"Payungmu hilang, langit pun menghujanimu dengan deras, serta angin yang berhembus juga kencang, yang membuat dirimu basah dan kedinginan"
"Ternyata tidak berhenti sampai disitu saja, hujan yang deras serta angin yang berhembus kencang ikut menenggelamkan dirimu dalam banjir yang menerjang"
"Sampai pada akhirnya kamu menghilang dan yang aku temukan hanyalah luka yang mendalam"
~Erika Aura Yoana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amil Ma'nawi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alvan
Akhirnya hari ini Alvan telah kembali, setelah berpisah dari Haura selama tiga minggu, kini ia dapat bertemu lagi. Namun Alvan tidak memberitahu Haura kalau dirinya sudah berada di rumah oma. Haura masih berada di sekolahnya, dan seharusnya saat ini ia sudah tiba di rumah.
Alvan bersembunyi di balik pintu kamar Haura, saat ia melihat Haura berjalan dari arah luar, begitu Haura masuk dan menutup pintunya kamarnya, Alvan pun mengejutkannya dengan sedikit suara seram.
"Haa,,," Haura terperanjat dan hampir saja jantungan. Namun saat mengetahui itu Alvan, Haura segera memeluknya erat. "Avan!" Haura tersenyum lebar di dalam pelukan Alvan, akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan orang yang sangat di rindukannya.
"Lama banget, perginya" Haura menengadah melihat ke atas saat masih berada di dalam dekapan Alvan. "Iya, ya. Lama banget, Avan kangeeeen banget sama Hora"
"Sama" kemudian keduanya tertawa kecil. "Bentar, kok ada yang bau asam ya? Kamu? Belum mandi? Iya, kamu belum mandi baru pulang sekolah" Alvan berpura-pura menutup hidungnya. "Haha,,, iya. Maaf, tadi habis ekskul. Yaudah, Haura mandi dulu"
"Cepet ya mandinya, Avan punya sesuatu buat Hora"
"Syap"
***
"Wuaahhh, banyak banget!!!" Kalian tahu kan, bagaimana ekspresi Haura saat ini, saat dia melihat begitu banyak semangka di atas meja makan. Ya, Alvan sengaja membeli beberapa makanan yang terbuat dari semangka. Dari mulai, buah-buahan kering dan masih banyak lagi.
"Ayo, sini duduk dulu" Alvan menarik satu kursi untuk Haura duduki. Haura pun duduk dengan tegak dan melihat satu persatu makanan yang memang sangat ia sukai berada di atas meja makan. "Ini semua buat, Hora. Kamu bebas mau makan yang mana pun, karena ini semua punya kamu"
"Beneran?"
"Iya" Alvan sangat senang bisa membahagiakan Haura seperti ini, ia sangat menyayangkan apa yang telah Paman dan bibinya lakukan kepada Haura. Menurutnya, mereka mengambil keputusan yang sangat salah. Padahal, Haura berhak mendapatkan kasih sayang dari mereka.
Kini Alvan nampaknya sedang memperhatikan Haura yang sedang memakan oleh-oleh darinya. Paman, bibi, lihatlah putri kalian, dia cantik, lucu, baik, cerdas. Apa kalian tidak menyayangkan apa yang telah kalian lakukan? Kalo seandainya Haura bertemu kalian, apa dia akan senang? Atau malah sebaliknya?
Haura,,, semoga kamu selalu bahagia ya. Karena kebahagiaan kamu, kebahagiaan aku juga, aku nyesel karena pernah sejahat itu sama kamu. Tanpa Alvan sadari, ternyata air matanya telah meluncur bebas, ia pun segera menyekanya, karena takut ketahuan oleh Haura.
"Avan kenapa? Kok nangis?"
"Ah, enggak, ini barusan kelilipan" Kemudian, Haura mengambil handphone milik Alvan dan membuka kameranya, lalu merekam video. "Hai teman-teman, aku Haura sepupunya Avan, yang baik, imut dan lucu" Alvan hanya tertawa kecil melihat apa yang sedang Haura lakukan saat itu.
"Nah, kalo ini Avan, sepupu rasa abang, dan semua ini,,, oleh-oleh dari Avan. Haura makin sayaaaaang sama Avan. Muahh,,," Tiba-tiba Haura memberi kecupan di pipi Alvan. Alvan pun langsung tertawa saat mendapat kecupan dari Haura.
"Tuh lihat, orang gila emang gitu, di kasih ciuman malah ketawa" Haura mengarahkan kameranya pada dirinya dan Alvan. Setelah itu, keduanya berpose seolah-olah mereka sedang berfoto, namun kenyataannya sedang dalam rekaman.
Mereka bergaya dengan gaya gaya konyol yang mereka miliki, jika ada orang yang melihatnya mungkin akan tertawa, karena tingkah mereka berdua. Setelah puas, Haura dan Alvan pun merapikan meja yang terlihat berantakan karena makanannya.
"Avan, besok kita lari pagi yuk. Haura mau olahraga" Sebenarnya sudah dari satu minggu yang lalu Haura ingin joging bersama Alvan, dan karena saat ini Alvan sudah pulang, jadi dia pun langsung mengajaknya.
"Boleh, besok pagi-pagi habis subuh, Avan langsung otw kesini"
"Yah,,, gak mau nginep?" Raut wajah Haura terlihat sangat kecewa. "Iya, Avan gak nginep dulu ya malam ini. Ada yang urusan sama papa"
"Yaudah deh, beneran ya besok habis subuh langsung kesini?"
"Iya, cantik. Yaudah, Avan pulang dulu ya, keburu sore lagi. Salim dulu" Haura pun mencium tangan Alvan dan mereka pun berpisah. Setelah berpamitan kepada oma, Alvan langsung menaiki mobilnya dan meninggalkan pekarangan rumah oma.
***
Keesokan harinya, Alvan segera pergi menuju rumah oma, untuk menepati janjinya pada Haura. Karena jarak rumah mereka cukup jauh, yaitu butuh waktu satu jam setengah untuk sampai di rumah oma.
Sedangkan Haura, ia juga bersiap dengan baju olahraganya, tidak lupa dengan kerudung bergonya yang senada dengan baju. "Kamu beneran mau joging, nak?" Oma menghampiri Haura yang berada di kamarnya.
"Iya, oma. Bentar lagi Avan sampe"
"Oma khawatir kamu kenapa-napa, emangnya gak papa?" Ya, oma mengkhawatirkan Haura. Takutnya ia kelelahan dan kondisinya kembali drop. "Enggak kok, Haura gak akan apa apa, ya." Saat klakson mobil Alvan berbunyi, Haura langsung keluar dan menyambutnya.
"Yeee,,, kirain gak bakal kesini"
"Mana mungkin seorang Avan gak nepati janji" Tidak menunggu lama, Alvan dan Haura pun berpamitan pada oma dan langsung memulainya dari jalan yang berada di depan rumah.
Awal awal, semuanya terlihat baik-baik saja. Haura terlihat senang dan begitu juga Alvan. Sudah satu setengah jam mereka melakukan joging dan kini beristirahat sejenak, agar tidak kelelahan.
"Mau pulang?" Tanya Alvan, saat melihat wajah Haura sedikit pucat. "Enggak, baru juga tiga puluh menit"
"Beneran?" Haura mengangguk sambil meminum air mineralnya. Ia kembali berdiri dan mengajak Alvan untuk segera melanjutkannya. "Ayo" Karena melihat Haura yang bersemangat, Alvan pun bangkit dan menurutinya.
Dengan berjalannya waktu, matahari pun mulai naik dan mulai mulai terik juga. Lima belas menit kemudian, mereka kembali istirahat. Alvan menghapus air keringat yang bercucuran di keningnya, kemudian meminum air mineralnya.
Sedangkan Haura, ia terduduk dengan menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya yang dilipat. Kepalanya terasa pusing, dan tubuhnya kian terasa lemas. "Hora,,," Alvan menyentuh pundaknya. "Hmm?" Kemudian Haura mengangkat kepalanya. Saat itu, penglihatannya hampir kabur, karena disebabkan oleh rasa pusing yang menerpanya.
"Kita pulang, yuk? Udah panas" Haura mengangguk dan di bantu bangkit oleh Alvan. Namun saat akan berdiri, Haura kehilangan keseimbangannya. Untungnya, dengan sigap, Alvan menangkap tubuh Haura.
"Eeeh, kamu kenapa?" Untungnya saat itu Haura tidak kehilangan kesadarannya. "Udah udah, biar Avan gendong aja. Sini, naik" Haura pun akhirnya di gendong oleh Alvan. Dan Alvan memutuskan untuk segera membawa Haura pulang.
"Tau gini, tadi gak usah lari pagi" Nada bicara Alvan terdengar sedikit marah pada Haura. Bagaimana tidak, akibat terlalu lelah, lihatlah apa yang terjadi pada Haura. "Avan jangan marah-marah, Haura nangis ni" suara Haura begitu pelan, dengan menyandarkan kepalanya di pundak Alvan.
"Enggak marah,,, cuma kalo tadi kita gak pergi, kamu gak akan kayak gini"
Bersambung,,,
Waduhhh, Haura kenapa lagi ini,,,,,? Semoga aja Haura panjang umur ya guys do'ain dia biar cepet sembuh...
Jangan lupa laik biar Hauranya cepet sembuh
yg penting bersatu kan?
wkwkwk
mksdnya, thor????
salken, Thor