NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Shanaya ingin sekali menghilang dari tempat itu sekarang juga. Apalagi setelah teringat jelas bagaimana ia berada di gendongan Sadewa, begitu nyaman, begitu aman hingga tak ingin lepas. Tapi sekarang? Semua berubah. Sadewa pasti sudah mendengar semua yang ia katakan pada Reno.

"Sepertinya aku sudah sehat. Aku akan pergi," ucap Shanaya pelan, wajahnya memerah menahan malu.

Sadewa mengangkat satu alis, lalu berdiri dari sofa dengan gerakan tenang. Dingin seperti biasa, tapi tetap mengintimidasi.

"Ajaib. Langsung sehat. Aku harus kasih bonus rumah sakit ini," ucapnya datar, seolah sedang menyindir.

Shanaya menggigit bibir, bingung harus menjawab apa. Tapi sebelum ia sempat turun dari brankar, suara Sadewa kembali memecah keheningan.

"Suamimu, ya?"

Nada suaranya pelan, tapi tajam. Shanaya tak bisa menebak, apakah itu sekadar pertanyaan, lelucon sinis, atau jebakan emosional.

Ia terdiam. Tidak ingin membahas Reno. Terlebih di depan pria ini, pria yang entah bagaimana bisa setiap kali terlihat dalam urusannya. Padahal tidak benar-benar saling kenal.

Sadewa menatapnya tanpa ekspresi, lalu melangkah mendekat. Ia berhenti hanya beberapa langkah di depan Shanaya. Tatapannya dalam, menusuk. Shanaya refleks menunduk.

"Kalau mau pergi, silakan. Tapi harus ada izin dari rumah sakit. Dan sebelum itu, kita bicara."

Tenangnya bukan main. Tapi kalimatnya terdengar mutlak, tak memberi ruang untuk bantahan.

"Kita?" Shanaya menelan ludah.

Sadewa mengangguk tipis. "Kamu berutang banyak padaku."

Shanaya mengernyit. Hutang yang mana? Bukankah sebelumnya Sadewa bilang semua sudah selesai? Ia menarik napas dalam-dalam.

“Pak Dewa, sepertinya ini kali pertama saya membuat masalah. Dan saya sungguh berterima kasih karena sudah menyelamatkan saya.”

"Menurutmu begitu?"

"Seharusnya iya. Bapak sendiri yang bilang, kan?"

Sadewa tersenyum tipis. “Tapi kamu muncul lagi di depanku.”

"Pak Dewa, sungguh, saya tidak sengaja. Saya benar-benar tidak tahu kalau Bapak CEO perusahaan SM. Semua ini di luar dugaan saya."

Shanaya mulai gelisah. Jangan-jangan Sadewa ingin menagih biaya perbaikan mobil itu—150 juta bukan angka main-main. Sementara tabungannya nyaris habis untuk membayar pengacara. Kalau sekarang harus bayar ganti rugi, besok dia mau makan apa?

“Pak Dewa, saya urus surat keluar rumah sakit sekarang juga,” ucapnya buru-buru, mencoba kabur dari tekanan.

Sadewa masih berdiri kaku di samping ranjang, tangan dimasukkan ke saku celana, sorot matanya mengamati Shanaya yang panik sendiri.

Baru beberapa langkah Shanaya bergerak, suara Sadewa menyusul, dingin dan mantap.

“Bersiaplah. Besok kamu ke kantor.”

Langkah Shanaya terhenti. Ia berbalik cepat dan menatap Sadewa penuh bingung.

“Aku… ke kantor? Kantor siapa? Untuk apa?”

“Belum amnesia, kan?” sahut Sadewa santai.

Shanaya mengerutkan kening. Apa pria ini selain dingin dan tidak berperasaan, juga senang bermain teka-teki?

"Tunggu... Jangan-jangan dia mau menuntutku?" pikir Shanaya panik.

"Pak Dewa, kalau maksud Bapak mau menuntut saya soal ganti rugi mobil, lebih baik langsung bawa saja ke kantor polisi. Saya benar-benar tidak punya uang sebanyak itu. Apalagi sekarang saya masih menganggur.”

Sadewa mendengus pelan. “Aku pikir desas-desus di luar sana benar. Ternyata cuma omong kosong.”

Shanaya mengerutkan alis. “Desas-desus apa? Sebenarnya Bapak maunya apa?”

Sadewa tetap tenang. “Sudahlah. Besok datang ke perusahaan SM. Mulai kerja.”

Tanpa memberi penjelasan lebih lanjut, Sadewa melangkah pergi.

Shanaya mematung di tempat, matanya mengikuti langkah pria itu sampai hampir mencapai pintu.

“Perusahaan SM? Mulai kerja? Hah? Aku keterima? Jadi sekretarisnya? Serius?”

Ekspresinya berubah drastis, dari bingung jadi girang tak karuan. Tanpa sadar, kakinya menyenggol brankar besi hingga ia terlonjak kesakitan.

Sadewa yang belum benar-benar meninggalkan ruangan menoleh dan mendapati Shanaya meringis sambil memegangi kakinya. Untuk pertama kalinya, sudut bibirnya terangkat. Senyum tipis muncul, menyiratkan bahwa sisi konyol Shanaya bagaimanapun memang menarik untuk diamati.

***

Di sisi lain, Reno baru saja tiba di rumah ibunya. Suasana di dalam rumah cukup ramai, beberapa tamu sudah berkumpul, sebagian besar adalah keluarga besar Alhadi. Sesuai dengan keinginan Astuti, malam ini memang digelar pesta kecil-kecilan.

“Reno,” sapa Astuti saat melihat putranya masuk.

Reno berjalan mendekat tanpa banyak bicara. Wajahnya kusut, langkahnya pun tak bersemangat.

“Kamu kenapa? Penampilanmu lusuh sekali. Sebentar lagi tamu penting akan datang. Cepat ganti baju,” perintah Astuti sambil menatapnya dari atas ke bawah.

“Aku cuma mampir sebentar, Bu. Ada hal penting yang harus aku urus,” jawab Reno datar. Kepalanya masih penuh tentang, surat cerai dari Shanaya, kejadian di kafe, dan Shanaya yang kini terbaring di rumah sakit, menolak kehadirannya mentah-mentah.

Astuti menyipitkan mata. “Urusan apa? Yang lebih penting sekarang adalah Malika dan keluarga besar Qorita akan segera datang.”

“Malika?” ulang Reno dengan alis terangkat.

Astuti mengangguk mantap. Senyumnya merekah, penuh harap. Mendengar nama Malika disebut dengan nada seperti itu, ia merasa ide perjodohan itu sudah mulai ditangkap Reno. Mungkin malam ini bisa jadi momen yang tepat untuk mengumumkan pertunangan mereka.

Reno menatap ibunya sejenak, lalu berkata, “Aku ganti baju dulu.”

Ia berbalik dan melangkah pergi. Kebetulan saja, pikirnya, dia memang harus bicara dengan Malika. Soal pelecehan terhadap Shanaya, Malika harus memberi penjelasan.

Dengan langkah lebar dan dada yang sesak, Reno menuju kamarnya. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Shanaya—mata bening yang tadi menatapnya penuh keteguhan, sekaligus luka. Ia tak pernah melihat Shanaya sekuat itu… atau sejauh itu.

Tangannya meraih kemeja putih di dalam lemari. Ia kenakan tanpa semangat, tapi wajahnya perlahan berubah saat melihat pantulan dirinya di cermin. Ia harus tenang. Harus kuat. Malam ini, semuanya akan jelas.

Beberapa menit kemudian...

Ruang tamu makin padat. Gelak tawa dan obrolan ringan mengalir di antara camilan dan minuman ringan. Lalu pintu depan terbuka. Malika masuk, anggun dengan gaun biru tua yang membingkai tubuhnya sempurna. Di belakangnya, orang tua dan beberapa saudaranya menyusul.

Astuti langsung menyambut mereka dengan tangan terbuka. “Malika, cantik sekali malam ini.”

“Terima kasih, Tante. Tante juga makin awet muda,” sahut Malika manis.

Beberapa tamu mulai menoleh, memperhatikan Malika yang berjalan percaya diri, senyumnya anggun. Tapi belum lama ia duduk, langkah Reno terdengar menuruni tangga.

Malika berdiri secara refleks. “Reno.”

“Malika,” jawab Reno singkat. Sorot matanya tajam. Bukan sorot lelaki yang rindu, melainkan seseorang yang menyimpan banyak pertanyaan.

Astuti memperhatikan keduanya sambil menahan senyum. “Kalian ngobrol dulu di taman belakang, ya? Biar lebih tenang.”

Tanpa menunggu jawaban, Astuti memberi isyarat pada pembantu untuk membawakan minuman ke luar. Reno pun berbalik dan berjalan lebih dulu. Malika mengikutinya dengan raut sedikit canggung, namun tetap menjaga senyum manisnya di depan para tamu.

Begitu sampai di taman yang lebih sepi dan minim lampu, Reno berbalik cepat. “Aku ingin tanya sesuatu. Jawab dengan jujur.”

Malika mengerutkan kening. “Tentang apa?”

“Shanaya. Apa kamu terlibat dalam kejadian hari ini?”

Malika tertawa kecil. "Reno, kamu menuduhku?”

“Jawab, Malika. Jangan main-main,” ucap Reno lebih tegas.

Malika menatap Reno sejenak. Senyum manis yang sedari tadi menghias wajahnya perlahan memudar, digantikan ekspresi dingin dan tajam. “Kalau aku bilang iya? Kenapa? Kamu masih peduli padanya setelah dia memberikan surat gugatan cerai itu padamu?”

Reno mengepalkan tangannya kuat-kuat. “Jadi kamu tahu?” desisnya. “Dan kamu memerintahkan anak buahku untuk menyentuhnya? Kamu benar-benar lancang, Malika.”

Malika terdiam. Sorot mata Reno kini berbeda—gelap, tajam, dan penuh bara. Untuk pertama kalinya, Malika menyadari betapa menakutkannya Reno saat marah.

“Sekarang ikut aku. Kita temui dia... sekarang juga.”

Malika menegang. “Apa?”

Reno mendekat satu langkah, nadanya dingin namun tegas. “Aku ingin kamu minta maaf. Langsung. Di depan mataku.”

1
css
next 💪💪💪
knp update nya Arsen buk bgt y🫢🫢🫢
Sadewa JD anak tiri 🤔
Hayurapuji: biar cepet tamat dan fokus dimari kak hehehhe
total 1 replies
css
next kakak, tak tunggu karyaMu 💪
Hayurapuji: siap kakak terimakasih
total 1 replies
Nunung Nurhayati
bagus aku suka
Hayurapuji: terimakasih kakak, ditunggu ya updatenya
total 1 replies
Nunung Nurhayati
lanjutkan kakak aku suka novel mu
css
next 💪
Miss haluu🌹
Apa jangan-jangan emg si Reno kampret mandul??🤔
Miss haluu🌹
Suruh aja calon mantu barumu itu, Bue😐
Miss haluu🌹
Reno, lu emg anj!!🔪
Hayurapuji: jangan erosi mak
total 1 replies
Miss haluu🌹
Baru nyadar, Shanaya??😏
Miss haluu🌹
Dih, kocak lu, Ren!😌
Hayurapuji
kalau ada yang kesal sama kelakuan reno, autor mau pinjemin sepatu ini buat nimpuk dia 🤣⛸️
Greenindya
ada yg lebih horor dibanding batu nisan ga🤣🤣🤣
Hayurapuji: hahahah ada kak, batu kuburan
total 1 replies
Miss haluu🌹
Shanaya habis ketemu kulkas lalu ketemu kampret😌
Hayurapuji: kyk gak da tenangnya hidup shanaya
total 1 replies
css
vote ku meluncur kak💪
Hayurapuji: terimakasih kakak, udah nyampai sini
total 1 replies
Miss haluu🌹
Ahaiii langsung gercep nih camer😆
itu jodohmu, Shanaya🤭
Miss haluu🌹
Ngasih kesempatan itu mmg ga salah, Shanaya, tapi.. itu harus ke orang yg tepat! Kalo Reno sama sekali bukan orang yg tepat😟
Miss haluu🌹
Kaget kan, lu, Ren? Dasar suami ga egois, ga guna!
Miss haluu🌹
Reno mau lu apa, sih?? Mau Shanaya atau Malika si kedele item😌
Hayurapuji: dirawat dengan sepenuh hati
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!