NovelToon NovelToon
Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Suami ideal
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Bilah Daisy

Mempunyai Hubungan Toxic dengan suaminya merupakan hal biasa bagi Sara, hal itu sudah wajar jadi ia tak terlalu peduli. Leo sang mafia agresif namun sangat menyayangi istrinya masih saja ia tenggelam dengan obsesi masa kecilnya selain obsesi cintanya pada Sara. Kehidupan yang awalnya seperti biasanya berubah menjadi aneh saat Sara mendapatkan tranplantasi jantung oleh seseorang yang tak di ketahuinya. Di balik pernikahannya yang kembali berjalan lancar setelah Sara sembuh, Sara mulai mendapati sisi gelap suaminya karena kepekaannya yang kuat sejak menerima transplantasi jantung. Hal itu membuat Sara menjadi takut pada suaminya, sebenarnya apa sisi gelap dari Leo hingga membuat Sara takut setelah mengetahuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilah Daisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembalinya Sang Mantan Kekasih

" Pinggang Lo udah nggak sakit nggak?" Tanya Reva.

" Tusukannya masuk 3 cm doang, nggak apa-apa ini."

" Sar, Lo pintar banget." Sam menaikkan jempolnya. " Gue nggak yangka tu cewek bener-bener pelakunya."

" Gue mah yakin gitu aja waktu liat dia, komuknya itu loh yang bikin gue curiga."

" Kasus udah selesai kan, kita tunggu aja kasus baru yang di beri pak kepala nantinya." Ucap Bian. " Lo keren Sar." Puji Bian.

" SARA!" Panggil Leo yang tiba-tiba berlari masuk.

Semua orang langsung berbalik melihat heran Leo yang sampai ngos-ngosan bahkan berkeringat di sekujur tubuhnya.

Sara mengedip-edipkan matanya menatap wajah Leo yang berantakan bahkan terdapat luka di tangan kirinya.

" Leo?"

" Yuk kita keluar." Ajak Bian. " Reva Lo harus keluar." Bian menarik rambut Reva.

" Bian rambut gue!"

Mereka bertiga lalu keluar meninggalkan Sara dan Leo berdua di ruangan itu.

" Leo? Kamu nggak apa-apa..."

" Mana yang luka?" Leo memeriksa tangan Sara. " Apa itu sangat sakit? Siapa yang melakukannya? Kamu kok biarin diri kamu luka lagi? Siapa yang ngelakuin ini sama kamu?"

" Kamu tahu darimana aku di sini..."

" Apa itu penting sekarang?" Leo memeluk Sara. " Aku hampir mati di jalan tadi karena khawatirin kamu... Kenapa kamu terluka lagi?" Isaknya mencium rambut istrinya.

" Kamu nyuruh bawahan kamu lagi ngikutin aku kan?"

" Berhenti bicara. Kamu ini kenapasih?" Leo menekan pipi Sara.

" Itu sakit Leo..."

" Aku mohon jangan terluka, biarkan aku tenang meski sebentar saja." Leo menyandarkan kepalanya di bahu Sara.

Sara tersenyum dan menyeka air matanya. " Astaga, ada apa dengan mu? Mata mu bengkak." Sara memegang wajah Leo. " Jangan menangis, aku tidak apa-apa."

" Wajah aku jadi jelek karena kamu, kamu selalu bikin aku nangis. Kamu kan dulu janji nggak bakalan bikin aku nangis... Kenapa sekarang kamu..." Leo semakin menangis.

" Itu kan hanya ucapan penenang, aku yang sakit, kenapa kamu yang nangis sih? Jangan nangis dong."

" Ini semua salah kamu..."

" Tangan kamu terluka, kok bisa? Kamu habis ngapain?"

" Aku habis nabrak tiang lampu merah."

" Apa? Benarkah? Kamu kenapa bisa nabrak sih!" Sara memukul bahu Leo.

" Aku buru-buru kesini habis denger kamu masuk rumah sakit."

" Ya ini nggak terlalu apa-apa! Kamu apa-apaan sih ugal-ugalan di jalan!"

" Emangnya kenapa sih! Aku juga ganti rugi kok!"

" Lihat diri mu! Kamu ya yang mulai sama aku."

" Kamu loh yang duluan mukul aku."

" Kamu berulah lagi di jalan, nama aku bakalan panas lagi di kantor polisi."

" Emangnya aku bikin kamu malu gitu?"

" Aku nggak malu sama sekali, tapi kamu juga udah berulangkali ngelakuin itu dan kamu hanya ganti rugi. Orang-orang pikir aku ngapain kerja di sana selagi suami aku kaya."

" Kamu bukannya khawatirin aku, kamu malah... Ckkk nyebelin banget sih kamu." Kesal Leo.

" Nyeyyyenye, laki-laki kok kerjaan ngambek."

Dan pertengkaran mereka itu tak sengaja di lihat oleh Alex yang hendak masuk.

Alex sudah berdiri dari tadi di dekat pintu dan hanya mendengar percakapan Sara dan Leo.

" Lo ngapain?" Tanya Bian yang membawa minuman di tangannya. " Ngapain Lo lihat adik gue segitunya?"

" Adik? Sara adik Lo?" Alex tak percaya.

" Iya, gue kakaknya dan tu cowok di sampingnya adik ipar gue."

" Oh gitu ya."

" Lo belum jawab pertanyaan gue, Lo ngapain di sini?"

" Ah, gue dokter yang periksa dia. Gue tadi mau masuk buat meriksa dia tapi nggak jadi karen ague lupa sesuatu..."

" Bentar. Lo kan dokter yang operasi adik gue waktu itu kan?" Bian menunjuk Alex. " Lo..."

" Bian, kok lama banget sih? Cepetan! Sam udah ngomel-ngomel tuh. Siapa Lo?" Tanya Reva pada Alex.

" Katanya dia yang meriksa Sara."

" Perasaan tadi bukan Lo deh."

" gue harus pergi." Alex lalu pergi.

" Gue yakin bukan dia yang meriksa Sara tadi. Lo kenala dia?"

" Dia yang operasi Sara waktu itu."

" Dia? Cepetan gih ambil kunci mobil Lo, gue mau pulang nih."

Bian dan Reva lalu kembali masuk ke ruangan itu dan mengambil kunci mobil yang tertinggal.

Setelah mereka berdua kembali pergi, tiba-tiba seorang wanita tua masuk ke ruangan mereka.

" Permisi." Ucap wanita tua yang bergaya sangat elegan masuk ke ruangan Sara.

" Tante Diana?"

" Aku mendengar menantu ke 3 sedang di rawat di sini, aku dari mengurus pengiriman alat medis baru di rumah sakit kakek mu Leo. Jadi aku jenguk kamu aja." Ucap Diana.

" Lo nggak perlu kesini sama sekali." Ketus Leo.

" Leo." Tegur Sara. " Maaf Tante."

" Kamu sakit apa?"

" Luka tusuk Tante."

" Astaga, sangat menyedihkan. Pasti kau memilih rumah sakit ini karena ini milik kakek Leo."

" Cuma ini rumah sakit yang lengkap dan yang ada di pusat kota Tante. Nggak mungkin kan aku harus keluar kota dulu cuma buat meriksa ini, lagian aku juga bayar kok."

" Wow, kamu nggak sopan banget. Tapi nggak apa-apa, kan suami sama istri sama aja."

" Lo kalo nggak punya urusan, Lo pergi deh."

" Baiklah. Yang penting aku udah pastikan menantu ke 3 keluarga Amstrong sudah membaik. Dan iya, jangan terlalu banyak membaut masalah, kau bisa membuat malu keluarga Jiak kau terus berulah." Diana lalu pergi.

" Dasar nenek tu itu."

" Leo udah lah." Pasrah Sara.

xxxxxxxxxxx

Seminggu setelah Sara menemukan pelakunya, ia menjadi lega namun tak sepenuhnya, selalu saja ada yang menganggu pikirannya.

" Gue kenapa sih sebenernya? Gue kok nggak tahu ya?" Sara menggigit jari-jarinya. " Gue kok nggak tenang gini? Apa ni jantung nggak nerima tubuh gue sampe gue selalu merasa nggak tenang gini? Apasih?"

" Masih mikirin hal yang nggak penting?" Tanya Leo. " Minum dulu gih."

" Apa ini?"

" Racun tikus yang cocok untuk mu." Jawab Leo sambil tersenyum.

" Terimakasih." Sara lalu meminumnya.

" Ckkk, kamu ngapain sih? Buka jendela selebar ini baru pake baju tipis aja."

" Kamu kok marah sih?"

" Nanti kalo aku sakit gimana?" Leo melempar mantelnya ke wajah Sara.

" Ckkk bisa kasi dengan sopan nggak sih!"

" Itu sudah lebih dari sopan."

TOK! TOK! Suara ketukan pintu.

Leo lalu pergi membukanya dan ternyata itu adalah pengawalnya.

" Ada apa?" Tanya Leo datar.

Beberapa saat kemudian...

Sara melipat kedua tangannya begitu kesal melihat Anna yang merupakan mantan kekasih Leo tiba-tiba datang ke rumah sambil menangis.

' kurang ajar ni cewek, maksud dia apa ke sini segala? Mau bikin gue cemburu gitu? Hhhha, yang bener aja.' Benak Sara.

" Lo ngapain ke mari?" Tanya Leo pada Anna.

" Leo..." Anna menitihkan air matanya dan memeluk Leo. " Tolongin gue Leo..."

" Dasar wanita kurang malu yang licik." Sara menyeringai.

Wanita itu adalah Anna, mantan kekasih Leo 14 tahun yang lalu. Dia adalah pacar pertama Leo sejak usia Leo masih 16 tahun.

Mereka pacaran selama 3 tahun lamanya, namun putus karena Anna meninggalkan Leo tiba-tiba.

Dan saat usia Leo memasuki 21 tahun ia bertemu dengan Sara yang masih berusia 16 tahun. Mereka bertemu dengan tak sengaja dan mulai menjalin hubungan yang lebih dalam setelah setahun bersama tanpa hubungan.

" Maksud Lo apa?" Tanya Leo.

" Leo... Gue kehilangan semuanya, gue mohon tolong gue..." Isaknya hingga terbatuk-batuk. " Gue udah nggak punya apa-apa lagi."

' nggak tahu diri banget njir, dia ninggalin Leo buat tu aki-aki, sekarang dia balik dan mau balikan gitu? Wah Lo pikir gue bakal diam aja gitu?'

Sara lalu melangkah mendekati mereka dan menjambak rambut panjang Anna dengan kasarnya.

" Udah cukup aktingnya? Udah cukup nangisnya? Udah ya, gue muak lihat Lo anjir." Marah Sara. " Lo sebaiknya pergi deh."

" Leo..."

" Lo nggak usah manggil-manggil suami gue, Lo bicara ama gue jika ada yang penting."

" Gue nggak bermaksud rebut Leo lagi Sar, lepasin Sar... Rambut gue sakit..." Anna merintih kesakitan.

" Dia udah jadi milik gue tolol, maksud Lo apa peluk dia waktu gue berdiri tepat di belakangnya ha? Ya tentunya Lo sengaja kan? Iya, rencana Lo berhasil, gue terpancing sama tipu muslihat Lo!"

" Sar, gue mohon..."

" Hhahha." Sara tertawa. " Lalu maksud Lo peluk suami gue di depan mata gue apa coba?"

Leo juga hanya diam melihat istrinya yang beradu mulut dengan mantan kekasihnya itu. Jika ikut campur lagi, bisa-bisa dirinya juga terlibat masalah.

" Gue minta maaf Sar, tapi gue mohon bantu gue kali ini aja..."

" Nggak mau gue. Lo kan kaya, Lo balik lah ama bapak Lo."

" Ayah gue lagi sakit, kakak gue juga bakalan marah jika tahu gue lagi sekarat."

" Itu bukan urusan gue."

" Ok, lepasin gue dulu."

" Gue bukan bocah ingusan lagi yang bisa Lo labrak waktu gue SMA, bisa-bisanya Lo labrak anak sekecil gue waktu itu."

" Apasih Sar."

" Apasih-apasih. Lo yang apa..."

" Oke, Lo boleh tinggal di mari." Ucap Leo tiba-tiba.

" Wow?" Sara mengerutkan keningnya.

" Makasih Leo." Anna tersenyum.

" Ayah dia pernah bantu aku, aku akan balas sekarang. Kalo dia udah tinggal di sini, aku nggak punya utang Budi lagi sama dia. Jangan khawatir."

" Kamu nggak mikirin perasaan aku?"

" Perasaan kamu kenapa? Biasanya kamu biasa aja, kok kamu cemburu."

" Aku cemburu karena jantung ini, hati aku juga sangat marah. Kau mengerti? Kalau begitu lakukanlah sesuka mu brengsek!" Kesal Sara lalu pergi.

Sara lalu pergi dari sana dengan perasaan yang begitu marah juga sangat kesal.

Saat naik di tangga, Sara mengambil vas bunga yang ada di dekat tangga dan melemparkannya ke dinding hingga pecah.

" Lo jangan peduliin dia kalo Lo nggak mau sakit, Lo ikut tu pelayan."

" Gue ucapin makasih banget sama Lo, gue janji, gue nggak bakalan tinggal lama di sini."

" Baguslah, Lo pergi gih cepat-cepat."

" Jangan pedulikan dia." Ucap Leo. " Pelayan antar dia ke kamar tamu dan Lo jangan salah paham, gue ngelakuin ini buat balsa Budi aja selainnya gue nggak suka sama Lo."

" Gue tahu kok." Anna tersenyum.

xxxxxxxxxxx

Leo yang baru kembali langsung pergi ke kamarnya dan mencari keberadaan Sara.

Ia membuka jam tangannya dan mantelnya laku menaruhnya sembarang di atas ranjang.

" Tu anak di mana? Udah malam belum pulang juga." Leo mencari keberadaan Sara.

Leo lalu turun ke bawah dan di sana sudah ada Anna yang memasak di dapur bersama para pelayan.

" Leo kemari lah, Lo makan dulu." Ucap Anna tersenyum.

" Lo liat sara nggak?"

" Nggak, kek nya dia belum pulang. Lo makan dulu..."

" Udah larut juga, tapi dia belum pulang. Kalo pengen lembur dia pasti juga bilang ama gue." Leo Lalau mengambil handphonenya.

Ia lalu hendak menelpon Sara, namun seseorang yang entah siapa lebih dulu menelponnya.

" Siapa ini?" Leo mengangkat panggilan itu. " Iya, gue Leo."

" Gue Reva, Lo bisa kesini nggak?"

" Tapi Lo siapa?"

" Gue temen Sara, dia lagi..."

Panggilan itu langsung terputus dan segera Leo berlari pergi dari sana.

" Leo." Panggil Anna namun dirinya di abaikan. " Ada apa sebenarnya? Nyebelin anjir, gue di abaikan." Anna melepas celemek.

" Anda mau ke mana?" Tanya Siti.

" Urusan lo apa?"

" Tadi anda bilang ingin membantu..."

" Apasih, Lo kerja sendiri lah. Lo juga banyak, udah gih jangam gangguin gue."

Dengan kesal Anna berjalan pergi menuju kamarnya, namun melihat pintu kamar Leo yang terbuka dia pun berniat sesuatu.

Matanya lalu melihat ke sana kemari untuk berjaga-jaga dan naik ke atas seperti pencuri.

Sesampainya ia di atas, ia kembali melihat kesana kemari. Setelah merasa tak ada siapa-siapa, Anna pun dengan cepat masuk dan menutup pintu kamar Leo.

" Wah ini kamar Leo dan bocil itu."

Anna berjalan menuju lemari dan membukanya. Melihat baju Leo yang tersusun rapi ia tersenyum dan memeluknya.

Ia bahkan mengambil parfum Leo di meja rias dan menyemprotkannya di lehernya.

" Wangi banget, dia masih pake parfum yang sama. Gue tahu dia nggak pernah bakalan berubah. " Anna menjatuhkan dirinya di tempat tidur. " Enak banget njir, sepertinya gue harus balik lagi deh sama dia."

Anna kembali bangun dan pergi duduk di meja rias dan mengambil lipstick Sara.

Ia lalu memakainya hingga bibir pucatnya kembali berwarna merah.

" Pilihan lipstiknya cantik juga, gue bener-bener bodoh ninggalin Leo waktu itu. Atau gue rebut dia lagi ya? Tapi gue harus nyingkirin tu anak dulu."

Anna kembali berbalik melihat mantel Leo yang berserakan di ranjang dan tersenyum licik.

Ia pun lalu pergi mengambilnya dan menatapnya lama. Entah apa yang ada di pikirannya, ia malah mencium kerah mantel itu hingga membekas terang dengan karen lipstiknya.

" tu anak mungkin pintar, tapi cemburu bisa membuat orang bodoh. Gue yakin dia bakal salah paham." Ia tersenyum licik.

xxxxxxxxxxx

Leo berlari di tengah keramaian seperti orang gila mencari keberadaan Sara.

Begitu banyak polisi dan orang-orang yang berkumpul di tepi danau karena ada seseorang wanita yang katanya bunuh diri.

" Sara... Hhha huf... Ini melelahkan, ada apa lagi?" Tanya Leo.

Sara lalu menaruh handphonenya dan tersenyum pada Leo.

" Akhirnya Lo datang." Ucap Reva. " Dada Sara katanya sakit dan barusan pingsang tadi saat selesai meriksa mayat. Dia nyuruh gue buat nelpon Lo."

" Lo bisa pergi, gue bakal bawa dia balik."

" Iya." Reva lalu pergi dari sana. " Terimakasih dulu kali, gue mau pukul wajahnya untung ganteng. Kok Sara betahnya?"

" Kamu baik-baik aja ya? Kamu main handphone tu."

" Dada aku tadi emang sakit sih."

" Yang bener?" Leo menyipitkan matanya. " Kamu bikin aku panik lagi loh. Kamu ini kebiasaan ya."

" Gendong aku." Sara tersenyum.

" Naiklah." Leo lalu berbalik. " Kita langsung pulang ini kan?"

" Iya, udah selesai juga."

" Ya udah."

" Btw tu cewek kapan pergi dari rumah kita? Dia nyebelin banget, aku nggak suka. Dia mulai lakuin hal-hal aneh gitu."

" Aneh gimana?"

" Ya aneh, pasti nanti ada kejadian di rumah. Kok dia belum pergi sih."

" Nggak tahu juga sih, dia bilang bakalan pergi setelah semuanya selesai."

" Kamu masih suka sama dia nggak?"

" Nggak."

" Yang benner?"

" Kamu milih diam atau aku lempar ke danau nih."

" Ya udah jangan marah."

" Kau detektif Sara kan?" Panggil wanita SMA yang menghadang jalan mereka.

Beberapa saat kemudian...

" Jadi dia tidak bunuh diri?" Tanya Sara.

" Iya, aku yang melapornya, tadi aku nggak sengaja lihat mereka-"

Sementara itu Leo mendengar percakapan mereka sambil melihat seorang pria dari jauh yang jauh sedang memerhatikan anak SMA itu.

Saat Sara masih sibuk bicara dengan wanita itu, Leo mengambil kesempatan untuk pergi menemui pria yang berada di balik pohon.

Pria itu terus saja dia di tempatnya dan tak hentinya terus memerhatikan anak SMA yang berbicara dengan Sara.

" Lo pelakunya kan?" Ucap Leo.

Pria itu lantas berbalik dan menatap heran Leo.

" Lo tahu dari mana gue di sini?"

" Nama Lo kalo nggak salah Eddie?"

" Tahu dari mana Lo?"

" Lo anak SMA, tuh nama Lo tertancap jelas."

" Gue nggak nanyak tentang nama gue, tapi tanya tentang tuduhan Lo itu."

" Jadi tuduhan gue bener? Lo masih SMA udah ngebunuh orang?"

" Jadi Lo mau apa?"

" Nggak sopan banget sama orang paling tua."

" Langsung aja, Lo mau apa?"

" Bersihin dulu tu darah di leher Lo."

Eddie lalu segera menggosoknya. " Gue bakal kirim uang sama Lo..."

" Gue cuma mau Lo jangan sakitin istri gue, karena istri gue saat ini lagi nyari pelakunya. Gue bakal diam selagi Lo juga waspada dan gue sama sekali ngga peduli jika Lo ketangkep nantinya."

" Lo tahu gue pelakunya tapi Lo nggak bantuin istri Lo buat nangkep gue?"

" Gue nggak suka ikut campur aja. Lebih tepatnya gue nggak peduli sih, yang penting istri gue aman aja. Kalo Lo sampe sakitin istri gue, Lo nggak bakalan hidup tenang."

Eddie tersenyum miring. " Lo sedang ngancem pembunuh loh ini."

" Gue udah banyak nemuin orang yang kek Lo, jadi ancaman Lo nggak mempang sama sekali."

" Leo? Kamu bicara sama siapa?" Panggil Sara. " Oh kau anak anak SMA juga? Apa kau teman Bilah?"

Namun Eddie tak menjawab dan pergi dari sana.

" Nggak sopan banget iih di tanyain, kamu ngomong apa sama dia?

" Cuma nanyak kenapa bisa ada anak SMA ada di sini selarut ini."

" Mungkin dia juga saksi, aku harus nanyak sama dia."

" Kamu mending nggak usah berhubungan dengan dia."

" Dia mungkin saksi Leo."

" Dia bukan saksi, dia hanya lewat di sini."

" Begitu kah?"

" Yuk pulang, mau aku gendong lagi nggak?"

" Ya udah mau." Sara langsung melompat naik ke punggung suaminya.

" Kamu ringan sekali, berapa berat mu sekarang?"

" 70."

" 70 kg? Ringan banget, kamu kurang makan sih."

" 70 berat loh, itu berat laki-laki."

" Intinya kamu tuh ringan banget."

TO BE COUNTED...

1
Anita Jenius
Seru banget ceritanya.
aku baca sampai sini dulu ya.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Meihua Yap imut
jangan blng nanti suami sara lah pembunuh ayahnya, kalo benar kasian sara menerima kenyataan suami nya pembunuh yang ia cari
shookiebu👽
Wuih, seru abis!
Valentino (elle/eso)
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
0-Lui-0
Ayo thor, kangen sama kelanjutan cerita yang seru ini! Update sekarang juga, ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!