru dirimu yang merawat ku selama ini! apa kau lupa?"
"Saya melakukan itu semua karena Tuan membayar-,"
"Sssssssttt! tolong diam lah! jangan mengungkit tentang hal itu, Hana! tolong jangan mengingatkan ku bahwa hubungan ini hanya sebatas tentang nafsu dan juga uang!"
Edward mendekap tubuh Hana, ia mengacuhkan segala gejolak dalam dirinya demi bisa menenangkan Hana, gadis yang beberapa bulan ini menjadi tempat pelarian dari segala kekhawatiran dan ketakutan yang dialami oleh Edward.
******
"Dimana suamiku? apa dia ada agenda meeting di luar?" Bertha menghardik salah satu pegawai kantor hingga akhirnya orang yang di hardiknya berdiri.
"Maaf Nyonya-, tapi Tuan Edward tidak berangkat ke kantor pagi ini!"
"A-apa? Edward? dia tidak ke kantor? tapi bukankah tadi malam-,"
"Saya memang sempat menghubungi Tuan Edward tadi malam, tapi beliau bergegas kembali ke rumah setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan dan menunjuk Mr. Jack untuk memimpin meeting di perusahaan hari ini."
Kemana Edward pergi? tidak mungkin dia menemui Hana, itu sungguh tidak mungkin bukan? aku bahkan telah memperingatkan gadis itu sebelumnya?
Raut wajah Bertha pun memucat, hatinya serasa tertusuk sebilah samurai tajam hingga ia terhuyung gemetar.
"Nyonya! apa Nyonya baik-baik saja?"
Pertanyaan dari salah satu karyawan dihadapan nya tak lagi Bertha hiraukan, wanita itu memilih melangkah lebar keluar ruangan dan terburu-buru meninggalkan gedung perusahaan.
