NovelToon NovelToon
Cinta Lama Belum Usai

Cinta Lama Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / One Night Stand / Single Mom / Hamil di luar nikah
Popularitas:133.3k
Nilai: 5
Nama Author: ning_86

Dara diam-diam suka pada murid baru disekolah nya namun sang cowok sudah memiliki kekasih yang merupakan murid populer di sekolah.

namun malam naas menimpa Dara jelita tepat di malam puncak perpisahan. tragedi yang merubah hidup seorang Dara Jelita hingga menjungkir balikan dunia dan impiannya. tragedi yang juga meninggalkan rasa benci mendalam terhadap Sagara, laki-laki yang menghancurkan hidup Dara.

Namun siapa sangka keduanya dipertemukan kembali saat mereka sudah sama-sama dewasa.

Pertemuan tak terduga antara dua anak manusia dan membuka satu rahasia yang pernah tersimpan didalamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ning_86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sebuah pengakuan

Dara mondar mandir di dalam kamarnya. Cepat atau lambat kehamilan nya pasti akan diketahui oleh orang tuanya.

Ini sudah bulan ketiga sejak ia tahu jika ia sedang hamil.

Dara pasrah akan nasibnya kelak. Ia berusaha menerima kehamilannya meski ia tak tahu akan jadi apa dengan kehamilan nya kelak.

Usai makan malam, Dara meminta ayah ibunya untuk tetap duduk. Ia sudah membuat keputusan.

Dara masih meremas tangannya yang berada dibawah meja. Takut sudah pasti, tapi ia harus mengatakannya.

Dara menelan ludahnya berkali-kali.

"Ra... kamu mau ngomong apa? Kamu perlu uang buat daftar kuliah mu? Atau kamu di rundung di tempat kerja?" tanya ibu khawatir.

Dara masih diam.

"Ra... Kenapa nak?" kali ini ayah yang bertanya.

Merapalkan doa dan menarik nafas dalam, Dara akhirnya memberanikan diri untuk mengatakannya.

"Dara.... Dara minta maaf pada ayah dan ibu ..." lagi-lagi ucapnya terputus.

"Dara...hamil..." lanjut nya dengan nada lirih.

Ibu dan ayah terdiam, seolah ada batu besar mengganjal di tenggorokan mereka.

Dara bersimpuh di hadapan ayah dan ibunya, bahkan air mata kini menggenangi pipinya.

"Dara minta maaf..." ucapnya bergetar.

Ayah bahkan tak berbicara apapun, beliau pergi begitu saja.

Melihatnya, tangisan Dara makin menjadi.

"Bu .. Maafin Dara... Dara bersalah...maaf ...." ucap Dara sambil meraih tangan ibunya yang masih duduk di kursi meja makan.

"Siapa Ra? Siapa laki-laki itu?" tanya ibu dengan suara parau.

"Dara di****sa Bu, bahkan dia udah pergi keluar negeri... Dara nggak tahu rumahnya dimana .." sahut Dara menangis meratap.

Ibu bahkan tak bertanya apapun lagi. Dan beliau juga sama, meninggalkan Dara yang masih bersimpuh di lantai.

Dara menangis sejadi-jadinya. Ini yang ia takutkan. Kedua orang tuanya kecewa terhadap nya.

"Mbak...." panggil Dion adik Dara yang sejak tadi diam-diam menguping pembicaraan mereka.

Dion merangkul sang kakak tanpa sepatah katapun.

...----------------...

Malam semakin larut, Dara sejak tadi bahkan tak bisa tidur. Matanya bahkan masih segar.

Ia menginginkan sesuatu. Perutnya benar-benar lapar.

Dengan langkah pelan Dara berjalan menuju ruang makan untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan.

Begitu sampai di dapur, ia bertemu dengan ibu yang juga duduk di sana.

Dara diam, ia takut pada ibunya.

Dara memutar langkah nya untuk kembali ke kamar namun perkataan ibu menghentikan langkah kakinya.

"Besok pagi-pagi sekali, ayah akan mengantarmu ke rumah bude Mina. Dan kamu akan berada disana hingga bayi itu lahir" ucap ibu datar.

Dara diam tanpa menyahut ucapan ibunya. Ia lalu melangkah menuju kamar. Ia akan menyiapkan pakaian yang akan ia bawa ke rumah bude Mina, adik dari ibunya yang tinggal jauh di desa di dalam kebun sawit.

Dara merebahkan tubuhnya yang lelah. Ia bahkan menangis kembali. Ia merasa dibuang oleh keluarganya sendiri.

Pagi-pagi sekali, Dara telah siap dengan barang-barangnya, begitu pula dengan ayah.

Tak banyak barang bawaan Dara, hanya berupa sebuah tas kain dan ransel kecil yang biasa ia pakai untuk meletakkan ponsel jadul nya dan juga dompet.

Selama perjalanan, Dara hanya diam dan sesekali memuntahkan cairan dari mulutnya. Badannya lemas tak berdaya. Entah sudah berapa kali ia muntah sejak keberangkatan mereka.

Menjelang sore, bis yang mereka tumpangi telah tiba di sebuah desa di pelosok desa di pedalaman provinsi Sumatera.

Sepanjang mata memandang, hanya terlihat hamparan kebun sawit berhektar-hektar.

Mereka telah di jemput oleh seorang pekerja dari bude Mina.

Sekitar setengah jam perjalanan dari terminal bus, akhirnya Dara dan ayah tiba disebuah rumah meski tidak besar namun cukup mewah diantara rumah warga lainnya.

Saudara sepupunya, anak bungsu dari bude Mina selalu memandang Dara dengan tatapan sinis sejak dulu.

Tapi kali ini Dara tak ingin ambil pusing. Tubuhnya benar-benar lelah, bahkan kakinya terasa tak bertulang.

"Makan dulu kamu Dara, kasihan bayi mu" ucap bude Mina.

Dara menurut, ia memang lapar.

Selesai makan, seperti biasa, Dara selalu membantu membersihkan sisa-sisa makanan mereka seperti selama ini ia lakukan jika dirumah.

Dara menempati kamar yang sama dengan sepupunya.

"Jadi sudah berapa bulan?" tanya Eno sepupu Dara.

"Tiga bulan mau masuk empat " ucap Dara.

Eno mengangguk kecil lalu tersenyum miring.

"Makanya, kalau pacaran jangan sering-sering cek in hotel, bablas kan jadinya. Terus mama ku yang harus nanggung kamu disini" ucap Eno menyindir.

Dara tak membalas ucapan sepupunya itu. Ia lebih memilih mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

...----------------...

Setelah dua hari, ayah kembali ke kota Pekanbaru karena ia tak bisa lama-lama meninggalkan dagangan beliau.

Raut kecewa masih terlihat dari wajah tua itu dan Dara paham akan kemarahan ayahnya.

Dara mencium lama tangan ayah yang dibalas usapan di kepala Dara.

Tak lama setelah ayah pergi, sepupu Dara langsung mengeluarkan semua pakaian milik Dara.

"Aku nggak mau tidur satu kamar dengan perempuan murahan" ucap Eno yang terdengar begitu kasar dan menyakitkan.

"Eno, kamu nggak boleh begitu. Walau bagaimanapun Dara adalah saudara kamu" ucap bude Mina.

"Pokoknya nggak, terserah dia mau tidur dimana. Di kandang ayam juga bisa tuh kosong " ucap Eno mengedikkan dagunya.

Dara memungut pakaiannya dalam diam.

Hatinya benar-benar terluka.

"Kamu tidur di kamar belakang saja ya Ra... Harap maklum dengan sifat Eno... Dia masih kecil.." ucap bude Mina yang membawa Dara menuju kamar belakang tempat biasa para pekerja disana tinggal.

Seminggu sudah Dara tinggal di sana. Hari-hari nya ia isi dengan membantu segala macam pekerjaan di rumah budenya. Meskipun bude Mina tak pernah menyuruh nya tapi Dara merasa sungkan jika hanya duduk diam saja. Apalagi ia juga mendengar beberapa pekerja yang juga membicarakan tentang dirinya.

Meski sakit hati tapi Dara juga tak bisa berbuat apa-apa.

Siang itu Dara sendirian dirumah bude Mina karena semua orang pergi ke ladang. Hari ini kebun sawit bude Mina sedang panen, dan seperti kebiasaan mereka disana yang selalu membawa kan beberapa makanan untuk para pekerja dan juga sekalian untuk memanen beberapa hasil perkebunan lainnya yang di tanam berdampingan dengan pohon sawit.

Dara yang sejak tadi pagi mengalami morning sickness hanya beristirahat di kamarnya.

Dalam keadaan setengah sadar, ia merasakan jika tubuhnya diraba oleh seseorang.

Saat membuka matanya dengan paksa, Dara terkejut melihat suami bude Mina sudah ada di kamarnya dengan tubuh yang hanya mengenakan celana pendek saja.

Dara beringsut mundur hingga ujung ranjang.

"Hai, keponakan pak de yang ayu... Jangan takut, kamu pasti rindukan dibelai-belai. Pak de datang buat nyenengin kamu ndok... Ayo sini .. mumpung nggak ada orang" ucap pakde Marto.

Dara menggeleng kuat.

"Jangan pakde, aku keponakan bude Mina. Ngucap pakde... Sadar pakde..." ucap Dara takut.

"Nggak usah sok suci kamu Dara. Wong kamu juga kasih gratis sama pacarmu makanya sampai hamil gitu" ucap pakde Marto yang menarik kaki Dara.

Dara menjerit dan mendorong tubuh tambun pakde Marto lalu berlari keluar kamar.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Dara berusaha untuk melepaskan diri dari nafsu gila sang paman.

Pria paruh baya itu tak menyerah, ia bahkan mengejar Dara yang sudah berlari keluar kamar dan bersembunyi di balik meja consul di ruang tamu.

Dara membekap mulutnya menahan tangisnya.

"Dara sayang.... Ayo sini sama pakde..."

To be continued...

1
Nur Hayati
orang berkuasa tapi ngak bisa menyelidiki skandal reva... gara kok kaya orang bodoh sih.. bukanya Evan diminta untuk menyelidiki masa kena diakali Mulu sama ayah dan istrinya... heran
vicka luvasta
like banget dek episode ini,, setelah sekian lama akhirnya mereka bersatu
Esih Mulyasih
kira kira apa ya isi amplop coklat tsb 🤔🤔🤔
Sunaryati
Adem bacanya, lanjut
Sunaryati
Mudah-mudahan lancar acara lamaran sampai pernikahan, tak ada kendala , lalu hidup bahagia
Ranita Rani
Amiin moga jd kenyataan omongan roni
Ranita Rani
tmbh upny
Sunaryati
Terima kasih Thoor cerita semakin seru serta hampir mencapai klimak mengurai masalah, semoga Gara dan Data segera bersatu membangun keluarga utuh yang bahagia
Ranita Rani
vito2 kog gk nyadar diri,, bilang sagara brensek tp dia jg lebih parah
Sunaryati
Kejar bahagiamu Dara, Dion kamu itu seharusnya dengar penjelasan dan perjalanan hidup Sagara dulu, dan jangan abaikan kebahagiaan Kakak dan keponakanmu
Ranita Rani
nah gtu kn enak
vicka luvasta
baru baikan eh udah ada konflik lagi, kasian bgt gara,,
vicka luvasta
semoga mereka segera bersatu Thor, g tega terus mereka selalu tertimpa masalah,
Ulil
ku berikan bunga mawar hadiah dari aku,, selamat sudah buat aku nangis 😭😭
Rieya Yanie
boleh g dibuat bersatu aja kak..dara ma gara demi diaz
Jk Cute
baper..♥️
Ranita Rani
kurang thor upnya
Esih Mulyasih
speechless dg masalah kalian, gara dan dara... semoga ada jln terbaik utk masalah kalian yg membawa ke kebahagiaan utk keluarga kecil gara, dara dan jg diaz 🤲🏼😇
Esih Mulyasih
jujurlah Dara..dg diri mu sendiri dan ikuti kata hati mu...
Esih Mulyasih
semoga cepat terbongkar kejahatan Reva
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!