Intrspeksi adalah kisah tentang Aldo dan Farin, pasangan yang telah bersama sejak SMA dan berhasil masuk universitas yang sama. Namun, hubungan mereka mulai terasa hambar karena Farin terlalu fokus pada pendidikan, membuat Aldo merasa kesepian.
Dalam pencarian kebahagiaan, Aldo berselingkuh dengan Kaira. Ketika Farin mengetahui perselingkuhan tersebut, dia melakukan introspeksi dan berusaha memperbaiki dirinya. Meskipun begitu, Farin akhirnya memilih untuk melepaskan Aldo, dan memulai hubungan baru dengan seseorang yang lebih menghargainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Terselubung
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Selanjutnya,
Suasana kampus sore itu ramai seperti biasanya. Ica, Eva, Bima, Alan, Doni, dan Aldo sedang berkumpul di bawah pohon besar, bercanda dan tertawa sambil membahas tugas-tugas kuliah yang semakin menumpuk. Di samping mereka, Kaira duduk diam, sesekali ikut tertawa kecil. Namun, pikirannya melayang, memikirkan hubungan rahasianya dengan Aldo.
Tiba-tiba, sosok Farin muncul dari kejauhan, berjalan menuju mereka. Sejenak, semua terdiam. Mereka tidak menyangka Farin akan muncul begitu tiba-tiba, apalagi di tengah-tengah suasana seperti ini. Farin yang biasanya sibuk dengan kuliah dan jarang nongkrong bersama mereka, sekarang datang dengan ekspresi ramah.
Ica yang pertama kali bereaksi. "Eh, Farin! Tumben banget kamu datang?" suaranya sedikit tergagap, antara terkejut dan bingung.
Farin tersenyum lembut. “Iya nih, lagi ada waktu kosong sebentar, jadi aku pikir mau mampir. Aku juga bawa sesuatu buat kalian.”
Seketika, semua perhatian tertuju pada kotak kue yang dibawa Farin. Aldo terlihat sedikit tegang, sedangkan Kaira langsung menunduk, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Dia tidak menyangka Farin akan muncul secepat ini, apalagi setelah kejadian tadi siang saat dia memeluk Aldo di taman kampus.
"Wow, kue?" Doni langsung bereaksi antusias. "Ini buatan kamu sendiri, Rin?"
Farin mengangguk, lalu duduk di antara mereka. "Iya, aku lagi coba-coba buat kue sendiri untuk bisnis kecil-kecilan nanti. Aku ingin kalian jadi yang pertama nyoba. Gimana menurut kalian?"
Eva dan Ica langsung meraih kue tersebut dan membaginya ke teman-teman yang lain. “Ini kelihatannya enak banget!” seru Eva, tak sabar untuk mencicipi.
Bima mengambil sepotong, mencicipi, lalu tersenyum puas. “Wah, ini enak banget, Rin! Serius, kamu berbakat nih. Kalo kamu buka usaha, pasti laris manis.”
Semua orang ikut mencicipi dan memberikan pujian pada Farin. Aldo diam sejenak, menatap Farin yang terlihat begitu tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan atau kekecewaan. Namun, justru itulah yang membuat Aldo merasa tidak nyaman. Ada sesuatu yang berbeda dari sikap Farin hari ini, tapi dia tidak bisa menebaknya.
Di sisi lain, Kaira duduk dengan tegang. Matanya sesekali melirik ke arah Farin, lalu ke arah Aldo. Dia merasa seperti seorang penyusup yang tiba-tiba terjebak dalam situasi yang tidak diinginkannya. Setiap senyuman Farin terasa seperti tamparan bagi Kaira, karena Farin begitu manis dan ramah seakan-akan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Farin kemudian menoleh ke Kaira, memberikan senyum yang hangat. “Kaira, kamu udah cobain kuenya?”
Kaira terkejut, tidak menyangka Farin akan langsung menyapanya. “A-aah, belum, Rin,” jawabnya gugup, mengambil sepotong kue dengan tangan yang sedikit gemetar.
“Semoga kamu suka, aku baru pertama kali coba resep ini,” kata Farin dengan senyum manis yang membuat suasana semakin canggung bagi Kaira. Farin kemudian menambahkan, “By the way, kamu jadi gabung di circle ini?"
Semua orang langsung menahan napas. Mereka tahu bahwa Kaira bukan sekadar teman kecil biasa bagi Aldo, tapi mereka juga tahu bahwa Farin belum mengetahui hubungan rahasia itu.
Bima, yang biasanya cerewet, langsung menyeringai dan mencoba mengubah suasana. “Iya, Rin. Kaira ini teman baru yang gabung sama kita belakangan ini. Seru kok orangnya.”
"Aku juga tau itu, Kaira seru. Dia... dia juga kan teman masa kecil Aldo." ucap Farin sambil memandang Kaira dan tersenyum tipis.
Kaira hanya bisa mengangguk pelan, berusaha tersenyum meskipun rasa canggung terus menyelimutinya. Ia merasa semakin tidak nyaman berada di tengah-tengah mereka, apalagi di hadapan Farin yang sepertinya menyambutnya dengan baik.
Aldo sendiri semakin tenggelam dalam kebingungan. Dia tahu Farin adalah orang yang cerdas dan sensitif, tapi sikapnya yang begitu santai dan ramah hari ini justru membuatnya semakin gelisah. Farin, yang biasanya jarang menghabiskan waktu bersama mereka, tiba-tiba datang membawa kue dan bersikap seperti ini. Sesuatu terasa aneh, tapi Aldo tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.
Setelah semua mencicipi kue dan memuji hasil buatan Farin, dia kembali menatap Aldo. "Do, aku ada sedikit waktu kosong sore ini. Gimana kalau kita jalan-jalan sebentar? Seperti dulu, kamu juga selalu ajak aku ingin keliling kota tua pakai sepeda?"
Permintaan itu membuat suasana kembali tegang. Semua orang saling bertukar pandang, terutama Kaira yang mulai merasa cemburu. Farin jarang mengajak Aldo untuk jalan-jalan, apalagi di tengah kesibukan mereka berdua. Kaira tahu bahwa ini adalah kesempatan yang jarang terjadi, dan dia tidak bisa menahan rasa cemburunya melihat Farin sekarang menggenggam tangan Aldo dengan begitu lembut dan mesra.
Aldo menatap Farin sejenak, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran pacarnya itu. Tapi dia tidak bisa menolak. "Eh, iya, Rin... tentu. Kita bisa jalan-jalan sebentar."
Kaira menggigit bibirnya. Rasa cemburu mulai membakar hatinya, tapi dia tidak bisa menunjukkan itu di depan yang lain. Farin, seolah-olah tahu betul apa yang sedang Kaira rasakan, tetap tersenyum sambil merapikan tasnya. "Oke, kita jalan sekarang ya."
Semua orang terdiam, menonton mereka berdua bersiap pergi. Ica dan Eva saling melirik, merasa situasi ini seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Namun, tidak ada ledakan. Farin tetap manis, Kaira tetap diam, dan Aldo masih tenggelam dalam kebingungannya.
Sebelum pergi, Farin menoleh ke Kaira sekali lagi. “Kaira, terima kasih udah mau gabung sama mereka. Aku harap kita bisa lebih sering ketemu.”
Kaira tersenyum tipis, meskipun di dalam hatinya, dia merasa semakin jauh dari Aldo. "Iya, semoga."
Setelah itu, Farin dan Aldo pun pergi, meninggalkan teman-teman mereka dalam kebingungan dan rasa penasaran. Kaira tetap duduk, merasa campur aduk antara cemburu, marah, dan tak berdaya. Dia tahu, hubungan antara Aldo dan Farin masih kuat, meskipun ada celah yang sempat ia masuki. Tapi sekarang, dengan kehadiran Farin yang begitu tenang dan penuh kendali, Kaira merasa bahwa dia tidak lagi memiliki kesempatan.
Di saat yang sama, Farin tahu bahwa dirinya sedang bermain dalam permainan yang sulit. Dia harus tenang, harus kuat, dan menunggu. Jika Aldo tetap berada di jalur yang salah, dia sudah siap untuk mengambil langkah besar—meskipun hatinya harus terluka.
...***...
Sepanjang perjalanan, Aldo merasa semakin canggung. Hatinya bergejolak, antara merasa bersalah terhadap Farin dan kebingungan karena sikapnya yang terlihat sangat tenang. Farin, di sisi lain, berusaha keras menyembunyikan kekecewaannya. Dalam benaknya, dia sudah merencanakan semuanya dengan baik. Jika Aldo masih bermain-main dengan perasaan orang lain, dia akan benar-benar melepaskannya.
Setelah mereka sampai di taman kota tua, Farin berhenti dan menatap Aldo dengan tatapan lembut. “Do, aku tahu kita jarang punya waktu untuk bersama seperti ini. Tapi aku pengen kita memanfaatkan waktu yang ada, sesuai keinginan kita, walaupun sebentar. Kita bisa berkeliling taman ini dulu, baru duduk di bangku taman nanti,” ucap Farin sambil mengatur napasnya.
saling follow boleh kak🙏😊
yura nanti lama2 ky kayra