Di Klan Xiao, nama Xiao Chen adalah sinonim dari kegagalan. Pernah menjadi jenius, kultivasinya tertahan di Lapisan ke-3 Ranah Kondensasi Qi selama empat tahun. Dia menjadi aib, dihina oleh sepupunya, Xiao Long (seorang jenius di Lapisan ke-14), dan pertunangannya dengan Su Qingyue (seorang ahli muda di Ranah Pembangunan Fondasi) dibatalkan secara publik.
Di ambang keputusasaan, dia membangkitkan roh Kaisar Alkemis kuno, Yao Huang, dan mempelajari kebenaran tentang fisiknya yang legendaris. Dibimbing oleh Yao Huang, Xiao Chen bangkit dari keterpurukan. Perjalanannya membawanya ke dalam konflik dengan faksi-faksi kuat, membentuk aliansi tak terduga dengan Lin Zihan dari Paviliun Harta Karun, dan akhirnya menaklukkan panggung yang lebih besar.
Setelah melalui berbagai pertarungan hidup dan mati, dari arena turnamen hingga belantara liar Pegunungan Binatang Jatuh, Xiao Chen terus menempa dirinya. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan keterampilan alkimia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Satu Pukulan
Satu jam kemudian, arena latihan utama Klan Xiao penuh sesak hingga ke tepinya. Berita tentang duel resmi antara "Si Sampah" dan seorang murid inti telah menarik perhatian hampir semua orang yang punya waktu luang. Arena batu yang luas itu dikelilingi oleh lautan manusia, gumaman dan bisikan mereka menciptakan dengungan yang konstan.
Di kerumunan murid luar, Wang Lei dan teman-temannya berdiri dengan cemas. "Aku harap Xiao Chen tahu apa yang dia lakukan. Xiao De itu terkenal kejam."
Sementara di sisi lain, di antara para murid inti yang angkuh, teman-teman Xiao De tertawa. "Xiao De akan menghabisinya dalam sepuluh detik. Sampah itu akhirnya akan mendapatkan pelajaran yang pantas ia terima."
Bahkan beberapa tetua telah muncul, berdiri di paviliun yang lebih tinggi dan mengamati dengan penuh minat. Penghinaan publik terhadap Xiao Chen beberapa hari lalu masih segar di ingatan mereka, dan keberaniannya yang tiba-tiba ini membangkitkan rasa penasaran mereka.
Di tengah semua itu, Xiao De melompat ke atas panggung batu yang ditinggikan dengan sebuah gerakan akrobatik yang gesit, mendarat dengan mantap. Dia mengenakan jubah latihan yang pas di badan, menonjolkan otot-ototnya. Dia menyeringai pada para pendukungnya, menikmati menjadi pusat perhatian.
Beberapa saat kemudian, Xiao Chen berjalan menaiki tangga batu ke atas panggung. Tanpa gaya, tanpa pertunjukan. Jubah birunya yang sederhana berkibar sedikit ditiup angin. Ekspresinya tenang, matanya sedalam sumur tua, sama sekali tidak terpengaruh oleh kerumunan yang riuh. Ketenangannya yang kontras justru membuat beberapa orang merasa sedikit tidak nyaman.
Seorang tetua berjubah abu-abu naik ke panggung sebagai wasit. "Duel ini adalah untuk hak akses ke Lembah Roh Angin selama satu bulan! Aturannya sederhana: dilarang menggunakan senjata tersembunyi, dilarang membunuh. Pihak yang keluar dari panggung atau tidak sadarkan diri dinyatakan kalah! Apakah kalian berdua mengerti?"
Xiao Chen dan Xiao De mengangguk.
"Baiklah... Mulai!"
Begitu kata "Mulai" diucapkan, Xiao De meledak beraksi. Dia ingin menyelesaikan ini dengan cepat dan spektakuler.
"Makan ini, sampah!" raungnya.
Dia melesat maju, kedua tangannya membentuk cakar dan bergerak dengan kecepatan tinggi, menciptakan bayangan-bayangan pukulan yang mengelilingi Xiao Chen. "Pukulan Angin Topan!"
Serangannya tampak ganas, menghasilkan embusan angin kecil yang menerbangkan debu di panggung. Para murid luar menahan napas karena ngeri, teknik seperti itu sudah cukup untuk mengalahkan lima orang dari level mereka secara bersamaan.
Namun, di tengah badai pukulan itu, Xiao Chen tidak bergerak satu inci pun. Dia berdiri diam, matanya yang tajam mengamati setiap gerakan Xiao De. Di matanya, serangan yang tampak dahsyat itu penuh dengan celah.
"Banyak gerakan sia-sia. Kekuatannya tersebar. Dia lebih mementingkan penampilan daripada efisiensi," suara Yao Huang berkomentar dengan nada bosan di benaknya.
Tepat ketika puluhan bayangan pukulan itu hanya berjarak beberapa inci dari wajah dan tubuhnya, Xiao Chen akhirnya bergerak.
Itu bukanlah sebuah gerakan menghindar yang rumit. Itu hanyalah satu langkah maju yang sederhana. Sebuah langkah yang membawanya melewati tirai pukulan dan masuk tepat ke titik buta dalam serangan Xiao De.
Xiao De terkejut. Dia tidak menyangka lawannya akan maju, bukan mundur. Instingnya menyuruhnya menarik pukulannya untuk bertahan, tetapi sudah terlambat.
Xiao Chen tidak memberinya kesempatan. Dia tidak menggunakan teknik bernama yang megah. Dia hanya mengangkat tangan kanannya dan melayangkan pukulan lurus yang sama persis seperti yang ia gunakan pada boneka latihan. Sederhana, langsung, dan tanpa ampun.
Qi Kekacauan yang padat mengalir ke lengannya. Tinjunya memancarkan cahaya kelabu-keemasan samar yang nyaris tak terlihat. Udara di depan tinjunya tampak bergetar dan memadat.
Pukulan Xiao Chen tidak menargetkan pukulan Xiao De. Ia menargetkan langsung ke dada Xiao De, pusat dari semua gerakannya.
DUG!
Tidak ada ledakan keras. Hanya suara pukulan tumpul yang berat, seolah palu godam menghantam sepotong daging.
Badai "Pukulan Angin Topan" milik Xiao De lenyap seketika seperti gelembung sabun yang pecah. Senyum arogan di wajahnya membeku, lalu berubah menjadi ekspresi kaget, tidak percaya, dan akhirnya merasakan kesakitan yang luar biasa. Matanya melotot saat dia merasakan gelombang kekuatan yang sangat berat dan tak tertahankan menyerbu tubuhnya. Qi pelindungnya hancur dalam sekejap seperti kaca.
KRAK!
Samar-samar terdengar suara tulang rusuk yang retak.
Tubuh Xiao De terangkat dari tanah, melayang di udara sejenak sebelum terlempar ke belakang seperti layang-layang putus. Dia terbang keluar dari panggung dan jatuh dengan keras di tanah sepuluh meter jauhnya, menciptakan awan debu. Dia terbatuk hebat, memuntahkan seteguk darah, sebelum matanya memutih dan dia langsung pingsan.
Satu pukulan.
Seluruh arena yang tadinya riuh kini sunyi senyap. Keheningan yang menakutkan menyelimuti ribuan orang. Tawa teman-teman Xiao De membeku di wajah mereka. Para tetua di paviliun atas tanpa sadar mencondongkan tubuh ke depan, mata mereka terpaku pada pemuda tenang di atas panggung.
Mereka semua baru saja menyaksikan sesuatu yang mustahil. Seorang murid inti tingkat keenam... dikalahkan dalam satu pukulan oleh "sampah" tingkat empat?
Xiao Chen perlahan menurunkan tinjunya. Dia melirik Xiao De yang terkapar, lalu menoleh ke arah tetua wasit yang masih membeku karena syok.
"Tetua," suaranya yang tenang memecah keheningan. "Apakah duel ini sudah berakhir?"
Sang tetua tersentak sadar. Dia menelan ludah dengan susah payah sebelum mengumumkan dengan suara yang sedikit gemetar, "...Pemenangnya, Xiao Chen!"
Xiao Chen mengangguk singkat. Dia berjalan ke arah tetua, mengambil token giok yang melambangkan hak akses ke Lembah Roh Angin, dan tanpa melirik kerumunan yang terperangah, dia berjalan menuruni panggung dan pergi.
Saat punggungnya yang lurus menghilang dari pandangan, arena meledak menjadi badai diskusi yang kacau.
"Apa yang baru saja kulihat?!"
"Satu pukulan! Dia mengalahkan Xiao De dengan satu pukulan!"
"Kekuatan macam apa itu? Dia jelas bukan tingkat keempat biasa!"
Di tengah kerumunan, Wang Lei mengepalkan tinjunya, tubuhnya gemetar karena kegirangan. Dia tahu! Dia tahu apa yang dilihatnya di arena latihan bukanlah kebetulan!