GAIRAH IBU TIRI
"AYAH........!" teriak seorang gadis belia dengan histerisnya, disaat ia melihat sang ayah sedang diseret dari dalam rumah oleh seorang pria bertubuh kekar dengan kasarnya. "AYAH.........!" gadis cantik berkulit putih bak salju itu berlari kencang menghampiri sang ayah yang kini terkapar di tanah halaman rumah mereka. Tas ransel yang ia tenteng tadinya kini terjatuh dari genggamannya dan tergeletak di tanah. Ia tidak memperdulikan tas nya itu lagi, karena khawatir dengan keadaan sang ayah.
Gadis cantik berparas ayu, tapi tegas itu bernama
Arum Levenia Alzena, berusia 19 tahun. Wanita cantik itu baru saja pulang dari kota. Ia sudah dua minggu terakhir ini berada di kota, guna mengurus keperluan dirinya masuk ke perguruan tinggi negeri.
"Ayah....!" ia rengkuh tubuh lemah sang ayah, dengan penuh kewaspadaan menatap kesal kedua pria bertubuh kekar, yang kini tengah berdiri di hadapan nya, bak predator yang ingin menelan hidup-hidup mangsanya.
"Mau apa kalian, siapa kalian?" teriaknya kesal menantang ke dua pria bertubuh kekar itu. Dan masih merangkul sang ayah dengan mata yang memerah.
Prang..
Pang...
Pang..
Pang..
Belum juga pertanyaan gadis itu dijawab, suara gaduh yang ditimbulkan dari barang-barang yang dilempar dari dalam rumahnya menyita perhatian Arum. Ia nampak sangat terkejut dengan kejadian yang terjadi di pagi ini. Semua perabotan yang ada di dalam rumah mereka sudah berpindah tempat, melayang satu persatu ke halaman rumah mereka. Berserak kini di lantai.
"Barang-barang kami, kenapa kalian lemparkan ke luar?" teriaknya dengan penuh emosi. Ia masih merengkuh tubuh sang ayah dari samping. Sedangkan sang ayah terlihat pasrah dalam pelukan sang putri.
Hahahaha...
"Kalian harus pergi dari rumah ini, karena rumah ini bukanlah milik kalian lagi!" tegas seorang pria bertubuh kekar, yang berdiri menjulang di hadapannya.
Arum menatap sedih dan heran sekilas sang ayah, kemudian beralih menatap tajam pria yang ada di hadapannya secara bergantian. "Apa maksud kalian? ini rumah kami!" tegasnya, mendongak menantang kedua pria di hadapannya.
"Hahhahha.... Rumah ini akan jadi milik bos kami. Karena ayahmu sudah menjadikan rumah ini sebagai barang gadai. Ayahmu tidak bisa lunasi hutang nya! bahkan kamu juga sudah digadaikan kepada bos kami" Jelas si pria berbadan kekar.
"Hutang....?" Arum tatap nanar sang ayah yang masih ia rengkuh. Terlihat sang ayah tertunduk lemah, penuh kepasrahan. Ekspresi pasrah sang ayah, adalah jawaban pahit yang membuat hatinya sakit seperti diiris sembilu. Ayahnya adalah harta satu-satunya yang ia miliki, dan kini ayahnya itu terlihat tidak berdaya. Ditambah, ia juga akan jadi gadis penebus hutang.
"Berapa hutang Ayah?" tanya nya lembut pada sang ayah. Ia lepas pelukannya perlahan, guna menatap jelas ayahnya yang tertunduk malu.
"Banyak, hutang ayahmu sangat banyak. Bahkan rumah ini saja tidak cukup untuk membayarnya!" ujar si penagih hutang berbadan kekar itu dengan tegas. "Ya, kamulah yang akan jadi penebus hutang ayahmu!"
Dengan muka tidak berdayanya, Arum menatap ke empat pria yang kini mengelilingi mereka. Dua pria yang bertugas mengeluarkan barang-barang mereka dari rumah telah selesai mengosongkan rumah semi permanen itu, dan bergabung dengan rekannya yang lain.
"Jangan usir kami, beri kami waktu. Kami akan bayar hutang kami." Pinta Arum dengan muka memelas. Ia juga mengatupkan kedua tangannya ke pria di hadapannya. Ia akan berusaha meminjam uang lagi untuk bayar hutang mereka. Karena, ia juga tidak mau jadi penebus hutang, dengan menikah si bos kaya. Yang entah sudah berapa banyak istrinya.
Para tetangga sudah berkerumum, menyaksikan Arum dan ayahnya di usir dari rumahnya.
"Waktu tenggang sudah habis. Bahkan masih ada sisa hutang ayahmu. Jika, sampai sore ini, kekurangannya tidak bisa kalian lunasi. Maka, ayahmu akan dimasukkan ke penjara!" tegas Si pria berbadan kekar, mengancam Arum dan ayahnya.
Arum terdiam, ia tundukkan wajahnya. Karena, ia tidak punya jawaban lagi atas ancaman para pria bertubuh kekar itu
Prangg...
Si pria bertubuh kekar, menendang teko plastik berwarna hijau. Arum hanya bisa melirik saja saat ini. Tanpa ada perlawanan.
"Pukul 5 sore, kami tunggu kalian datang ke istana nya bos, bayar hutang kalian. Jika tidak, ayahmu akan masuk penjara!"
Arum tetap diam membisu. Ia insecure dengan kejadian ini, tidak menyangka. Kalau ayahnya terlilit hutang. Ayahnya tidak pernah cerita.
"Ayo!" ke empat pria berbadan kekar itu meninggalkan tempat itu.
Para tetangga yang jadi penonton pun bubar dari tempat, dengan saling bisik. Arum yang malu, tidak berani mengangkat wajahnya.
Bruuggkkk..
Dengan perlahan, ia putar lehernya. Di sebelahnya sang ayah sudah ambruk di tanah. " Ayah.... Ayah....!" Arum terlhat sangat panik dan ketakutan, mendapati sang ayah kejang-kejang. Ia raih tubuh ayahnya itu. "Tolong... Tolong ayahku!" teriaknya pada warga yang baru saja meninggalkan pekarangan rumah mereka. Suaranya yang kencang, menarik perhatian warga. Dan beberapa pria, berlari menghampiri Arum.
"Pak, tolong ayahku!" pintanya dengan berurai air mata.
***
Di puskesmas
Sang ayah sedang diperiksa. Ternyata ayahnya stroke.
"Dek Arum, ayahnya adek dalam kondisi yang cukup serius. Jadi, kami akan rujuk beliau ke rumah sakit saja. Karena di rumah sakit, ada dokter spesialis yang akan menangani ayahnya Adek!" ujar seorang Dokter berjenis kelamin wanita, Dokter Ulfah namanya.
Arum yang masih berdiri di sisi bed pemeriksaan sang ayah, terlihat bingung dan tertekan. Ke rumah sakit? pakai apa bayar biaya di sana? Sedangkan ia dan ayahnya tidak menggunakan jasa BPJS.
Ia yang kalut melap cepat air matanya dengan jemarinya, yang terus saja mengucur membasahi pipinya. Ia tidak menyangka, dalam sekejap hidupnya dan sang ayah hancur. Padahal selama ini terlihat baik-baik saja. Ia tidak tahu, Kalau sang ayah terlilit hutang.
"Dok, biaya perawatan ayahku nanti di sana mahal ya Dok?" tanya Arum lemah. Ia tatap sang Dokter dengan nanar. Saat ini kepalanya Arum terasa sakit sekali. Ia semalaman tidak tidur di bus, selama perjalanan dari kota ke kampung mereka.
"Eemm.. Lumayan Dek." Sahut Dokter ramah.
"Oouuw.. " Arum menganggukkan kepalanya lemah. Kini pandangannnya beralih ke ayahnya yang sudah tertidur. Ayahnya tidak menggelepar lagi, seperti ayam yang lehernya baru dipotong.
"Bagiamana, biar kita buatkan rujukannya. Dan harus dibawa ke sana cepat. Obat yang kami kasih tadi, bukan untuk menyembuhkan tapi hanya untuk menyeimbangkan keadaan ayahnya adek." Jelas Dokter itu ramah.
"Iya Dok, tapi aku tidak punya uang untuk bawa ayah ke rumah sakit! hua... hua.... hua...!" Arum tidak bisa menahan diri lagi. Situasi yang ia alami sangat menggoncang kejiwaannya. Kenyataan ini sangat menyakitkan.
"Aduhh.. Gimana ini ya? mana kalian tidak pakai jaminan kesehatan dari pemerintah." Sang Dokter terlihat sedih menatap sendu Arum yang pipinya sudah banjir air mata.
"Dok... Tolong aku dok. Tolong ayahku Dok!" pinta Arum, bersimpuh di hadapan Dokter cantik itu.
***
Hai readers setiaku. Dukung novel baru ini dengan memberikan like, komentar positif dan vote nya ya.
Novel ini Sedang ikut lomba hastag cinta terlarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Sarti Sarti
lodingnya lm
2024-09-23
0
Diana Resnawati
mampir thor
2023-10-01
0