Aku dapat telfon dari ibu dan katanya itu hal penting ibu meminta ku pulang, terpaksa aku pulang. Aku tidak menyangka aku mendadak di suruh menikah sampai aku tidak menyangka wanita yang akan aku nikahi bukanlah wanita tipe ku, bahkan melainkan jauh dari tipe ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tasbih hati
"Cintailah dia dari kejauhan agar terjaga kehormatan. Cintailah dia dalam kesederhanaan dan keikhlasan. Namun jika belum mampu, maka cintailah dia dalam diam, cukup Allah saja yang tahu." Kiya az-kiyah.
Setelah kepergian suaminya tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, pekerjaan rumah sudah di selesaikan oleh bibi, Najwa merasa bosan jika harus berdiam diri begitu saja di rumah. tiba-tiba ia terpikir akan janjinya dengan Ummi angkatnya saat di Pesantren.
Ia memutuskan akan pergi ke Pesantren menemui Ummi angkatnya selagi ada waktu, janji harus ditepati karena kita tidak tahu ajal, kapan pun ia datang jika Allah sudah berkehendak jika sudah tiada Allah tetap meminta kita untuk mempertanggung jawabkan janji yang tidak kita tepati.
Setelah Najwa bersiap-siap ia kemudian pergi ke ibu mertuanya untuk meminta izin. Najwa melihat ibunya yang sibuk mengerjakan sesuatu tapi ia tidak bisa melihat apa yang ibu mertuanya kerjakan. Dengan pelan ia mengetuk pintu kamar ibu mertuanya.
Tok..Tok..
"Ibu, maaf mengganggu." ucap Najwa saat ibunya berbalik melihatnya.
"Kenapa di sana, sini masuk saja." sahutnya sambil menyimpan benda yang di pegangnya. Najwa berjalan menghampiri ibu mertuanya lalu duduk di tepi kasur di samping ibunya.
"Ibu sedang apa?" tanya Najwa melihat kotak perhiasan yang di samping ibunya.
"Ibu sedang bersihkan kotak perhiasan ini, sudah lama tersimpan di lemari. Pelayan juga tidak ada yang berani membersihkannya, katanya takut kalau ada apa-apa." ujarnya sambil membuka kotak perhiasan itu. Kotak besar dan terisi banyak perhiasan. Natri mengambil satu gelang yang menjadi gelang leluhur di keluarga itu.
"Ini untuk mu." katanya sambil memperlihatkan kepada Najwa, reflek Najwa kaget. Karena tiba-tiba saja di berikan gelang padahal niatnya hanya datang untuk meminta izin.
"I.. itu untuk ku?" kata Najwa gugup karena dirinya yang tidak menyangka hal itu. Natri mengambil tangan Najwa.
"Iya ini untuk mu, kamu tahu. Ini adalah gelang leluhur. Saat aku masuk di keluarga ini nenek Aktar, ibu mertua ku, langsung memasang gelang ini di tangan ku dengan sendirinya. Tapi hari ini berbeda dengan waktu itu. Penyerahan gelang ini di berikan saat aku pertama kali menginjakkan kaki di kediaman ini, aku di sambut dengan banyak orang. Jadi maafkan ibu, ibu hanya memberikannya disini tanpa acara."
"Tapi aku masih bisa melakukan sama seperti nenek Aktar lakukan." sambungnya sambil memasang gelang leluhur itu di tangan Najwa.
"Tidak apa-apa bu' aku tidak berharap seperti itu, aku malah senang karena ibu yang memasang gelang ini di tangan ku." ucap Najwa sambil tersenyum, Natri mengelus tangan menantunya. Ia tatap matanya meski ia menggunakan kain penutup wajah. Ia bisa merasakan kelembutan menantunya dari mata.
"Oh ya bu, tujuan Najwa kesini. Najwa ingin meminta izin." ucap Najwa memberitahu maksud tujuannya.
"Meminta izin? minta izin untuk apa?"
"Aku ada janji sama ummi angkat ku di pesantren, lagi pula Najwa juga tidak ada kerjaan jadi Najwa bisa ke sana menemui ummi angkat ku." jelas Najwa, ia tatap lekat-lekat wajah ibu mertuanya ia berharap dapat izin.
"Ya sudah, hati-hati saat di jalan."
"Iya bu' Najwa pergi dulu, assalamualaikum.."
"Waalaikumussalam.."
Setelah itu Najwa mengirimkan pesan ke Aktar, itupun nomor yang baru ia dapatkan dari ibu mertuanya. Di dalam pesannya ia meminta izin karena akan keluar hari ini. Dia juga masih belum berani untuk menelponnya karena takut akan menggangu pekerjaan Aktar.
Aktar yang mendapat pesan dari nomor baru, dia tidak memperdulikannya dan melanjutkan pekerjaannya.
Saat tiba di bawah, melihat sopir sudah menunggunya ia langsung masuk kedalam. Dan tak lama mobilnya pun melaju membelah jalan raya yang saat ini sangat ramai.
Beberapa jam berlalu, karena cukup jauh dan memakan banyak waktu akhirnya tiba di Kawasan Pesantren Lukman Al-Hakim, Pondok dimana Najwa SMA.
Ia langsung keluar dari mobil, dan segera pergi ke rumah ummi angkatnya.
Karena rumah ummi angkatnya sedikit jauh sehingga melewati mesjid.
Tiba-tiba Najwa melihat Pria yang pernah ia sukai Pria yang sempat melamarnya tapi ditolak ayahnya, Namanya adalah Furqon. Santri tauladan.
Setelah ia lulus SMA, Furqon diminta oleh Pemimpin Pesantren mengabdi membimbing santri-santri.
Karena bagaimana pun Furqon sangat terkenal dengan Ilmu Agamanya, Hafalannya sudah 30 juz Bahkan ia sudah menguasai kitab gundul selain itu dia juga sangat fasih menggunakan bahasa arab, ia adalah Idaman para Santri putri.
Furqon adalah cinta pertama Najwa, tapi entah kenapa takdir tidak mempertemukan mereka mungkinkah Allah melihat dirinya yang hanya mencintainya karena nafsu Syahwat, bukan karena Allah.
Najwa melihat Furqon yang sedang tadarus di dalam mesjid sendiri, mendengar suara merdunya membuat Najwa tersentuh.
"Jika kau mencintai seseorang, biarkan ia pergi. Kalau ia kembali, ia adalah milikmu. Bila tidak, ia memang tidak pernah jadi milikmu." (Khalil Gibran)
Kata Khalil Gibran membuat najwa termotivasi, Najwa terus melihat furqon meski hanya dari belakang.
"Assalamualaikum.."
Sontak pandangan Najwa teralih, ia melihat Ustad Abdul Najwa langsung tertunduk malu. Siapa yang tahu mungkin saja Ustad Abdul sudah memperhatikan dirinya sejak awal.
"Waalaikumussalam Ustad." Kata Najwa masih tertunduk.
Ustad Abdul melihat Najwa sekali melirik Furqon yang sedang mengaji.
"Furqon.." Panggil Ustad Abdul.
Mendengar ustad memanggilnya Furqon berhenti mengaji, dan berbalik.
"Kemari," Panggil Ustad Abdul.
Tiba-tiba jantung Najwa berdegup kencang, entah apa maksud Ustad Abdul memanggil Furqon ada rasa cemas dihatinya.
"Ya ada apa ustad?" tanya Furqon terhenti karena melihat Wanita yang berdiri di samping Ustad Abdul.
"Najwa?" Gumam Furqon dalam hati.
"Masih ingat dia kan?" Kata Ustad Abdul menunjuk ke Najwa.
"Ya Ustad." Kata Furqon masih tertunduk.
"Menurut Ustad kalian berdua itu cocok, bagaimana kalau Ustad uruskan pernikahan kalian." Kata Ustad iseng.
Furqon dan Najwa kaget mendengarnya.
Furqon melirik Najwa, bagaimana bisa ustad Abdul berkata seperti itu meski mereka saling mencintai tapi Allah tidak merestui cinta mereka. Najwa sudah menikah tapi tetap Furqon masih mencintai Najwa ia belum bisa melupakan rasa cinta yang timbul dibenaknya saat bertemu seorang wanita, yang berhasil menjadi cinta pandangan pertamanya.
Karena Furqon masih mencintai Najwa, ia hanya akan berharap kepada Allah dapat mempertemukan dengannya di kehidupan lain.
"Maaf, Najwa harus pergi menemui Ummi Salma," Kata Najwa tertunduk karena Furqon masih ada.
"Baiklah.. sering-seringlah, berkunjung." Ujar Ustad Abdul.
"Makasih Ustad." Kata Najwa kemudian pergi.
Furqon melihat punggung miliki Najwa wanita yang ia sukai, ia terus melihat Najwa hingga punggung miliknya sudah terlihat sangat jauh.
Ustad abdul melihat Furqon yang terus menatap Najwa meski ia sudah berjalan sangat jauh, Ustad Abdul faham karena ia juga pernah muda.
"Astagfirullah.. Qon.. istighfar," Kata Ustad Abdul mengalihkan pandangan Furqon.
"Astagfirullah." Ucap Furqon tersadar.
Bersambung...
Mohon dukungannya😊
💕Happy Reading💕
.......................Pesan author...................
"Jika ada kesalahan kata jangan sungkan untuk membenarkannya, jika ada cerita yang menurut kalian butuh di koreksi lagi tidak apa-apa jika dikatakan langsung, karena author juga manusia biasa tidak luput dari kesalahan.
Like👍komen👇rate💚and vote😅👉👈
Lanjut lagi kak