NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:43.3k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu Demam?

💐💐💐

Divi berdiri, tidak menyentuh gelas minumannya sedikitpun, dan menghampiri meja di salah satu sisi rumah, di mana ponselnya tengah di cas di sana. Setelah itu Divi keluar dari rumah itu dengan melewati keberadaan mereka bersama perasaan cemburu yang tidak disadari Shanum, tetapi bisa terbaca oleh Kayl, pria yang berdiri di hadapan Shanum.

Hujan yang sedikit mereda ditempuh Divi sambil memainkan ponselnya, menghubungi seseorang.

“Siapa?” tanya Kayl.

“Papanya Denis,” jawab Shanum sambil memperhatikan Divi baru keluar dari gerbang rumah yang dapat dilihat dari pintu rumah.

***

Shanum memeriksa kondisi beberapa pasien di pagi hari sambil memberikan mereka obat. Setelah keluar dari salah satu kamar pasien yang diperiksanya, Shanum berhadapan dengan Medina yang sempat membuat wanita itu kaget.

“Ternyata benar, kamu bekerja di sini. Cukup diapresiasi kamu bisa menjadi perawat meskipun tidak menjadi dokter,” ucap Medina.

“Terima kasih atas apresiasinya, Buk. Kalau begitu, saya lanjut bekerja.”

Shanum melanjutkan kaki melangkah dengan melewati keberadaan Medina.

“Jangan coba-coba untuk mendekati Divi, dia akan menikah!” seru Medina dan Shanum memberhentikan langkah kakinya.

“Tenang, semuanya telah berakhir lima tahun lalu,” balas Shanum dengan jelas.

“Mama …!” seru Denis, bocah laki-laki berkulit putih dan sekilas terlihat seperti Divi kecil.

Bocah laki-laki itu turun dari gendongan seorang wanita bernama Anggika, tetangga sekaligus teman dekat Shanum. Kemudian, Denis berlari ke arah Shanum dengan melewati keberadaan Mediana memeluk sang ibu dengan erat.

Mata Medina tidak bisa beralih dari bocah itu, bibirnya tersenyum tipis melihat wajah anak itu mirip seperti sang anak ketika kecil.

"Denis ingin bertemu denganmu. Bisa berbuat apa lagi? Jika tidak dituruti, dia bakalan nangis sepanjang hari," kata Anggika sambil menghampiri ibu dan anak itu.

"Kamu bersama Denis. Buk Lilis mana?" tanya Shanum.

"Tadi Buk Lilis ke rumah dan bilang kalau dia mau ke kampung karena ada keluarganya yang meninggal, dia menitipkan Denis kepadaku. Kebetulan hari ini aku tidak masuk kerja," jelas Anggika.

Shanum mengalihkan pandangan dari Anggika kepada Medina. Senyuman tipis disingkirkan wanita paruh baya itu karena tidak ingin Shanum besar kepala.

Senyuman ditunjukkan Shanum kepada Medina meskipun ibu mantan suaminya itu menatapnya dengan wajah tidak suka. Setelah itu, Shanum mengajak Anggika dan Denis meninggalkan posisi itu, berjalan menuju lobi dengan melewati keberadaan Medina. Shanum tidak menganggap Medina sebagai musuh meskipun wanita paruh baya itu menjadi alasan perpisahannya dan Divi.

Kaki Shanum berhenti melangkah di tengah lobi rumah sakit setelah mendengar pembicaraan Talita dengan seorang pria berbaju hitam.

"Jadi, dokter Divi tidak masuk kerja?" tanya pria berbaju kaos hitam lengan panjang itu kepada Talita.

"Iya. Pak Marta bilang Dokter Divi sakit," jelas Talita.

"Baiklah. Terima kasih," ucap pria itu.

Talita menganggukan kepala dengan pelan dan berjalan meninggalkan keberadaan pria itu.

"Mungkinkah karena hujan semalam? Separah apa kondisinya sampai tidak menjawab sambungan teleponku? Kalau begitu, aku ke rumahnya saja." Pria itu berbicara sendiri dan berjalan keluar dari rumah sakit.

Perkataan pria itu didengar Shanum dengan jelas. Memori Shanum berputar ke kejadian semalam, mengingat Divi membetulkan mesin mobilnya di bawah derasnya air langit yang jatuh.

Shanum menurunkan Denis dari gendongannya dan menitipkan bocah itu kepada Anggika, menyuruh mereka menunggunya di kantin rumah sakit.

"Jangan lama-lama," ucap Anggika dan meninggalkan keberadaan Shanum.

Sepeninggalan mereka, Shanum mengeluarkan ponsel dari seragam putih perawatnya, dan menghubungi nomor Divi.

Di sana, di kediaman Taslim, Divi terbaring lemah di atas kasur, di kamarnya. Suara deringan telepon yang masuk terasa bising di telinga pria itu. Divi memanggil pembantu rumah, menyuruh wanita itu mematikan ponselnya setelah muak mendengar sambungan telepon masih dari orang-orang yang tidak terlalu penting, seperti Atte, pria yang tadi bertanya kepada Talita dan orang yang menjemput Divi semalam. Pria itu tekan dekat Divi yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri.

"Bik ... matikan saja ponselnya!" seru Divi.

Pembantu rumah bernama Mayam bergegas memasuki kamar Divi, kebetulan wanita usia 40-an itu tengah membersihkan tangga menuju lantai dua rumah.

"Ini bener, Den? Telepon yang masuk bukan dari Den Atte."

"Siapa?"

"Ada emot banteng, setelah itu ada tulisan Shanum," jawab Mayam.

Divi tersentak bangun, kedua bola matanya langsung terbuka lebar dengan badan langsung duduk dan mengambil ponsel yang masih di diperhatikan Mayan sejak berbicara bersamanya. Tubuh Divi tidak bisa berbohong, pria itu tersenyum lebar dan menjawab sambungan telepon.

“Halo? Uhuk! Uhuk!” Divi sengaja batuk.

“Kamu demam?” tanya Shanum, merasa bersalah.

“Iya,” jawab Divi dengan suara berat. “Oh iya, bisa antar obat batuk, obat flu, dan obat demam?”

“Emangnya kamu belum berobat?” tanya Shanum, merasa seharusnya pria itu sudah ditangani dengan cepat.

“Apa?” Divi terdiam, kaget sendiri. “Belum,” bohong Divi.

“Ini obatnya, Den. Kan sudah Bibik beli,” ucap Mayam dengan polosnya.

Divi terdiam dan menoleh ke arah Mayam, membesarkan mata kepada wanita itu dengan jari telunjuk tangan berada di depan bibirnya, menyuruh Maryam diam. Ketika itu pembantu rumah keluarga Taslim itu baru sadar kalau Divi tengah modus kepada seorang wanita.

“Itu obat pencernaan, Bik,” kata Divi. “Cepat bawa obat itu ke rumahku. Nanti aku kirim alamatnya,” ucap Divi dan memutuskan sambungan telepon.

“Dasar! Selalu saja menyusahkanku,” cecar Shanum dan menghentakkan kaki dengan kesal sebelum melangkahkan meninggalkan posisinya.

***

Shanum menginjak rem mobil, memberhentikan mobil di samping gerbang sebuah rumah besar milik keluarga Taslim. Wanita itu keluar dari mobil sambil menjinjing plastik obat dan lanjut berjalan memasuki gerbang rumah dengan anggukan kecil di arahkan kepada penjaga rumah yang duduk di pos penjagaan gerbang. Tidak heran rumah sebesar itu dijaga dengan ketat.

“Suster Shanum? Den Divi ada di dalam, kondisinya semakin memburuk,” lapor Mayam kepada Shanum yang baru menaiki teras rumah.

Shanum mengikuti Mayam berjalan menaiki tangga, memasuki kamar di mana di dalam kamar itu Divi berbaring dengan selimut tebal menutupi tubuh pria itu. Shanum menghampiri kasur, duduk di tepi kasur, dan memeriksa suhu tubuh Divi dengan telapak tangan mendarat di dahi pria itu.

“Panas sekali. Kenapa tidak dirawat dari pagi? Bik, bawa baskom dan air putih,” kata Shanum kepada Mayam yang sudah ditebak sebagai pembantu rumah itu.

“Baik, Sus.” Mayan bergegas keluar dari kamar.

“Siapa?” tanya seseorang yang baru muncul dari luar, berdiri di pintu kamar setelah Mayam keluar dari kamar itu.

Shanum mengangkat pandangan ke depan, tetapi tidak menitik fokuskan matanya menatap Divi. Kedua bola mata Shanum melebar setelah menangkap suara Medina yang sangat dikenalinya. Perlahan Shanum menoleh ke belakang, mengadu pandangan dengan Medina yang ikut melebarkan mata karena kaget.

Setelah itu, Shanum beranjak berdiri sambil memutar badan ke belakang, menghadap ke arah Medina berada.

1
Ani Basiati
lanjut jgn lama2 thor
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!