Nawang wulan gadis cantik dan manis berusia 23 tahun yang baru saja diterima menjadi tenaga pengajar di sebuah SMA swasta yang terkenal elit dan mahal dikotanya. Wulan dipertemukan dengan seorang murid laki-laki bernama Alexander yang tanpa diduga jatuh cinta dan menunjukkan perhatiannya dengan brutal kepada wulan.
Akankah wulan luluh dengan perhatian dan cinta murid nya yang terpaut jarak 4 tahun dari wulan ? bahkan wulan menganggap nya masih bocil (bocah kecil) bukan sebagai seorang pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mona_minYoongi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Insiden penyiraman
"Jangan panggil tuan, panggil Nathan saja" ucap Nathan tersenyum manis
"Saya antar ya, biar motor Wulan dibawa sopir saya" tawar Nathan
"Dia tidak akan ikut dengan kamu!!!"
Wulan dan Nathan pun kaget saat melihat seseorang yang barusan berbicara.
Alex sedang berjalan dengan wajah yang kusut. Ia segera mendekati dan memeluk Wulan seolah menegaskan pada pria didepannya jika gadis ini miliknya. Wulan hanya diam dalam pelukan Alex.
"Suatu kebetulan yang aneh, lama tidak berjumpa sepupu" ucap Nathan sambil tersenyum miring. Ia pun menyodorkan tangannya pada Alex.
Alex tak menghiraukan Nathan. Ia segera menggendong Wulan ala bridal style dan berlalu menuju mobilnya.
Nathan hanya memandang mereka dengan tatapan tajam.
Didalam mobil, Alex masih bermuka kusut.
"Kamu tidak apa-apa sayang ?" tanya Alex khawatir.
"Aku tidak apa-apa Alex, tenanglah" jawab Wulan menenangkan Alex, ia pun mengusap-usap tangan Alex
"Aku yang jatuh kenapa dia yang berwajah kusut ?" batin Wulan
"Ada apa Alex ? Kenapa wajah kamu kusut, maaf aku menyusahkanmu ya ?" sendu Wulan
Alex pun tersadar.
"Gak sayang, maafkan aku, aku hanya takut terjadi apa-apa sama kamu" ucap Alex tersenyum kemudian memeluk Wulan dengan erat. Wulan pun sangat nyaman berada dalam pelukan Alex.
Alex sedang memikirkan hukuman apa yang tepat buat Eve. Ia tau dari penjaga yang selalu mengikuti Wulan kemanapun. Sejak ia menemukan Wulan, gadis ini tidak pernah lepas dari matanya. Ia menebar para pengawal khusus untuk menjaga Wulan. Alex tidak ingin kehilangan orang yang ia cintai.
"Sepertinya kamu dan Nathan saling kenal, benarkan ?" tanya Wulan penasaran
"Jangan dipikirkan sayang" ucap Alex tanpa menjawab pertanyaan Wulan.
Alex membawa Wulan kerumah sakit untuk memeriksa apakah ada luka yang berbahaya atau tidak. Setelah pemeriksaan lengkap, dokter menyatakan Wulan sehat dan tidak ada luka yang serius. Hanya beberapa lecet yang sudah diobati.
Alex pun mengantarkan Wulan kerumah walaupun Wulan bersikeras pulang sendiri. Sepanjang perjalanan Alex selalu memeluk erat dan mencium pipi Wulan.
"Alex sudah...malu sama Jack" wajah Wulan sudah merona merah.
"Jangan hiraukan saya nona, saya tidak melihat dan juga mendengar" ucap Jack tanpa melihat kearah Wulan dan Alex
"Jack saja tidak keberatan sayang"
Wulan pun semakin malu dan mencubit-cubit pinggang Alex.
"Ampun...ampun...sakit sayang" ucap Alex pura-pura lemah
Wulan pun menghentikan cubitannya.
"Udah jangan peluk-peluk terus" ucap Wulan
"Duhhh....manisnya sayangku...nikah yuk"
Wulan kaget dan refleks melihat ke arah Alex.
"Jangan bercanda, kamu tuch masih anak SMA, sekolah dulu yang bener" nasehat Wulan.
"Aku serius Wulan, ayo kita menikah" tegas Alex. Ia menatap serius.
Wulan pun mendengus.
"Masih kecil udah ngomong nikah, udah lurus belum pipis nya ?" sewot Wulan. Ia merasa pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan. Walaupun Wulan mencintai Alex, ia merasa Alex masih anak kecil yang masa depannya masih panjang. Mungkin empat tahun lagi saat Alex lulus kuliah nanti.
"Whaaaatt ?" Alex cemberut. Jack menahan tawanya didalam masker.
Wulan pun segera turun saat mobil berhenti didepan rumahnya. Ia berlari masuk kedalam rumah, takut gosip muncul lagi. Alex hanya menghela nafas.
"Seharusnya hadiah nya mobil Jack bukan motor" ucap Alex teringat insiden yang menimpa Wulan. Mobil nya sedang melaju meninggalkan rumah Wulan.
"Sekarang bagaimana cara nya memberikan Wulan mobil tanpa ia tahu" ucap Alex sambil menyugar rambutnya. Ia tahu Wulan pasti menolaknya jika ia memberi secara terang-terangan.
🌹🌹🌹
Mansion utama keluarga Alex
Elle sedang duduk santai bersama sang suami Kevin papa nya Alex. Mereka sedang menikmati langit sore di taman mansion.
Tiba-tiba mata Elle ditutup oleh sepasang tangan yang kekar. Elle tersenyum, ia hafal aroma parfume yang menguar dari tangan yang menutup mata nya.
"Nathan ?" ucap Elle
"Bagaimana aunty tau ini aku ?" Nathan takjub
Elle hanya tertawa. Nathan kemudian menyalami Elle dan Kevin.
"Bagaimana kabar aunty dan uncle ?"
"Sehat nak, kabarmu bagaimana ?" tanya Kevin
"Baik uncle, apa Alex sudah tinggal dimansion ?"
Kevin menggeleng murung. Elle kemudian mengelus tangan suaminya.
"Sepertinya anak itu sangat membenci uncle" jawab Kevin lemah. Ia sangat berharap Alex ada disini menemani hari tua nya.
Melihat Kevin yang murung, Nathan pun berjongkok didepan Kevin dan menggenggam tangannya.
"Kalau Alex tidak mau, Nathan saja yang tinggal disini menemani aunty dan uncle, boleh tidak ?" mohon Nathan dengan mata yang dibuat menggemaskan.
Sontak Kevin dan Elle tertawa karna mata Nathan yang terlihat lucu.
"Tentu saja nak, kau boleh tinggal disini" ujar Kevin tersenyum. Nathan memang paling bisa mengambil hati Kevin dan Elle. Bahkan perusahaan Kevin yang di London dikelola oleh Nathan.
🌹🌹🌹
Kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasanya. Wulan sudah tidak memikirkan lagi kejadian yang menimpa nya kemaren. Ia dan Silvi baru saja mengajar dan sedang berjalan kekantor.
Mereka kemudian berpapasan dengan Tary yang sedang membawa teko. Silvi melihat wajah Tary seperti ketakutan. Ia akan menyapa nya tapi kemudian ia melihat Doni yang tiba-tiba berlari kedepan Wulan tepat saat Tary menyiram Wulan dengan air dalam teko yang ia bawa.
Wuuushshhhh....
Wulan dan Silvi kaget dan melongo. Mereka melihat dada Doni berasap, ternyata yang disiram Tary adalah air panas. Tary langsung melarikan diri.
"Doniiii..." pekik Wulan dan Silvi bersamaan
Mereka dengan panik membawa Doni ke ruang kesehatan. Disana setiap hari ada dokter yang selalu berjaga dengan fasilitas dan obat-obatan yang sangat lengkap.
Dokter segera melakukan pertolongan pertama pada Doni. Doni hanya meringis menahan rasa perih. Terlihat kulit dadanya sudah memerah.
Wulan pun menangis melihat penderitaan Doni. Ia tak habis pikir dengan tingkah Tary.
"Ibuk jangan menangis, saya tidak apa-apa" ujar Doni menenangkan Wulan
"Maafkan ibuk Doni, karna ibuk kamu kena musibah"
"Tidak masalah buk"
Wulan dan Silvi kembali ke kantor setelah memastikan Doni mendapat perawatan yang baik. Silvi pun menceritakan apa yang ia lihat saat penyiraman terjadi pada Wulan.
"Aku gak ngerti Sil, kenapa Tary mau menyiramku ?" tanya Wulan bingung
"Aku juga bingung Lan, kamu beneran gak ada masalah sama Tary ?"
"Bener Sil, serius"
"Ini tidak bisa dibiarkan, kita harus lapor kepala sekolah" ajak Silvi
Mereka pun segera menemui kepala sekolah. Alex yang mendapat laporan dari Angga, segera menemui Doni diruang kesehatan. Beruntung obat yang diberikan dokter sangat manjur. Lukanya masih memerah tapi tidak perih lagi.
Sementara diruang kepala sekolah, buk Diah sangat geram mendengar cerita Wulan dan Silvi. Ia segera memerintahkan beberapa petugas keamanan sekolah untuk mencari Tary. Buk Diah berpesan jangan sampai kabar ini tersebar, agar situasi belajar tidak terganggu.
Petugas keamanan tidak terlalu lama mencari Tary, karna anak itu telah di amankan duluan oleh Angga dan Alex. Mereka mengantarkan Tary keruang kepala sekolah. Disana telah menunggu buk Diah, pak Dimas, Wulan dan Silvi.
"Tary duduk dulu" ucap buk Diah
"Apa yang kamu lakukan tadi kepada Doni didepan gedung kelas Tary ?" tanya buk Diah dengan nada tenang karna melihat Tary terus menangis dan seperti ketakutan.
"Maaf buk saya tidak sengaja" jawab Tary dengan suara bergetar
"Jangan bohong Tary, ibuk lihat tadi kamu menyiramkan air ke arah buk Wulan tapi dihalangi Doni" Silvi pun geram, mana mungkin Tary tidak sengaja, jelas-jelas ia melihatnya.
Tary semakin menunduk takut. Tangannya saling meremas dan tubuhnya gemetaran.
"Katakan pada ibuk Tary, kenapa kau melakukannya ?" lanjut buk Diah
"Apa ada yang mengancam kamu ?" tanya pak Dimas
Tary tetap kekeuh dengan tangis dan diamnya.
"Kalau kamu tidak bicara juga, kami akan bawa kejadian ini kekantor polisi, ini sudah masuk tindak kejahatan dan kamu juga terancam dikeluarkan dari sekolah, apa kamu mau Tary ?" ancam buk Diah, ia sudah mulai kehilangan kesabaran
Tary kemudian menangis semakin keras.
...****************...
lanjut kak /Smile//Smile//Smile/
lanjut kak/Smile//Smile//Smile/