NovelToon NovelToon
Jalur Langit

Jalur Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:84.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Chika cha

[sequel my letnan 3]

Argantara putra Bimantara, berulang kali di pertemukan dengan gadis bernama Nasya kayshila. Dan di setiap pertemuan, ia selalu berbuat baik. Jujur saja dari awal pertemuan pertama ia sudah tertarik dengan gadis berjilbab itu, namun sayangnya sudah beberapa kali bertemu Nasya tetap tidak mengingatnya, sekalipun ia telah berbuat baik. Alhasil Argan mengikuti pepatah jika perbuatan baik susah untuk di ingat maka ia akan melakukan perbuatan buruk yang pasti akan selalu di ingat oleh Nasya.

let's play!

Ayo baca kelanjutannya di sini👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan kulkas berjalan

Tiba acara akad nikah Aidan hanya akad nikah, tampak satu rumah sedang sibuk akan persiapan akad nikah si bungsu. Terdengar kegaduhan orang-orang yang berada di lantai satu tapi tidak membuat Argan bangun dari tidurnya. Bahkan ia tidur masih mengenakan sarung dan baju Koko yang ia kenakan saat sholat subuh pagi tadi, seraya memeluk gulingnya dengan erat.

Muka bobonya aja ganteng banget ya Allah.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu tidak mengganggu tidur Argan sama sekali, ia masih tetap tertidur dengan pulasnya.

Ceklek!

Tampak wanita paruh baya mengenakan gamis brokat berwarna abu itu masuk menghampiri putra keduanya yang masih tertidur pulas.

"Ya Allah anak ganteng masih tidur! Argan bangun! Argan bangun bang!" Mama Nada menggoyang-goyangkan tubuh Argan membuat sang empu perlahan menggeliatkan tubuhnya.

"Argan masih ngantuk mah." dengan suara berat, kemudian berguling kesamping memunggungi sang Mama. Dan tentunya itu membuat Mama Nada murka.

"Anak nakal! Bangun gak?! Kamu cuti bukan untuk gelindingan di atas kasur ya abang! Tapi cuti untuk acara nikahan adik kamu! Ya Allah, buruan bangun Argan yang lain udah pada rapih tuh di bawah! Atau kamu mau Mama siram?" Mama Nada memukul bokong putranya tidak tanggung-tanggung membuat Argan memekik kesakitan.

"Aduh, mah sakit!" keluhnya mengelus pantatnya yang di pukul Mama Nada.

"Makannya bangun Argan! Adiknya mau nikah loh ini. Haduh gak bang Abri gak kamu sama aja. Apa pada gak terima atau gimana sih pada di langkahi adiknya?" Omelan Mama Nada masih berlanjut dan bergerak menyingkap gorden kamar Argan agar cahaya matahari bisa masuk kedalam kamar putranya. Tadi sebelum membangunkan Argan ia sempat membangunkan Abri yang tumben sekali bangun sampai siang. Padahal kata papa Saga ia tidak ada kegiatan kemarin.

Merasa silau akan Cahya yang masuk kedalam kamarnya yang cukup menganggu, Argan mau tak mau bangun dan duduk di atas ranjang. Matanya masih setengah terpejam, tapi telinganya setia mendengar Omelan sang mama. Argan juga menguap lebar sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. "Terima mah." matanya setengah terbuka sayup-sayup ia melihat Mama Nada meletakkan sesuatu di atas meja belajar.

"Buruan, ini batiknya." ternyata itu baju batik keluarga yang di persiapkan untuk acara akad si bungsu.

"Hm" hanya itu sahutan dari Argan, lalu ia berjalan gontai dengan wajah bantal menenteng handuk di pundak lalu mesuki kamar mandi.

Sekitar tiga puluh menit Argan bersiap, menuruni anak tangga. Ia jauh lebih tampan mengenakan baju batik tersebut.

Ia menyisir lantai satu dari tangga melihat betapa ramainya orang yang ada disana. Hampir rata-rata rekan kedua orangtuanya.

"Ini anak ganteng bunda, baru bangun. Capek nak?" tanya bunda Tasya salah satu sahabat dekat sang Mama Nada yang tinggal di Bandung Karena suaminya tugas disana yang merupakan seorang tentara juga.

"Iya bunda." jujur tubuh Argan capek sekali. Mengingat seminggu sebelum persiapan pernikahan sang adik ia masih berlatih di pekan baru dan baru pulang malam tadi. Syukurnya ia masih bisa menghadiri pernikahan adik bungsunya hari ini.

Tante Tasya menuntun Argan untuk duduk di sofa sebelahnya mengelus punggung Argan dengan sayang.

"Udah besar, makin ganteng, makin tinggi, belum ada calon nak?"

Dengan segera Argan menggeleng "belum kepikiran bunda, masih mau berkarir."

Tante Tasya mengangguk-anggukkan kepalanya "iya, biar Abang Abri duluan yang nikah ya nak, kasian masak udah dilangkahi Idan di langkahi Argan juga." Tante Tasya terkekeh setalahnya.

"Iya bunda." Argan tidak bisa berbicara banyak, karena Argan itu pendiam bahkan orang-orang sering mengatakan kalau dia si kukas berjalan karena cuek dan susah senyum.

Padahal tidak seperti itu, Argan cuek karena tidak pandai berkata-kata, ya berbicara sedapatnya. Kalau susah senyum dia akui karena selera humor Argan itu tidak sereceh yang lain, mentok-mentok senyum atau terkekeh doang. Kalau ingin melihat Argan tertawa sampai ngakak mimpi saja. Karena itu sangat susah. Belum lagi wajahnya yang selalu datar semakin mendukungnya di cap sebagai kulkas berjalan atau kalau tidak ice boy oleh keluarga dan rekan-rekannya.

Tapi tidak dengan sang Mama, Mama Nada yang paling memahaminya. Kalau Mama Nada bilang Argan itu pria dengan rupa dingin namun memiliki jiwa yang hangat dan itu terdengar lebih baik di dengar ketimbang kulkas berjalan atau ice boy.

"Abang Argan pergi sarapan dulu sana sama Idan dan bang Abri." instruksi sang mama.

"Iya mah. Kalau gitu permisi bunda Tasya." pamitnya undur diri.

"Iya nak iya. Makan yang banyak ya nak nerbangkan burung besi itu perlu banyak tenaga." ujar Tante Tasya lagi menyemangati.

"Baik bunda." Akhirnya Argan pergi ke meja makan yang dimana terdapat adik dan juga sang kakak yang sudah makan lebih dulu disana. Ia menarik salah satu kursi ikut bergabung. Argan dan Abri memakai baju seragam batik sementara Aidan memakai beskap Jawa berwarna putih di pasukan dengan kain jarik yang memelilit di pinggangnya khas calon mempelai pengantin.

"Baru bangun?" tanya Abri setelah menelan makanannya.

"Hm." jawab Argan seraya memindai nasi beserta lauk ke piringnya.

Sementara Aidan hanya diam seraya terus makan dengan lahap di samping Abri.

Argan menyunggingkan senyumnya melirik adik bungsunya yang kelihatan tenang.

"Isi amunisi dek." ledek Abri menatap adik bungsunya yang tumben banget adem ayem, padahal biasanya mulut rombengnya seperti petasan banting.

Efek mau kawin itu bang Abri😂

Argan yang mendengar ucapan sang kakak turut tersenyum mulai melahap makanannya.

"Iya dong, mau ijab nih harus punya tenaga. Kan gak mungkin jabat tangan Om Sandi nanti Idan malah gemetaran."

Pecah sudah tawa kedua kakaknya. Bahkan biasanya Argan itu jarang tertawa paling mentok ya senyum doang tapi kali ini tidak ia turut terkekeh merasa lucu akan ucapan Aidan.

"Gemetaran. Gayamu dek dek, nangkep penjahat paling sangar aja keahlianmu, masak ngadepin Om Sandi Sampek gemetaran" ledek Abri lagi masih tertawa.

Semantara Argan sudah selesai dengan tawanya kembali lanjut makan, ia jadi pendengar saja.

"Lah beda cerita dong. Mau nikah sama nangkap penjahat beda jalur. Lagian jelas tegang bang. Sekali seumur hidup loh ini. Nanti kan ada masanya Abang ngerasain apa yang aidan rasain." ujar Aidan.

Argan menganggukkan kepala menyetujui ucapan Aidan. Mungkin jika ia ada di posisi Aidan sekarang akan merasakan hal yang sama, lebih-lebih gadis itu tetangga, teman kecil yang sudah di anggap adik sendiri dan malah merangkap menjadi calon istri si bungsu yang sudah tau kejelekannya dari kecil.

"Eh, udah pada siap belum ini anak-anak ganteng Mama. Aidan lagi! Buruan dek. Mau nikah loh ini!" ujar Mama Nada yang tiba-tiba datang.

"Yang bilang mau sunat siapa mamah." jawab Aidan membuat Argan dan Abri mendelikkan mata.

"Memangnya kamu mau Mama sunat lagi hah?" tantang sang Mama dengan mata melotot.

"Habis dong mah, yang ada nanti gak bisa buatin Mama cucu." tidak lupa ia mengedipkan sebelah matanya.

Argan dan Abri hanya menggelengkan kepalanya. Semantara Mama Nada sudah pergi dari area dapur tak ambil pusing dengan si bungsu yang mulutnya mulai macam-macam.

Ketiganya menyelesaikan sarapan mereka. Si bungsu lebih dulu berdiri dari kursinya, merapikan sedikit beskapnya yang berantakan.

"Udah ganteng belum bang?" tanyanya setelah selesai merapikan menatap kedua kakaknya secara bergantian meminta pendapat.

"Udah." sahut Argan maupun Abri secara bersamaan.

"Udah pada selesai kan? Yuk berangkat. Waktu yang baik gak boleh terlewatkan." tiba-tiba suara papa Saga muncul mengiring ketiga buah hatinya kedepan lebih-lebih Aidan yang akan menikah hari ini, ia bahkan sampai menyeret si bungsu.

_________________

Akhirnya acara ijab Kabul si bungsu telah selesai di laksanakan siang tadi. Argan juga baru menaiki anak tangga menuju kamarnya yang terdapat di lantai dua setelah sebelumnya melakukan makan malam bersama menyambut masuknya Yura—tetangganya yang kini sudah manjadi adik iparnya ke keluarga Bimantara.

Argan membereskan beberapa perlengkapannya kedalam tas loreng karena besok pagi ia harus kembali ke kesatuan pagi-pagi sekali.

Saat masih beberes Abri tiba-tiba masuk ke dalam kamar adiknya.

"Cepet banget beres-beresnya gan?" ucap Abri begitu duduk di kursi belajar sang adik.

"Iya, besok pagi-pagi banget gue harus berangkat." tangannya masih sibuk melipat kaos yang akan ia masukkan kedalam tas.

"Cepet banget, ada misi?"

Argan mengangguk membenarkan "besok pagi jadwal gue patroli udara. Jadi jam enam harus udah sampai."

Abri mengangguk paham. Ia menyadarkan kepalanya di sandaran kursi, menghela nafas berat.

Mendengar helaan nafas sang kakak Argan lantas menghentikan sejenak aktivitasnya melirik Abri yang wajahnya tampak tidak baik-baik saja. "Kenapa?"

"Apanya?" tanya Abri bingung.

"Abang kenapa? Ada masalah?" tanya Argan lagi lebih jelas.

Abri terdiam, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja belajar Argan dengan wajah tidak bisa di artikan dan itu tidak luput dari pandangan Argan. "Cerita sama gue."

"Emmm... Argan udah menikah, kita di langkahi sama dia. Apa kamu gak keganggu dengan itu?"

Argan mendudukkan dirinya di sisi ranjang, menatap Abri dan menggeleng "gak, kenapa harus keganggu? Jodoh dia lebih dulu datang."

Abri mengangguk membenarkan, lalu ia terdiam.

"Kenapa? Apa Abang merasa keganggu sama pernikahan Aidan?"

Diam cukup lama, Abri lantas mengangguk "jujur sih iya. Karena gimana ya, Abang ini paling tua, umur juga udah hampir 30 tahun. Tapi belum ketemu calonnya. Di langkahi Aidan kayak gini tentu saja membuat abang sedikit ke ganggu." jujur Abri dari lubuk hati yang paling dalam. Ia menundukkan wajahnya sendu.

Argan lantas menyenggol kaki sang kakak, karena jarak mereka agak jauh. "gak melulu yang tua harus duluan menikah. Lagian Allah udah atur semuanya. Atau mungkin jodoh Abang udah datang tapi abang aja gak ngerasa. Karena belum bisa move on, betul?"

"Bukan gak bisa move on gan, tapi masih trauma. Abang takut patah hati lagi."

Argan mengangguk paham, ia tau masa lalu sang kakak itu seperti apa. "Yang penting perbaiki diri aja menjadi manusia yang lebih baik, agar bertemu dengan wanita yang jauh lebih berkelas dan pantas untuk kita."

"Dan Abang harus hilangkan rasa trauma itu dulu. Itu yang penting sekarang." lanjutnya lagi.

Abri tersenyum, ia sangat senang jika curhat dengan Argan. Walaupun pendiam tapi saat sekali berbicara ucapan Argan itu membuatnya tenang. "Terus. Dek itu cewek Surabaya yang pernah kamu ceritain gimana? Udah ketemu?"

Argan bergeming di tempat, selanjutnya ia meresletingkan ranselnya. Kepalanya mengangguk "udah."

Argan memang sempat pernah menceritakan kisahnya itu pada kakaknya. Menyukai gadis yang beberapa kali ia temui saat tugas di Magetan dulu dan beberapa bulan lalu juga mereka sempat bertemu kembali tapi keadaan gadis itu tengah tidak baik-baik saja karena putus cinta.

Argan yang memang tidak mengerti cara mendekati wanita pun tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang dirinya tidak seberpengalaman itu seperti kakak dan adiknya. Alhasil dia diam saja dan tidak mendapatkan Nasya.

Boro-boro dapat Argan, dia juga kagak ngenalin lu!

Tampak wajah Abri antusias mendengarnya karena seumur hidup ini kali pertama Argan menyukai seorang gadis. "Jadi gimana?"

Argan mengeleng "gak jodoh bang."

Abri menghalangi nafas kecewa "gak jodoh atau kamu yang takut mulai."

Argan tampak nyengir "dua-duanya."

Seketika Abri meraup wajahnya kesal akan sang adiknya satu ini yang memang bodoh soal wanita.

1
Naswa Al rasyid
masa pria gila si kak judulnya....
babang argan kan keren, bukan gila. walaupun kesukaan nya radak gila🤣🤣
makasi kakak bnyak up nya... jgn bosen bosen up ya kak.. 👍👍 semangat trusss nulisnya..
Heny Janitasari
🤣
Ana_Mar
laaa...kenapa juga musti tersinggung?? kan memang bener bukan mahram, kan tiap pacaran individu beda2 ya kan???
selalu berdoa yang terbaik buat calon imamnya yaa nasya
💗AR Althafunisa💗
Serius dengerin mereka bicara dari hati ke hati, eh .. malah ada gangguan 😌 kira-kira Nasya ada keraguan ga ya sama Argan? ternyata pria gila 🤣🤧 lanjut ka 🙏🥰❤️
ŘƏ£♡ve
ardenalinnya menantang maseee😘😘😘
sakura hanae @ mimie liyana❤️
Buahahahhaha.... Rasakno....
Ani
calon imammu limited edition ya Nasya
Surtinah Tina
ya ampun itu idung mancungnya ga ketulungan....
Ana_Mar
pastiii donkkkk..bang argann gituuu/Determined/
beda jauhlahh dari raes dan nessa/Chuckle/
bisa di contohh tuu nduuu versi bang argannya.../Grin/
Heny Janitasari
🧡🧡🧡
ayu rahma
betull, apalagi pria yg menjaga wudhu nya mahalllll🥰🥰😍, pria model argan ga bakal gampang kegoda nasya, dy mah lempeng2 aja, tp ga tau lagi kalau ud sahh😌😄
Ita Mariyanti
emang enak itu👍👍
💗AR Althafunisa💗
Gantengnya mas Argan 🙈🙈🙈😅👍 makasih ka dah up 🙏
💗AR Althafunisa💗
wkwkwkw... tersindir 🤣🤣🤣
ŘƏ£♡ve
aaaa jd inget ayankkk😘😘😘😘
mamas argan lope sekebon kangkung🤣🤣🤣🤣
Heny Janitasari
❤️❤️❤️
Ana_Mar
makanya ness...punya mulut itu di jaga, pikirannya juga yang warasss!!! main ngatain perawan tuaaa, kamu warasss nesss??? ga punya hati banget ngatain kakak sendiri kek gitu/Shame/
Rizky Tria
Nessa udah bisa senyum lg ya..
bang Argan tahan dulu ya, nanti kalo udah halal jg dapet kasih sayang tulus dari Nasya 😊🤗
Ani
terima kasih kak Chika
Ani
itu juga makannan favorit ku 😊😊😊😊😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!