Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Kemunafikan Natasya
"Natasya." Panggilan dan lambaian kini dilayangkan Sarla kepada sahabat terbaiknya, dimana Natasya berjalan cepat menemui Sarla.
Gadis berpakaian Syar'i itu, memperlihatkan mata sipitnya dimana ia tersenyum dibalik cadar yang menutupi sebagai wajahnya. Natasya mulai duduk, " Apa yang ingin kamu ceritakan wahai sahabatku. Tumben sekali mengajakku ke sini."
"Sudahlah tak usah dramatis, sebenarnya." Tiba tiba saja, bola mata coklat itu terlihat berkaca kaca. " Aku menyuruh kamu datang ke sini, hanya ingin memberi tahu, bahwa aku di jodohkan."
Mendengar cerita yang belum sepenuhnya selesai, Natasya langsung senang kegirangan. Ia memegang kedua tangan Sarla, mengucapkan kata." Selamat ya, aku turun senang dan bahagia, oh ya kapan pernikahan kamu berlangsung."
Sarla sedikit berdecak kesal, karena sang sahabat malah momotong perkataanya, melepaskan pegangan tangan Natasya dan membalas." Coba deh kamu dengarkan aku bercerita dulu sampai selesai, kebiasaan deh. Pamali loh suka memotong pembicaraan orang lain. Nggak baik."
Menarik napas mengeluarkan secara perlahan," iya deh, habisnya aku senang dengar kamu akan menikah."
"Kalau mendengar pernikahan. Semua wanita pasti merasa senang. Hanya saja, pernikahanku ini .... " kedua mata wanita bercadar itu menunduk sayu. Berat rasanya menceritakan soal pernikahan yang akan ia jalani.
Natasya melihat kesedihan pada mata Sarla, ia nampak penasaran akan masalah yang dihadapi sahabatnya itu. " Coba cerita padaku, ada apa? Bukanya kita harus bahagia ketika menikah, kenapa kamu malah bersedih. Apa yang akan terjadi pada pernikahanmu, atau kamu tak menyukai pasanganmu dari perjodohan ini, atau .... " Sarla menyuruh Natasya berhenti menjawab. Ia kini memberanikan diri mengatakan yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
"Asal kamu tahu, aku dijodohkan oleh kedua orang tuaku dengan pria yang sudah beristri," ucap Sarla mengungkapkan semuanya pada Natasya, dimana gadis bercadar biru itu syok berat. Kedua mata membulat masih tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Kenapa bisa kedua orang tuamu melakukan semua ini?" Pertanyaan kini dilayangkan lagi oleh Natasya.
"Karena papahku mengalami kebangkrutan, dan adik tiriku Lani membutuhkan biaya yang banyak!" Jawab Sarla, pada akhirnya ia menangis, mengeluarkan air mata hingga membasahi cadarnya.
Natasya terdiam, seakan ini semua kesempatan untuk dirinya mengambil hati Rafa. " Sarla, aku tidak bisa membantumu untuk saat ini, apalagi menolong kedua orang tuamu."
Natasya seakan mundur, dari masalah yang dihadapi Sarla, ia hanya mengenggam surat dari Rafa untuk Sarla.
"Maafkan aku Sarla, izinkan aku egois saat ini." Gumam hati Natasya.
"Apa perusahaan kedua orang tuamu tidak bisa membantu papahku," pinta Sarla, berusaha mencari jalan keluar. Natasya yang sudah di selimuti cinta, lupa akan Sarla sahabat terbaiknya." Maafkan aku, Natasya." Menggelangkan kepala, Sarla hanya bisa melipatkan kedua tangan menangis dalam penderitaan yang akan menghampirinya sebentar lagi.
Natasya berusah berpura pura perduli, ia mengusap pelan punggung Sarla, hingga dimana ada sesuatu yang Sarla ingat. "Natasya."
"Iya."
"Kamu kenalkan dengan Rafa?"
Deg .... Natasnya seakan enggan menjawab, ia mengerutkan bibir.
"Natasya?"
"Ahk, i-y-a ke-napa?"
"Kamu kenalkan dengan Rafa, teman yang kamu kenalkan dulu padaku. Katanya, ia seorang anak pengusaha, dan ayahnya pun sudah bergelar CEO, apa kamu bisa mengatakan padanya, kalau sekarang aku butuh sekali bantuannya."
Natasya semakin kebingungan sendiri, ia sudah berusaha menyembunyikan surat cinta dari Rafa kepada Sarla, dan sekarang Sarla malah menyuruhnya mengatakan pada Rafa bahwa sahabatnya itu butuh bantuan.
"Aduh, gimana ya. Sekarang Rafa sudah tidak bisa dihubungi, dengar dengar dia pindah ke luar negri," ungkap Natasya berbohong. Gadis bercadar biru itu tak mau jika Rafa lelaki yang ia cintai dekat dengan sahabatnya Sarla, apalagi sampai menjalin cinta, bertapa hancurnya nanti hati Natasya.
"Boleh aku minta nomor ponselnya, " pinta Sarla, menyodorkan ponselnya, ia tetap pesimis ingin menjauhkan diri dari pernikahan yang menurutnya membawa bencana.
"Oh, oke." Natasya mengambil ponsel Sarla, ia mencantumkan nomor Rafa yang sudah tak aktip, sengaja agar tidak membuat mereka saling bertemu dan jatuh cinta.
Sarla nampak senang, seperti ada kesempatan dan angin segar untuknya. Bisa menjauhi pria yang akan dijodohkan papahnya.
"kamu memang sahabatku yang terbaik, terima kasih Natasya."
Mata sipit gadis bernama Natasnya itu, memperlihatkan sebuah tanda bahwa ia tersenyum. " Maafkan aku Sarla, tidak bisa membantu masalah kamu, dan memberi nomor asli Rafa. " Gumam hati Natasya.
"Oh ya, kebetulan sekali. Sarla, aku tak bisa berlama lama denganmu, masih ada banyak urusan," ucap Natasnya, mulai berpamitan pada sahabtnya itu.
"Loh, kok buru buru. Kita kan belum memesan makana apapun," balas Sarla, masih ingin bersama sahabat yang menurutnya terbaik.
"Jujur saja, aku juga ingin berlama lama denganmu, tapi. Urusanku banyak sekali, maaf ya. Semangat semoga Rafa bisa membantumu, " ucap Natasya memberi suport semangat pada Sarla.
Wanita berpakaian Syar'i itu beranjak berdiri, pergi dari hadapan Sarla. " dah .... "
Sarla kini sendirian, ia hanya memandangi nomor Rafa, perasaan tak karuan. Antara meminta tolong atau pasrah saja.
Mengigat perjodohan dengan pria beristri, membuat ia menelepon lelaki bernama Rafa itu, berharap jika ada keajaiban datang, perjodohan dibatalkan.
Menghubungi nomor Rafa, ternyata tidak aktip, kini kedua mata yang memperlihatkan semangat, redup kembali. Sarla memegang erat ponselnya dan berkata." Bagaimana ini, sahabat satu satunya yang kupunya tak bisa menolongku."
Menarik napas, Sarla rasanya ingin sekali menangis, namun ia tahan, karena rasa malu ketika di tempat makan begitu banyak orang. Pada akhirnya Sarla memesan makanan untuk dibawa pulang.
"Mas, saya pesan dua porsi pizza ya."
"Ya mbak. Ada lagi."
"Sudah."
Sarla mulai berdiri, untyk membayar harga makanan itu, ia ingat pada kedua adiknya di rumah jika berpergian pasti meminta dibelikan makanan.
********
Natasnya berjalan dengan begitu cepat, agar Sarla tak melihat kepergiannya lagi. Surat yang ia genggam erat, mulai ia buang dalam tong sampah, Natasnya menangis, ia menyesal, namun ia juga tak mau terluka. Karena melihat Sarla dengan Rafa.
Hatinya tidak bisa di bohongi, jika sudah lama Natasnya menyimpan rasa pada Rafa, namun Rafa acuh kepadanya, Rafa selalu memandang Natasya sebagai saudara, berbeda dengan Sarla, Rafa langsung jatuh cinta padanya.
"Maafkan aku Rafa."
Setelah membuang surat dari Rafa begitu saja, Natasya menaiki taksi untuk segera pulang.
Namun, betapa bodohnya Natasya tidak menyobek kertas itu, hingga salah satu sosok wanita datang memungut kertas yang sengaja dibuang Natasya ke dalam tong sampah.
"Natasya hanya karena cinta dia rela Sarla sabatnya menderita, mm. Persahabatan yang penuh dengan kemunafikan, bagaimana bisa ada sahabat seperti ini di dunia. " Gumam sang wanita.
Ia menatap kepergian Natasya yang sudah jauh megenakan taksi.