Ibu Untuk Anakku
Ting!
Bunyi lift yang terbuka menyadarkan Hasna dari keasyikan melihat akun Instagram di hapenya.
Bukan asyik sebetulnya menunggu lift selama hampir 15 menit karena selalu penuh dengan karyawan di jam pulang kantor, memang paling mengesalkan.
Tadi, dia sudah menunda waktu pulang sampai 40 menit supaya lift nya agak kosong tapi ternyata masih saja penuh. Katanya ada 2 lift yang sedang diperbaiki, itu sebabnya ada penumpukan pas jam pulang kantor.
Hanya ada tiga orang di dalam lift, lebih tepatnya dua orang dewasa dan satu anak perempuan yang lucu dengan rambut dikuncir dua.
“Cilahkan masyuuuk nanti pintutnya kbulu tutup…” celotehnya. ”hihihihihi lucu bingits…."
Dalam hati Hasna jarang-jarang ada anak kecil di kantor. Mukanya bulat, gembil mirip Marsya and The Bear, yang jadi Bear-nya bapak-bapak yang mukanya serius ini. “Buset deh mukanya unfriendly banget… efek pulang sore habis energi kayanya”.
“Ini syatu… Ini duha…. Ini tida… Ini emvat…." Celoteh Marsya KW 1.
"Hmmm lebih lucu malahan dari Marsya…..". pikir Hasna
“Kaka mahu syatu ataw duha?" katanya sambil menarik rok Hasna.
Hasna berjongkok melihatnya agar sejajar. Anak ini menawarkan permen coklat kepadanya.
“Mau emvrat." ucapnya sambil mengulurkan tangan
Ting!
Lift berbunyi dan sejumlah karyawan akan masuk tapi tiba-tiba berhenti melihat yang di dalam lift.
“Maaf Pak, kami kira tidak ada Bapak?”. Mereka mundur semua. “Hah…. Memang dia siapa? Waduuuuuuh aku gak tau, gimana ini.. ”
Hasna melirik dua laki-laki yang berdiri di sebelahnya. Ini adalah minggu ke-2 ia bekerja di kantor ini. Belum banyak yang ia kenal, hanya orang-orang yang satu divisi dengannya di bagian Pelatihan dan Pengembangan.
Satu minggu kebelakang hanya mempelajari dokumen pelatihan yang sudah dilakukan dan dikembangkan oleh perusahaan. Kebanyakan hanya program pelatihan untuk internal dan pelatihan yang diikuti karyawan di luar kantor.
“Tidak apa-apa, silakan masuk. Dua lift sedang di service dan diperbaiki, silakan masuk kita sama-sama turun" Suaranya berat dan dalam.
“Widihhh… suaranya seperti penguasa begitu… aroma-aroma kekuasaan, perasaan Pak Jokowi yang Presiden saja suaranya gak begitu-begitu amat” Hasna tersenyum sendiri.
"Kaka jadi mau belapaaaa?” Marsya KW kembali menarik perhatian Hasna. Dukkkkkk. Desakan orang masuk lift mendorong Hasna ke dinding dan Marsya KW terdesak, untung Hasna jongkok dan menahan dorongan orang-orang yang berdesakan masuk.
“Woooooi.. ada anak kecil ini jangan dorong-dorong, dilihat dongg!” seketika Hasna berteriak saat badannya semakin melesak ke dinding menahan Marsya KW supaya tidak terhimpit.
“Huhhh gayanya sok-sok-an gak mau masuk lift begitu disuruh masuk kaya Gerombolan Si Berat masuk kondangan… tidak terkendali,” pikirnya sambil berusaha menahan dorongan dengan lengannya.
"Maaf mba, gak keliatan jangan jongkok makanya ngabisin tempat” lelaki di depan Hasna mengeluh menahan kakinya agar tidak membentur kepala Hasna.
“Maura… Papi gendong sini..” Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk mengangkat anak itu. “Nda mahu… ini syuda dipeyuk syama kaka”.
Huftttt udara langsung pengap, kapasitas lift yang maksimal menjadikan oksigen terasa sedikit.
“Kakak gendong yaah supaya tidak panas” Hasna langsung mengangkat Marsya KW. “Bisa-bisa pingsan nih anak, bau keringat dan oksigen yang sedikit, untung ga cengeng nih bocah.”
“Jaddiii mau syatu ataaaw duhaaa?” Maura kembali mengacungkan permen ditangannya, "Yak ampyuuun ini anak keukeuh nawarin permen." Hasna tersenyum geli.
“Emvraat” jawab Hasna.
“Tidaaaa bole banyak banyaak nanti syakit gigihnya. Teyus… ini bukan emvrat taaapiii em vaat”
Ting!
Huffftt… sampai deh di Lobby. Seketika udara segar masuk ke dalam lift bersamaan dengan karyawan yang keluar dari lift.
Hasna bergegas keluar dari lift mengikuti dua lelaki yang ada di depannya, menurunkan Maura alias Marsya KW depan mereka dan merapihkan baju anak itu.
“Gak apa-apa Kaka gak usah dikasih permen, untuk Maura saja.. Kaka sudah manis jadi gak boleh makan permen”.
"Kaka tawu dari mana rasanya manis… sinih Maura jilat”.
"Eh.. ini bocah gak tau gombalan qiqiqiqiiqiqi." Hasna langsung menjauhkan kepalanya saat Maura mendekati mukanya sambil menjulurkan lidah.
“Gak… kaka bercanda… kaka rasanya pait jangan dijilat … kaka minta permennya satru saja yah supaya kaka gak pait".
Laki-laki yang membawa dua tas tampak tertawa lebar mendengar percakapan Hasna dan Maura sedangkan Papa Maura hanya diam tanpa ekspresi.
“Kurang gula nih orang .. emaknya diabetes kali sampai anaknya gak kebagian gula”
“Syatu kaka .. bukan satru…” ucap Maura sambil memilih-milih permen dan memberikannya kepada Hasna.
"Terima kasih sudah menggendong Maura” Dia langsung menggendong anaknya dan meninggalkan Hasna yang masih berjongkok.
“Terima kasih mba… kami duluan….” Kata lelaki yang membawa tas di kedua tangannya.
“Hmmm Om yang senyuman manis itu Asistennya kali… setia amat sampai bawain tas si bos.. yaiyalah Hasna ngapain jadi boz kalau semua dikerjakan sendiri emang elo”.
Hasna tersenyum sendiri. Hampir jam 7 malam lebih baik solat magrib dulu di mushola kantor daripada pulang sekarang. Hasna bergegas ke belakang Gedung untuk Solat Magrib di mushola.
Beruntung bekerja di tempat ini disediakan Mushola yang nyaman dan bersih bagi karyawan yang menjalankan ibadah. Musholanya luas dan bisa dipakai untuk Jumatan karena bisa memuat jamaah yang banyak. Ini salah satu alasan Hasna memutuskan bekerja di sini saat dia mendapatkan tawaran kerja di Jakarta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Ade Srimulyani
saya pikir aku aja yang kangen sama Maura dan hujan....Buna ShanTi kapan atuh buat karya lagi, Tetap Ter the best gak ada duanya ...kangen banget
2024-11-30
6
Suci Rahmadani
Aaaaa....kngen banget sama novel nya teh shanti sampek" aku baca untuk yg keberapa kali nya ,udah lama kali loh teh ,istirahat nya sok atuhh...di mulai lagi nulis nya😊bnyak yg kangen
2024-12-19
0
aish
ting.. buka lagiiii
abis bca ulang mbul.. lansung balik sini lagiii.. sesuka ituuu 🥰🤩
2024-12-07
1