NovelToon NovelToon
Skandal Cinta Tuan Muda

Skandal Cinta Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Berondong / Office Romance
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: itsclairbae

Nadira Elvarani yakin hidup pahitnya akan berakhir setelah menerima lamaran Galendra, lelaki mapan yang memberinya harapan baru.
Tapi segalanya berubah ketika ia terlibat skandal dengan Rakha Mahendra—anak bos yang diam-diam menginginkannya—menghancurkan semua rencana indah itu.
Di antara cinta, obsesi, dan rahasia, Nadira harus memilih: hati atau masa depan yang sudah dirancang rapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon itsclairbae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 — Dalam Pelukan yang Menenangkan

Ketika bibir Rakha hendak kembali menempel pada bibir Nadira, tiba-tiba perempuan itu merasa mual hingga refleks menutup mulutnya sendiri.

"Maaf..." ucap Nadira, merasa tidak enak karena tiba-tiba bersikap seperti itu.

Bukan karena ia menolak ciuman Rakha, tetapi rasa mual di perutnya tak bisa ditahan. Ia takut, jika dipaksakan, justru akan memuntahkan isi perutnya di dalam mulut suaminya sendiri.

"Kenapa?" tanya Rakha bingung, melihat istrinya seolah menahan sesuatu agar tidak keluar dari mulutnya.

Nadira tidak menjawab. Ia menepuk bahu Rakha sebagai isyarat agar menyingkir. Begitu Rakha bergeser, Nadira langsung berlari ke kamar mandi karena rasa mual yang mendadak menyerangnya.

“Sayang, kamu baik-baik saja?” tanya Rakha sambil menyusul Nadira ke kamar mandi.

Ia benar-benar tidak tahu bahwa itu adalah gejala kehamilan. Ini pertama kalinya ia menghadapi perempuan hamil—terlebih istrinya sendiri.

Di dalam kamar mandi, Nadira berusaha memuntahkan isi perutnya, tetapi tidak ada yang keluar selain cairan bening. Aneh, rasa mual itu belum juga mereda.

"Kenapa, Sayang? Kamu sakit?" tanya Rakha begitu melihat kondisi istrinya.

Dengan naluri seorang suami, ia memijat tengkuk Nadira—sama seperti yang biasa dilakukan ibunya ketika Rakha mengalami muntah-muntah. Ngomong-ngomong soal ibunya, beliau telah meninggal satu tahun yang lalu. Sebelumnya, beliau menjabat sebagai CEO Mahendra Beauty. Kini, posisi itu telah digantikan oleh orang lain.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba perutku mual. Maaf soal yang tadi," ucap Nadira sambil masih berusaha memuntahkan isi perutnya. Ia merasa tidak enak hati karena gagal melayani suaminya akibat kondisi tubuhnya.

"Tidak apa-apa. Jangan pikirkan itu dulu sekarang," ucap Rakha lembut, terus memijat tengkuk Nadira dengan penuh perhatian.

"Mau aku panggilkan dokter ke sini?" tanyanya, khawatir dengan keadaan Nadira. Ia tahu dan pernah merasakannya sendiri—mual dan muntah adalah gejala yang cukup menyiksa.

"Tidak usah, terima kasih," jawab Nadira, menolak halus. Bukan tanpa alasan; dokter yang mungkin akan dipanggil Rakha pasti dokter pribadi keluarga Mahendra. Akan rumit jika dokter itu datang dan mengetahui soal kehamilannya.

"Tapi kamu yakin kamu baik-baik saja?" tanya Rakha lagi, memastikan.

Nadira tidak langsung menjawab. Ia lebih dulu berusaha untuk terakhir kalinya memuntahkan isi perutnya, lalu mengambil tisu dan mengelap bibirnya. Setelah itu, ia berbalik menatap Rakha.

"Iya, aku baik-baik saja," ucap Nadira akhirnya.

"Benar ya kamu baik-baik saja?" Rakha kembali memastikan. Tangannya terulur, menyingkirkan helaian rambut yang sedikit menutupi wajah Nadira.

Nadira mengangguk pelan. Mual di perutnya memang sudah agak mereda, tapi sekarang tubuhnya terasa sangat lemas. Ia bahkan harus berpegangan pada lengan Rakha agar tidak jatuh.

“Tolong bantu aku ke kamar,” ucap Nadira dengan suara pelan, nyaris tak terdengar.

Ia berharap Rakha menuntunnya perlahan, tetapi yang lelaki itu lakukan justru jauh lebih dari itu. Tanpa ragu, Rakha menggendong tubuh lemas istrinya dan membawanya ke ranjang.

“Aku akan tetap panggil dokter ke sini. Kamu kelihatan tidak baik-baik saja,” ucap Rakha sambil menurunkan tubuh Nadira ke atas tempat tidur dengan hati-hati.

Ia tidak bisa tinggal diam melihat istrinya seperti itu, meskipun Nadira berkali-kali menegaskan bahwa ia baik-baik saja.

“Jangan,” ucap Nadira, menahan tangan Rakha yang hendak mengambil ponsel. Ia menggeleng pelan, meyakinkan suaminya bahwa mereka tidak perlu memanggil dokter.

“Sepertinya ini hanya efek hamil. Aku tidak apa-apa, sungguh.”

Rakha masih khawatir sesuatu yang serius terjadi pada istrinya, tetapi ia juga tidak ingin memaksa. Akhirnya, ia mengalah. Lelaki itu memilih duduk di tepi ranjang, mendampingi Nadira yang tampak lemah.

“Baiklah, tapi kamu harus bilang padaku kalau kamu merasa sesuatu, ya?” Rakha memberi syarat, menatap Nadira penuh cemas.

Tangannya terulur, mengusap lembut wajah pucat istrinya. Nadira hanya mengangguk pelan, mengiyakan tanpa berkata apa-apa.

Nadira menahan tangan Rakha yang ada di pipinya, lalu menariknya pelan dan menjadikannya sebagai bantalan. Ia menempelkan pipinya di sana, seolah tangan suaminya adalah tempat ternyaman di dunia saat ini.

Biasanya, jika sedang sakit, Nadira hanya berdiam diri di atas ranjang sendirian—menunggu tubuhnya cukup kuat untuk kembali bangun. Tapi sekarang berbeda. Sekarang sudah ada suami di sisinya, dan untuk itu, ia sangat bersyukur.

“Kalau nanti kamu mau pergi ke kantor, bilang, ya,” ucap Nadira pelan, sambil memejamkan mata. Ia merasa tenang, nyaman dengan kehangatan tangan Rakha yang menyangga pipinya.

Rakha tidak menjawab dengan kata-kata seketika. Ia hanya membiarkan tangannya tetap di sana, tanpa sedikit pun berniat menariknya.

“Aku akan tetap di sini,” jawabnya kemudian. “Aku bisa telepon Sekar dan bilang ada urusan penting.”

Lalu tangan satunya terulur, menyentuh wajah Nadira yang pucat dengan kelembutan yang nyaris tidak terlukiskan.

“Tapi kamu baru dua hari kembali ke kantor,” ucap Nadira pelan, mengingatkan dengan suara lembut.

Matanya masih terpejam, menikmati hangatnya sentuhan tangan Rakha di pipinya. Ia tidak keberatan jika suaminya harus kembali bekerja—Nadira bisa mengerti itu. Tapi untuk saat ini, ia hanya ingin meminjam waktu sebentar… untuk merasa tenang bersama suaminya.

“Aku tahu,” jawab Rakha, nada suaranya tetap tenang namun tegas. “Tapi aku tidak bisa meninggalkan kamu dalam kondisi seperti ini.”

Baginya, pekerjaan bisa menunggu. Tapi Nadira, istrinya—perempuan yang baru saja muntah dan nyaris tumbang di kamar mandi—membutuhkan kehadirannya sekarang. Ia tidak ingin menjadi suami yang datang hanya untuk mengejar ciuman, lalu pergi begitu saja saat istrinya sakit.

Nadira akhirnya membuka matanya perlahan. Ia menatap Rakha, membaca kegelisahan suaminya di sela kelembutan sikapnya. Ia tahu Rakha mengkhawatirkannya. Tapi ia juga tahu, Rakha punya tanggung jawab yang tidak kecil di kantor, terlebih setelah cukup lama absen demi menemaninya di vila.

“Aku baik-baik saja, Sayang,” ucap Nadira dengan senyum kecil. “Kamu bisa pergi ke kantor. Aku janji akan istirahat.”

Bukannya menuruti Nadira untuk kembali ke kantor—padahal waktu istirahat hampir habis—Rakha justru menarik napas panjang, lalu perlahan menggeser tubuh Nadira.

Dengan gerakan hati-hati, ia membaringkan dirinya di samping sang istri. Nadira yang sebelumnya bersandar di tangannya, kini berpindah posisi, bersandar di bahunya. Dekapan hangat itu membuat ruang kamar seketika terasa lebih tenang.

“Jangan paksa aku meninggalkan kamu,” ucap Rakha lirih, suaranya terdengar nyaris seperti bisikan di antara keheningan.

Lalu ia memejamkan mata. Tangannya yang satunya lagi terulur, mengelus kepala Nadira perlahan. Gerakannya penuh ketenangan, seperti ingin menyampaikan bahwa selama ia di sini, Nadira tidak perlu takut pada apa pun.

Sentuhan itu—sederhana, tapi menenangkan—membuat Nadira membalas pelukan kecil itu. Tidak lama kemudian, tubuhnya terasa lebih ringan, seolah beban mual dan lelah ikut menguap bersama setiap hembusan napas suaminya.

Dan dalam diam itu, keduanya terlelap sejenak, tenggelam dalam keheningan yang hangat—sepasang suami istri yang saling menjaga, saling menguatkan, meski kata-kata yang terucap tidak banyak.

1
Syaira Liana
lanjutt kak
Rian Moontero
mampiiir🖐🤩🤸
Syaira Liana
awas aja keira 😡😡😡😡
Syaira Liana
sebel banget sama keira 😡😡😡
ALRININGSIH ALRININGSIH
awal cerita yang bikin penasaran 😊
Clair Bae: Makasih udah mampir ❤
total 1 replies
Asphia fia
mampir
Clair Bae: Terimakasiu sudah mampir, semoga suka sama ceritanya 🙏
total 1 replies
Syaira Liana
lanjuttt kaka
Syaira Liana
Luar biasa
Clair Bae: Terimakasih sudah memberi ulasan ❤
total 1 replies
Susanti
semangat
Clair Bae: Terimakasih banyak ❤
total 1 replies
Trà sữa Lemon Little Angel
Jangan sampai ketinggalan!
Diva Rusydianti
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Beerus
Suka banget sama buku ini. Jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!