Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.
Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)
Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
"Asal kamu tahu, Felma, si Dewi itu sebenarnya selamat, hanya bayinya saja yang meninggal, tapi aku menyuntik mati dia"
Aku tercengang sekaligus tak percaya, ternyata orang yang menyakiti kita justru orang yang paling dekat dengan kita..
Dengan tubuh bergetar hebat, salah satu tanganku berusaha tetap mengendalikan ponsel yang ku gunakan untuk merekam percakapan dua orang itu, sementara tanganku yang lain membungkam mulutku sendiri.
Benar-benar shock atas apa yang ku dengar barusan. Aku yang memang berencana ingin mengawasi gerak-gerik Airin, langsung berinisiatif merekamnya dan berharap apa yang mereka bicarakan bisa memberiku sedikit informasi atau bahkan bukti.
Dan ya, aku mendapatkan buktinya.
"Sudah ku duga, Airin... Saat pemakaman Dewi, aku nggak melihat ada raut sedih di wajahmu, malah sebaliknya, yang ada hanyalah raut puas dan senang atas meninggalnya temanmu itu" Balas temannya. Tak ada ekspresi terkejut sama sekali di wajahnya.
"Bukan teman, lebih tepatnya pura-pura menjadi teman untuk membalas dendamku pada keluarga Nugraha"
"Kamu dendam pada keluarga Nugraha, tapi kenapa Dewi yang kamu lenyapkan?"
"Sebenarnya target utamaku bukan Dewi, melainkan Faril. Tapi berhubung ada kesempatan buat nyingkirin Dewi lebih dulu, why no! Iya kan? Sekarang gini" Wanita berambut pendek yang semula berdiri menghadap cermin, kini berbalik lalu menyandarkan diri di wastafle kamar mandi. Aku bisa melihat dengan jelas bahwa sepasang matanya menyorot penuh licik, "Kucing di sodorin ikan asin, pasti langsung sikat, bukan begitu, Felma?"
"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" Tanya temannya itu.
"Aku sedang mendekati ibunya Dewi, ku sogok dia dengan barang-barang mewah, jalan-jalan, aku kasih dia uang, nyalon, dan lain-lain. Setelah itu aku akan membuat bu Lini menjodohkanku dengan Faril, itu akan memudahkanku buat membunuhnya"
"Dengan cara apa kamu membunuhnya? Ingat, Ai... Mungkin kamu berhasil membunuh Dewi tanpa ada orang yang mencurigaimu, karena mereka menganggap kematian Dewi adalah sebuah kecelakaan atas pendarahan hebat yang di alaminya, tapi Faril? lengah sedikit saja, kamu bisa masuk penjara"
"Tenang saja Fel, sudah puluhan tahun aku merencanakan semuanya, aku pastikan mereka juga akan menganggap kematian Faril adalah murni, bukan pembunuhan. Mereka akan mengira bahwa Faril mendapat serangan jantung. Dan aku akan aman"
"Pernah dengar kan, ada kematian mendadak karena serangan jantung? Dari kalangan artis juga banyak" Imbuh Airin dengan santainya. Seakan apa yang mereka bicarakan adalah nyawa seekor semut. Hal yang sangat sepele baginya.
Entahlah, rasa gemetar, takut serta cemas yang datang secara bersamaan, membuat tubuhku melemas. Kalau tidak ku paksakan, mungkin aku sudah terkapar di tempat sempit ini.
"Sebenarnya dendam apa yang kamu simpan terhadap keluarganya Faril? Kenapa bisa merubahmu menjadi wanita nekad seperti ini?" Tanya Felma setelah ada hening sejenak tadi.
"Hidupku di hancurkan dengan tanpa ampun oleh Nugraha, pria tua itu sudah membuat papahku di penjara, mamahku meninggal bunuh diri karena nggak kuat di hujat oleh orang banyak, dua hari setelah kematian mamah, papa juga meninggal karena bunuh diri di dalam sel. Beruntung hasil korupsi papah yang mencapai lima ratus triliun, di simpan di rekening tante Vahira. Dari uang itulah aku bisa menjadi seperti ini"
"Gila, papah kamu korupsi uang negara sampai lima ratus T, dan negara nggak menyita uang itu?"
"Mereka nggak tahu uang itu di alirkan kemana oleh papahku, mereka hanya menyita asset papahku yang ketahuan saja"
Wanita bernama Felma menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dan untuk kesekian kali aku di buat terhenyak. Jelas-jelas papahnya sendiri yang salah karena sudah korupsi, tapi malah menyalahkan papahnya pak Faril.
"Bukan cuma korupsi" Lanjut Airin, kembali membuatku terkesiap untuk terkejut lagi. "Papa juga sering menerima suap dari orang yang ingin menjadi tentara, polisi, atau PNS. Pernah juga menerima suap dari seorang pembunuh, si pembunuh itu meminta supaya kasusnya di tutup. Papahku berhasil membuat orang itu bebas dari hukuman, dan hasilnya papa mendapatkan banyak uang dari orang itu"
"Memangnya apa yang papahnya Faril lakukan ke papahmu? Kenapa kamu dendam padanya"
Pertanyaan Felma seakan mewakili pertanyaanku.
"Dia yang membongkar kasus korupsi papahku, dan di saat keluargaku sedang berduka, papahnya Faril malah berbahagia karena dia mendapatkan kenaikan pangkat dua tingkat sekaligus. Coba bayangkan gimana sakitnya aku? Langsung di tinggal pergi selamanya oleh kedua orang tuaku, tapi orang yang sudah membuatku hancur justru enak-enakkan mendapat pujian dari banyak pihak, seakan mereka lupa bahwa masih ada aku, seorang anak kecil berusia tujuh tahun yang sedang meratapi kesedihannya"
Tiba-tiba wanita bernama Felma membisikkan sesuatu, aku tak tahu apa yang dia bisikan di telinga Airin, tapi setelah beberapa detik, Airin kembali berucap.
"Sepertinya juga ada satu lagi yang harus aku lenyapkan, Felma?" Keduanya tersenyum sinis.
"Guru privatnya anak-anak. Mungkin target selanjutnya adalah dia"
Jantungku mencelos persekian detik, tubuhku kian lunglai sementara keringat sudah membanjiri tubuhku.
Wajahku mungkin sangat pucat saat ini.
Sibuk dengan pikiranku, konsetrasiku buyar dan aku sudah tidak fokus lagi untuk mencuri dengar.
Selang tak kurang dari satu menit, ada orang lain memasuki kamar mandi, dua wanita itu pun akhirnya keluar dan meninggalkan area toilet.
Setelah mereka tak lagi terlihat, aku buru-buru keluar, masih dengan kondisi tubuhku yang gemetar.
Aku sudah terlalu lama di kamar mandi, pak Aril pasti menungguku.
Sembari melangkah, ku masukkan ponsel ke dalam tas, belum sempat aku menarik resleting pada tasku, seseorang dengan membawa beberapa tas belanja tiba-tiba menabrakku.
Otomatis, paper bag yang dia bawa pun berserakan, tasku juga ikut terjatuh.
"Maaf, mbak. Aku buru-buru!" Ucapku, sambil membantunya memungut belanjaan yang jatuh, sampai aku mengabaikan tasku sendiri.
"Nggak apa-apa. Aku yang salah karena jalannya sambil larak lirik kesana kemari"
Setelah semua beres, orang yang menabrakku tadi juga bersama teman, si temannya itu menyerahkan tas milikku padaku.
"Ini tasnya embak, maaf talinya putus, tadi sempat nyangkut ke tanganku"
"Nggak apa-apa, terimakasih banyak"
"Sama-sama" Balasnya sopan. "Hati-hati, mbak" Cicitnya yang langsung ku balas dengan anggukkan kepala.
"Permisi!" Kataku pamit.
Aku kembali melangkah setelah dua orang itu menganggukkan kepala.
Masih di kuasai rasa takut serta cemas, kakiku terayun menuju tempat permainan.
Ku lihat pak Aril tengah duduk sambil mengawasi putra putrinya bermain.
Mungkin saja dia bertanya-tanya kenapa aku sangat lama berada di toilet.
"Pak!" Panggilku seraya meremat jari jemariku begitu aku berdiri di depannya.
"Cuma ke toilet sampai tiga puluh menit lebih?" Tanyanya mendongakkan kepala.
"Tadi antri panjang, maaf!" Kataku tak enak hati. "Bapak nggak main-main lagi?"
Alih-alih menjawab, pak Aril malah mengunci netraku, memandangku dengan sorot bertanya.
"Kenapa wajahmu terlihat pucat? Kamu sakit?"
"E-enggak" Sergahku cepat.
Pria itu lagi-lagi terdiam dengan fokus sepenuhnya ke wajahku.
"Yakin?"
"I-iya, tadi aroma kamar mandinya nggak enak, jadi sedikit agak mual"
"Hmm" Dia berdehem kecil. "Kita belanja dulu, barang kali ada sesuatu yang ingin kamu beli untuk kebutuhanmu sendiri, atau untuk anak-anak, tadi Hazel juga minta di belikan pensil warna. Setelah itu kita cari makan malam"
"Iya"
Pak Aril lantas berdiri, kemudian memanggil Hazel dan juga Naka.
Sementara pikiranku masih tertuju pada satu hal, tentang obrolan yang tadi ku curi dengar.
***
Selamat puasa, semoga masih menanti kisah Maula-Faril
semoga cepet ada petunjuk buat menjebloskan Airin ke penjara
biar ga makin banyak korban dari keiblisan Airin
semoga kebusukan Airin cepet ke bongkar