MY EX-BOYSFRIEND

Mario kembali menatap Nikita, tidak bisa dipungkiri kalau saat ini Mario sangat merindukan Nikita.

"Apa kabar sayang? aku sangat merindukanmu," seru Mario.

Jantung Nikita semakin tidak terkendali saat mendengar kata sayang keluar dari mulut Mario. Itu adalah kata-kata yang sangat Nikita rindukan, namun kepergian Mario yang tiba-tiba meninggalkan Nikita membuat Nikita benci kepada Mario. Perlahan Mario mulai mendekati Nikita, Mario ingin sekali memeluk Nikita.

"Stop Pak, jangan mendekat!" seru Nikita.

Mario menghentikan langkahnya. "Pak?" seru Mario dengan mengerutkan keningnya.

"Iya, sekarang Bapak adalah Bos aku di sini jadi bersikaplah profesional. Aku tidak mau ada yang salah paham kepadaku," sahut Nikita dengan mata yang berkaca-kaca.

"Niki, aku sangat merindukanmu. Maafkan aku karena sudah meninggalkanmu selama bertahun-tahun, tapi percayalah itu semua bukan kemauan aku," jelas Mario.

"Sudahlah, aku sudah melupakan semua itu jadi sekarang aku mohon bersikaplah seperti biasa selayaknya atasan dan bawahan. Anggap saja jika kita tidak pernah saling kenal," seru Nikita.

"Bagaimana bisa seperti itu, kita belum putus Niki dan aku sama sekali tidak mau putus sama kamu," seru Mario.

"Terserah, yang jelas aku sudah menganggap kita putus 5 tahun yang lalu. Jangan pernah mengungkit hubungan yang dulu lagi, karena aku sudah melupakannya," tegas Nikita.

Mario mengepalkan tangannya, dia benar-benat sudah membuat wanita yang sangat dia cintai marah dan benci kepadanya.

"Bapak sudah melihat semuanya 'kan? kalau begitu aku pamit dulu." Nikita pun dengan cepat pergi dari ruangan Mario.

Hati Mario begitu sakit melihat wanitanya berubah seperti itu. "Pokoknya aku akan merebut kembali hati kamu Niki, aku tidak akan pernah melepaskanmu," batin Mario.

Nikita berjalan dengan air mata yang terus mengalir, tapi dengan cepat Nikita menghapusnya. Dia tidak mau ada yang melihatnya menangis, namun sayang Riki melihat semua itu. Riki dengan cepat menghampiri Nikita dan menarik tangan Nikita untuk ikut dengannya.

"Bang, lepaskan aku. Aku sedang ingin sendiri," seru Nikita.

Riki tidak memperdulikan ucapan Nikita, dia terus menarik tangan Nikita dan bersamaan dengan Mario yang baru saja keluar dari dalam lift. Mario melihat Nikita ditarik oleh Riki, seketika dadanya panas bahkan dia lagi-lagi harus mengepalkan tangannya karena merasa sangat cemburu. Dengan emosi yang memuncak, Mario pun memilih untuk pulang ke rumahnya.

Riki membawa Nikita ke kantin kantor dan menyuruh Nikita untuk duduk, lalu Riki mengambilkan makanan untuk Nikita. "Makanlah, pekerjaan kamu banyak jangan membiarkan tubuh kamu sakit kasihan Loli," seru Riki.

Akhirnya Nikita menurut dan mulai melahap makanan itu, tapi Nikita tidak bisa menahan air matanya yang terus mengalir di pipinya.

"Makan dulu, baru nangis," seru Riki.

Riki memang orang yang selama ini pengertian, mereka sudah saling kenal selama 5 tahun dan itu cukup untuk Riki memahami Nikita. Nikita terus melahap makanannya, hingga tidak lama kemudian dia pun berhasil menghabiskannya. Riki melihat Nikita dengan tatapan tajamnya membuat Nikita merasa tidak enak.

"Jangan lihatin aku seperti itu Bang, aku takut," seru Nikita.

"Ada hubungan apa kamu dengan Mario?" tanya Riki dingin.

"Bang Riki kenal sama dia dari mana?" Nikita balik bertanya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab saja pertanyaan Abang," ketus Riki.

Nikita terdiam sejenak, lalu menatap Riki dengan mata yang kembali berkaca-kaca. "Dia Papanya Loli, Bang," sahut Nikita dengan menundukkan kepalanya.

"Apa? jadi maksud kamu dia mantan suami kamu?" Riki sangat terkejut dengan jawaban Nikita.

Nikita menggelengkan kepalanya. "Dulu kita sudah melakukan kesalahan fatal Bang, sehingga hadir Loli," sahut Nikita dengan deraian air matanya.

Riki mengusap wajahnya dengan kasar. "Astaga Niki, kenapa bisa kamu sampai seperti itu."

"Khilaf, Bang."

"Terus, apa dia tahu kalau Loli anaknya?" tanya Riki.

"Belum. Bang, aku mohon jangan sampai Mario tahu kalau Loli anaknya aku takut Loli terkena masalah," rengek Niki dengan menggenggam tangan Riki.

"Abang peringatkan, kamu jangan sampai berurusan dengan keluarga Anggaran lagi," tegas Riki.

"Abang kenal ya sama Mario? soalnya tadi Mario panggil Abang dengan sebutan Kak." Nikita sangat penasaran dengan hubungan Riki dan Mario.

Riki menepis tangan Nikita dan bangkit dari duduknya. "Kamu tidak usah kepo sama urusan orang," ketus Riki.

Nikita mengejar Riki dan menarik-narik jas Riki. "Ayolah Bang, aku saja tadi sudah cerita semuanya sekarang giliran Abang yang cerita sama aku," rengek Nikita.

"Lain kali saja, Abang lagi gak mau cerita sama kamu," seru Riki.

"Ih, Abang nyebelin. Aku ini orangnya suka penasaran Bang, kalau Abang gak ngasih tahu aku, aku gak bakalan bisa tidur," sungut Nikita.

"Bodo amat, itu urusan kamu." Riki menghempaskan tangan Nikita yang dari tadi menarik ujung jasnya, lalu Riki pun masuk ke dalam ruangannya.

"Dasar pria menyebalkan," kesal Nikita.

Nikita pun segera masuk ke dalam ruangan Mario karena meja kerja dia memang berada di dalam ruangan Mario. Nikita duduk terdiam dan mengusap wajahnya dengan kasar, dia tidak menyangka kalau dirinya akan bertemu lagi dengan pria yang sudah berusaha dia lupakan. "Pokoknya Mario jangan sampai tahu kalau Loli adalah anaknya, aku gak mau Loli kenapa-napa," batin Nikita.

Tidak jauh berbeda dengan Nikita, Riki pun saat ini sedang duduk termenung di kursi kebesarannya. "Kenapa aku sampai tidak tahu kalau perusahaan ini masih milik keluarga Anggara. Aku harus keluar dari perusahaan ini, aku tidak mau di cap menjilat ludah sendiri oleh Teo Anggara. Tapi, kalau aku keluar, terus yang jagain Nikita siapa? Aku tahu siapa Teo Anggara, dia adalah orang paling kejam di muka bumi ini," batin Riki.

Sementara itu, Mario baru saja sampai di rumahnya. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya, lalu membuka jasnya dan melempar jas itu ke sembarang arah. Mario merasa sangat emosi melihat Nikita dekat dengan Riki.

"Sejak kapan Nikita dekat dengan Kak Riki? apa jangan-jangan mereka mempunyai hubungan spesial, maka dari itu Nikita tidak mau didekati lagi," batin Mario.

Mario sangat merindukan Nikita, bahkan Mario tidak bisa hidup tenang karena memikirkan masih Nikita yang kesuciannya sudah dia renggut. Yang Mario takutkan adalah Nikita hamil dan dia tidak bisa berada di samping Nikita. "Apa selama ini Nikita baik-baik saja? apa Nikita tidak hamil? Aku memang pria brengsek, tapi selama ini aku memang mengharapkan Nikita hamil supaya Daddy merestui hubungan aku dan Nikita," gumam Mario.

Dulu Mario melakukan itu karena memang bertujuan supaya Nikita hamil, tapi Mario justru dipaksa pindah ke luar negeri dan Mario pun tidak tahu bagaimana nasib Nikita selama ini.

*

*

*

Hallo semuanya, ternyata sudah masuk bulan Ramadhan lagi tidak terasa kalian masih setia dengan karyaku. Maaf ya jika Author banyak salah kepada kalian baik yang disengaja maupun tidak, semoga ibadah puasa tahun ini lancar semuanya🥰🥰

Untuk hari pertama puasa besok, Author mau libur up dulu ya soalnya biasalah hari pertama puasa suka lemah, letih, lesu😁😁

Sekali lagi selamat menyambut bulan suci Ramadhan, Author do'akan semoga kalian semua diberikan kesehatan🤲🤲