Ayahnya Arumi terlilit hutang. Hal itu membuat sang ayah kena serangan jantung. Arumi tidak punya uang untuk membawa sang ayah berobat. Bahkan, rumah sebagai jaminan sudah ditarik rentenir. Dalam keadaan sulit itu, seorang dokter wanita menawarkan bantuan kepada Arumi. Akan membiayai pengobatan sang ayah, asal Arumi mau menikah dengan ayahnya yang sedang sakit.
Tidak ada pilihan lain, dalam keadaan terpaksa Arumi menerima tawaran itu, walau sebenarnya ia masih ingin melanjutkan studynya.
Pernikahan Itu pun terlaksana, dan ia dikejutkan dengan kenyataan bahwa, pria yang ia sukai di pandangan pertama adalah anak dari pria tua yang menikahinya, tepatnya. Arumi menyukai anak tirinya.
Bagaimana kah kelanjutan kisah cinta terlarang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
"Ka, kalian lagi apa?" tanya Bu Arum dengan muka bingungnya.
Huufftt..
Dimas menghela napas berat, dan menatap malas ibunya Dewi, serta pengantin baru, yaitu Pak Subroto dan Arum. Kemudian pria itu meninggalkan kamar itu. Kurang kerja an sekali dia ikut-ikutan menonton drama ayah dan ibu tirinya itu. Ia pikir terjadi hal yang mengerikan saat mendengar teriakan ibunya, Dewi. Eehh.. Ternyata ibunya itu hanya menguping orang malam pertama.
Dokter Ulfah yang penasaran menghampiri Arum dan Ayah nya. Terlihat Arum sedang ingin melepas sepatu dari kakinya.
"Dok, sepatu nya kekecilan!" ujar Arum datar. Ia lirik ibu Dewi yang masih berdiri di ambang pintu.
"Oohh.. Ayah dan ibu sedang membuka kado?" tanya Dokter Ulfah lembut. Ia perhatikan kado-kado yang bertumpuk di atas ranjang. Yang terbuka baru satu, yaitu kado sepatu yang Arum sedang coba tadi.
"Iya Nak, banyak banget kadonya. Ayah dan ibumu penasaran. Jadilah kami buka kado bersama." Jelas Pak Subroto tersenyum tipis.
"Iya ayah.!" jawab Dokter Ulfah. Kemudian wanita itu menatap Arum. "Ibu Arum, jangan lupa ya, kasih ayah minum obat nya!"
"Sudah, ayah sudah minum obat!" sahut Pak Subroto.
"Ya sudah, kami keluar dulu, selamat istirahat ya buat pengantin baru." Ujar Dokter Ulfah, menoleh ke arah ambang pintu. Yang ternyata sang ibu sudah pergi dari kamar itu.
"Iya dok!" Sahut Arum dengan muka tegang nyaini Arum jelas malu sekali. Bisa ia simpulkan bahwa tadi ada yang menguping di luar kamar. Suara gaduh seperti barang jatuh, bukanlah karena kucing. Tapi, karena ada yang menguping. Sepertinya Bu Dewi.
"Bapak istirahat ya, aku akan beres kan kado-kado ini dulu. Kita buka kadonya besok saja." Ujar Arum lembut, ia sama sekali tidak menatap ke arah sang suami.
"Iya Rum. Bapak juga sudah kantuk!" Sahut Pak Subroto.
Arum membantu Pak Subroto untuk berbaring. Pak Subroto terus saja menatap Arum yang terlihat masih sungkan itu. Dan Arum tidak berani membalas tatapan mata suaminya itu. Jujur, Arum masih merasa tidak nyaman. Ia belum siap jadi istri sesungguhnya. Ia hanya mau uang dan bisa untuk melanjutkan studynya. Walau sebenarnya, ia benci dengan dirinya sendiri saat ini. Hanya Karena uang mau menikah dengan pria tua yang kaya raya.
***
Di sebuah kamar mewah. Nampak Bu Dewi sedang uring uringan. Wanita paruh baya itu tengah mondar mandir di kamarnya. Darahnya terasa panas dan mendidih, mengingat kejadian tadi. Bisa-bisanya dia kepo dengan malam pertamanya Pak Subroto dan Arum. Yang akhirnya malah membuatnya malu sendiri.
"Gak, gak... Ini gak bisa dibiarkan!" ujarnya sambil mengepal kedua tangannya. "Bapak gak boleh suka pada wanita itu!"
Saat ini Bu Dewi merasa terancam. Ia ada firasat, bahwa Arum bisa mengambil hati suaminya. Kalau itu sampai terjadi, bisa rugi Dia. Harta Pak Subroto yang banyak bisa jatuh ke tangannya Arum.
Bu Dewi tidak ingin diceraikan Pak Subroto dan anak-anak nya juga tidak ingin itu terjadi. Pak Subroto Yang sedang sakit, harusnya bisa dijaga oleh istrinya Bu Dewi. Tapi, Bu Dewi tidak mau melakukan itu. Karena alasan sibuk, Setelah Pak Subroto kena serangan jantung dan Stroke, wanita itulah yang menjalankan usaha yang di pegang oleh Pak Subroto yang bergerak di bidang property.