Ingin mengikuti jejak sang ayah, Termasuk pasangan hidup. Sanjaya Nalendra Abraham bisa meraih cita-citanya. Namun tidak dengan kisah cintanya yang tidak semulus kisah kedua orangtua nya. Gadis pujaannya harus pergi untuk selama-lamanya membuat sikap Nalendra berubah.
Hingga pertemuannya dengan Ayra Zalfa Aryani seorang gadis perantau perlahan mampu menjadi obat lara hatinya.
Kemiripan wajahnya dengan mendiang sang kekasih, Membuat Nalendra bersikap lembut dan manis sehingga timbul rasa yang tak biasa hadir terhadap pria itu.
Rasa Cinta Ayra begitu besar, Namun sayang semua itu tak mampu membuka hati Nalendra yang masih bertaut dengan masa lalunya...
Akankah Ayra berhasil mendapatkan hati Nalendra dan membantu melupakan kekasihnya yang sudah tiada?
••••
"Aku Mencintaimu Ayra..." Sanjaya Nalendra Abraham
" Jangan mencintaiku karena aku mencintaimu, Tapi cintailah aku karena kamu memang benar-benar mencintaiku " Ayra Zalfa Aryani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Samakan
"Selamat pagi....
Ayra tersenyum manis ketika pria yang semalam tidak bisa membuatnya tertidur itu sudah hadir di ruang makan. Dengan gesit Ayra segera menarik salah satu kursi disana mempersilahkan Nalendra agar pria itu duduk.
"Thanks.... "Ucap Nalendra dengan senyum khasnya.
Nalendra hendak meraih piring, Namun Ayra lebih dulu mengambil piring tersebut membuat Nalendra mengernyit heran.
"Kamu mau makan apa? biar aku yang ambilin.."Nalendra hanya diam, Dia menatap Bibi Dartik sejenak. Namun wanita paruh baya itu hanya menggeleng pertanda jika tidak tau.
"Ay..aku bisa ambil sendiri..Kau duduklah dan kita bisa sarapan bersama.."Ucapan Nalendra tidak di pedulikan oleh Ayra. Gadis itu tetap mengambilkan nasi serta lauk pauk untuk pria yang baik hati ini.
"Ay..
"Kenapa?
"Nasinya.. Aku makan tidak sebanyak itu.."Ayra menghentikan pergerakannya. Ia nyengir kuda melihat nasi yang ia ambil cukup banyak.
"Kau saja yang makan..Biar aku ambil sendiri..."Ayra menepuk keningnya. Ia lupa, Jika porsi makan Nalendra hanya sedikit. Tidak seperti dirinya yang memang banyak makan.
Ayra menunduk, Ia cukup malu sebenarnya dan merasa salah tingkah. Nalendra tersenyum tipis melihatnya, Bagi Nalendra Ayra cukup lucu dan sangat menggemaskan. Dan hal itu cukup membuat Nalendra mengingat tentang Kirana yang sampai saat ini masih ada si dalam lubuk hatinya.
Keduanya mulai sarapan bersama. Bi Dartik yang menjadi saksi kebersamaan Keduanya selama dua hari ini merasa lega dan bahagia.
"Siapa tau Dengan kehadiran Ayra Den Lendra bisa melupakan Non Kirana...
Ting..
Satu pesan masuk, Membuat ponsel mahal milik Nalendra menyala. Kebetulan Ayra juga mengalihkan pandangannya ke layar ponsel itu. Sejenak Ayra terdiam ketika matanya tak sengaja menangkap foto Kirana yang terpampang di layar ponsel milik Nalendra.
"Itu fotoku kan? Apa jangan-jangan selama ini Nalendra mulai menyukaiku? Tapi kita kenal belum satu minggu... Ah aku tau, Pasti Nalendra jatuh cinta padaku saat pertama kali bertemu di bandara" Batin Ayra begitu percaya diri. Paras Kirana yang memiliki kesamaan dengan wajahnya jelas membuat Ayra salah paham. Gadis itu mengira bahwa yang menjadi Wallpaper di ponsel Nalendra adalah foto dirinya yang mungkin Nalendra ambil secara diam-diam.
"Ohya.. Hari ini kau tidak perlu bekerja lagi di Cafe itu.."Ucap Nalendra tiba-tiba.
"Ke..kenapa?" Gadis itu mencoba bertanya, Walaupun sebenarnya ia tau apa penyebabnya. Dan mungkin Nalendra sudah mengganti ruginya kemarin.
"Tidak kenapa-napa.. Aku rasa kau kurang cocok bekerja disana.. Tapi kau jangan khawatir, Aku sudah menemukan pekerjaan baru untukmu hari ini... Bekerja di hotel tidak apa-apa kan?" Tanya Nalendra menatap Ayra disana.
"Di..Di hotel?
"Iya.. tugasmu hanya beres-beres dan mengganti sprei setelah usai tamu yang menginap pulang. Bagaimana?" Ayra diam dan merasa cukup bimbang sebenarnya. Tapi sepertinya pekerjaan itu cukup mudah, Dari pada di Cafe batin Ayra.
"Iya.. Aku mau..
"Baiklah.. Habiskan makananmu dulu.. Setelah ini kita Berangkat..
"I..iya..."Jawab Ayra gugup luar biasa. Tatapan Nalendra kali ini sungguh sangat berbeda. Terlebih ia sempat melihat foto kirana yang ia kira adalah foto dirinya di ponsel pria itu. Hati Ayra benar-benar sangat berbunga-bunga dan merasa bahagia.
Nalendra segera bangkit dari duduknya karena selesai sarapan lebih dulu. Ayra pun segera menghabiskan makanannya dan segera menyusul Nalendra ke depan.
.
.
.
Kini dua sejoli itu sudah sampai di sebuah salah satu hotel bintang lima di kota itu. Nalendra turun dari mobil mewahnya begitupun dengan Ayra yang mengekor di belakang putra Tuan Besar Alvaro Winanda tersebut.
"Ayo.. kita masuk..
Deg!
Jantung itu kembali berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya tatkala Nalendra meraih tanganya dengan cara di genggam. Dari rasanya sudah selembut itu, Mustahil jika Nalendra tidak memiliki perasaan terhadapnya pikir Ayra dengan tatapan mata tak lepas dari wajah tampan pria itu.
Begitu masuk, Semua para karyawan menunduk hormat. Satupun tak ada yang berani mengangkat kepalanya. Ayra jadi penasaran, Seperti apa keluarga Nalendra kenapa semua orang begitu hormat layaknya menyambut kedatangan Raja sang penguasa.
Yang Ayra tahu, Nalendra hanya seorang artis itu saja. Tapi bukankah tidak harus segitunya..
"Nalendra..
Nalendra menoleh ke arah sumber suara dimana seorang wanita cantik berusia sekitar dua puluh tujuh tahunan tersenyum ke arahnya.
Perlahan kaki jenjang itu mendekat dan memeluk erat Nalendra yang ikut membalas pelukan wanita itu. Tidak hanya itu saja, Wanita yang bernama Lexine itu juga mencium wajah Nalendra layaknya mencium seorang balita.
"Kak...sudah..kakak kebiasaan.."Dengan sedikit kasar Nalendra melengos. Lexine tertawa, Wanita itu mengacak-acak rambut adik sepupunya saking gemash nya.
"Kenapa baru sekarang datang.. Kemana aja? aku kangen tauk.."Nalendra hanya terkekeh. Putri sulung Uncle Marcell ini memang begitu menyayanginya.
"Aku juga kangen sebenarnya.. ",Jawab Nalendra dengan setulus hatinya. Keduanya berbincang cukup dekat dan sangat akrab.
Interaksi keduanya membuat seseorang merasa kepanasan. Dada Ayra naik turun melihat keduanya yang begitu dekat.
"Dasar cewek gatel.. biasa aja kan bisa.." Entah kenapa Ayra tiba-tiba merasa tak suka. Apa benar ia mulai menaruh hati terhadap Nalendra? Jika tidak mana mungkin Ayra merasa cemburu.
"Ohya ya.. Aku membawa seseorang yang akan bekerja disini.."Ucap Nalendra pada Lexine yang langsung mendapat respon dari wanita cantik itu.
"Ohya, mana?
"Ini.."Nalendra menggeser tubuhnya hingga terlihatlah wajah Cantik itu. Ayra tersenyum ramah, Namun tidak dengan Lexine yang mendadak tegang disana.
"Lendra..Di..dia.."Begitu gugup Lexine ingin bertanya, Mata lentik wanita itu tak lepas menatap Wajah ayu Ayra yang masih menampilkan sebuah senyum.
"Ayo ikut aku sebentar.."Nalendra menarik lengan Lexine agar sedikit menjauh dari tempat dimana Ayra berdiri.
"Namanya Ayra .. Dia yang akan bekerja disini.."Tanpa di tanya Nalendra memberitahu wanita cantik itu lebih dulu.
"Ayra? Tapi wajahnya sangat mirip dengan..
"Kak.. aku mohon jangan samakan dia dengan Kirana.. Karena Ayra bukan dia..."Lexine terdiam. Matanya mendadak sendu menatap sang adik yang diam-diam menghapus air matanya. Masih sangat ia ingat betapa hancurnya Nalendra ketika Kirana pergi.
Bahkan pria itu sampai ingin menggali tanah kuburan Kirana yang saat itu masih merah dan basah.
"Maafin kakak ya..Kakak gak bermaksud.."Di usaplah pundak pria itu dengan lembut. Nalendra meraih tangan Lexine dan menggenggamnya.
"Terima dia bekerja disini.. Dan aku mohon jangan sampai kakak membahas tentang Kirana di depannya.."Usai mengatakan itu, Nalendra pergi begitu saja. Langkahnya terhenti saat ia mulai melewati Ayra yang masih berdiri dengan bingung disana.
"Kau di terima kerja.. Dan bekerjalah dengan baik jangan sampai berbuat ulah..
"Tapi Nale..." Ayra tak melanjutkan Ucapannya di karenakan Nalendra yang pergi begitu saja.
"Dia kenapa? Kok mendadak murung begitu....
.
.
.
Tbc
Maliks..malika kmu itu kok gak ada syukurnya bnget sih masih untung loh Nalendra mau besuk.. mlah mnta lebih