Menyesal?
Itulah yang dirasakan oleh Denis Arkana pria berumur 27 tahun yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nomor 1 di Asia.
Tapi itu semua hanya tinggal nama saja karena baru saja dikhianati oleh sahabat dan kekasihnya sendiri. Apa lagi ia dituduh sebagai tersangka pembunuh ibu kandungnya sendiri dan dijatuhi hukuman mati.
Denis sangat menyesal saat akan menjalani hukuman mati mengingat kelakuannya selama ini karena sudah durhaka kepads ibunya. Jika saja ia diberi kesempatan kedua maka ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatam itu.
Apakah ia akan diberi kesempatan kedua untuk mengubah takdirnya?? Ikuti kisah penuh konfliknya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HeavenGirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAD | BAB 7
Seketika semuanya menjadi hening saat Denis datang, apa lagi aura disekitarnya menjadi sangat mencekam saat matanya melihat dengan jelas bagaimana orang-orang disana memperlakukan sang mama dengan buruk.
"Siapa kamu berani ikut campur" hardik salah satu preman yang menganggu Amira tadi.
"Denis" ucap Amira sambil menggelengkan kepalanya agar tak mencari masalah dengan mereka.
"Siapa dari kalian yang membuat tangan mama aku terluka?" tanya Denis dengan tatapan berkilat tajam.
"Oh jadi kamu anak si tukang sapu ini" ucap salah satu preman dengan sinis.
"Aku yang mendorong mama kamu sampai jatuh dan terluka. Siapa suruh dia tidak mau bayar uang keamanan" timpal seorang preman yang menjadi ketua mereka.
Denis tersenyum smirk melihat ketua preman itu yang membuat dia bergetar, merasa sekujur tubuhnya seperti ditenggelamkan ke dasar lautan yang paling dalam.
Bugh.............bugh...........bugh.............
Dengan brutal Denis menghajar ketiganya membuat Amira yang sedari tadi takut anaknya dipukul berdiri tercengang.
Bahkan warga dan pengguna jalan yang melihat keributan di sekitar sana, tak berani mendekat atau berniat memisahkan mereka.
Malahan mereka senang karena ada yang mau menghukum preman-preman itu, yang sering meresahkan para pengguna jalan disana dan menganggu warga yang mencari hidup disekitar sana.
"Jadi ini tangan yang sudah mendorong mama aku" ucap Denis sambil memegang kedua tangan preman tadi.
"Ampun! Aku mohon ampun! Kami janji tidak akan menganggu mama kamu lagi" pinta ketua preman sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Hehehehe! Ampun kamu bilang. Bukannya tadi mama aku minta ampun kalian tidak mendengarkannya" ucap Denis sambil terkekeh.
Krek.............aarrgghh............
Jeritan kesakitan bergema disana saat kedua tangan preman tadi dipatahkan oleh Denis dengan santai. Amira yang melihat anaknya seperti itu bergidik ngeri tak tahu jika anaknya itu sangat mengerikan.
Apa ini benar Denis anakku, batin Amira dengan syok.
Bugh............bugh..........bugh..........
Aaarrghh...........
Teriak kesakitan mereka bersahutan saat Denis kembali memukul dan menendang mereka. Amira yang tersadar dari lamunannya segera menahan anaknya agar tidak lagi memukul mereka.
"Hentikan Denis. Mereka bisa mati nak" ucap Amira sambil memeluk putranya.
"Biarin mereka mati ma! Beraninya mereka membuat mama terluka!" bentak Denis dengan suara tinggi sambil menatap ketiganya dengan tajam.
"Cukup nak. Mama tidak mau kamu membunuh mereka karena kamu bisa masuk penjara nak.....hiks hiks hiks" ucap Amira sambil menangis.
Mendengar mamanya menangis Denis segera menghentikan gerakan kakinya yang akan menendang preman-preman itu.
Ia menutup mata menetralkan emosinya sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Denis lalu membawa mamanya pergi, tak memperdulikan ketiga preman itu yang sudah babak belur disana.
Arsen yang sempat melihat perkelahian itu, bergidik ngeri tak menyangka jika Denis sangat mengerikan saat menghajar ketiga preman tadi.
Aku tidak boleh mencari masalah dengan Denis jika tidak aku akan mati ditangannya, batin Arsen.
Arsen berlalu pergi menuju mobilnya yang terparkir di parkiran mall karena tadi ia ditarik oleh ketiga anak buah Denis saat hendak pulang.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
~ Rumah Arkana ~
Sampainya di rumah, Denis membawa mamanya masuk ke dalam rumah dengan wajah merah padam menahan emosi.
Amira yang tahu tabiat anaknya jika sedang emosi hanya diam saja, tak berani berbicara takut membuat anaknya semakin emosi.
"Mulai besok mama berhenti bekerja" tegas Denis sambil berbalik menatap sang mama dengan tajam.
"Tapi nak kalau mama berhenti bekerja kita mau makan apa. Sedangkan kebutuhan kita sangat banyak" bantah Amira dengan memelas.
"Aku tidak mau tahu pokoknya mama berhenti bekerja mulai besok" tegas Denis tak mau dibantah.
"Maaf Denis mama tidak bisa mengikuti keinginan kamu. Ini pekerjaan mama selama ini yang membiayai hidup kita" Amira menolak perintah anaknya untuk pertama kali.
Brak............
Amira menutup mata saat Denis menendang meja di sampingnya hingga terbelah dua.
Wajahnya memerah hingga urat-urat lehernya kelihatan menandakan ia sangat emosi mendengar sang mama tak mau mengikuti keinginannya.
"Nak maafin mama.......hiks hiks hiks........jika mama berhenti bekerja dari mana kita bisa makan nak" lirih Amira sambil menangis.
Denis memilih pergi, takut emosinya semakin tak terkontrol saat melihat sang mama yang menangis dengan pilu.
Ada rasa sakit dihatinya melihat air mata mamanya jatuh, tapi ia memilih pergi dari rumah tak ingin mamanya menjadi sasaran amukannya saat ia sedang emosi.
Amira hanya bisa menatap kepergian putranya dengan sedih dan tak bisa berbuat apa-apa. Hatinya sakit memikirkan tatapan tajam Denis yang melihatnya tadi seperti biasa.
"Maafin mama belum bisa membahagiakan kamu nak........hiks hiks hiks" lirih Amira dengan histeris di lantai.
Setelah tangisannya reda Amira segera beranjak pergi untuk ke tempat kerjanya yang lain. Meski tubuhnya sangat lemah karena belum makan siang, tapi ia tetap memaksakan diri untuk pergi bekerja.
~ Basecamp Ular Cobra ~
Denis memilih pergi ke basecamp Ular Cobra dimana anggotanya biasa berkumpul disana. Sampai disana ia masuk ke dalam dengan wajah dingin dan datar, membuat semua anak buahnya bergetar ketakutan.
"Kumpulkan semua anggota kita di aula pertemuan" perintah Denis dengan suara dingin.
"Baik bos" ucap Sandro salah satu anggotanya.
Denis berlalu menuju ke aula pertemuan dan duduk di kursi kebesarannya sambil menunggu semua anggotanya disana.
Kenzo yang baru saja datang, segera berlalu pergi ke aula pertemuan saat Sandro memberitahunya jika mereka semua disuruh Denis berkumpul di aula pertemuan.
"Hay bro. Kenapa kamu tidak memberitahuku jika kamu akan kesini?" tanya Kenzo sambil tersenyum bahagia.
Greek.............
Rahang Denis mengeras dengan gigi gemeletuk melihat siapa yang datang. Tatapan matanya berkilat tajam seakan ingin membunuh Kenzo saat ini juga.
Ingatan-ingatan saat di kehidupan sebelumnya berputar di kepalanya saat melihat Kenzo. Kedua tangannya mengepal hingga terlihat buku-buku jari menandakan saat ini ia sangat emosi.
Tenang Denis kamu tidak boleh membunuhnya sekarang, batin Denis sambil mengontrol emosinya.
Denis menutup mata sambil mengontrol emosinya tak membalas ucapan Kenzo. Hal itu membuat Kenzo mengerutkan keningnya dengan bingung karena baru kali ini Denis bertingkah seperti itu.
Ada apa dengan anak itu? Kenapa dia bertingkah seperti itu, batin Kenzo penuh dengan tanda tanya besar.
Kenzo memilih duduk di kursi yang bersebelahan dengan Denis, sesekali melirik Denis yang masih menutup mata dan menerka apa yang terjadi dengannya.
Tak berselang lama semua anggota geng Denis sudah berkumpul disana membuat Kenzo semakin penasaran.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
"Bos semuanya sudah disini" ucap Sandro.
Denis membuka matanya dan langsung menatap semua anggota gengnya yang berjumlah 100 orang dengan tatapan dingin dan tajam.
Aura kekuasaan menguar dari dalam tubuhnya, membuat semua yang disana bergidik ngeri takut.
"Aku kumpulin kalian semua disini karena ada hal penting yang mau aku sampaikan" ucap Denis dengan suara lantang sambil berpangku kaki.
Hal penting apa yang mau Denis sampaikan? Jangan-jangan dia sudah tahu rencana aku dan lainnya, batin Kenzo menerka.
Denis tersenyum menyeringai sangat tipis melirik Kenzo yang sempat kaget mendengar ucapannya barusan. Ia tahu jika Kenzo dan lainnya saat ini sedang menyiapkan rencana untuk menjebaknya beradu domba dengan geng Elang Putih.
"Mulai saat ini aku mengundurkan diri dari jabatan sebagai ketua geng Ular Cobra" ucap Denis dengan suara lantang.
"APA" pekik Kenzo dengan kaget hingga ia berdiri dari kursinya.
Seketika riuh suara dari anggota gengnya menggema didalam aula pertemuan tak menyangka dengan ucapan Denis barusan.
"Maaf bos tapi kenapa bos mengundurkan diri?" tanya Sandro dengan penasaran.
"Aku hanya ingin saja" jawab Denis dengan santai.
"Lalu bagaimana dengan anggota geng kita dude? Mau dikenakan mereka?" tanya Kenzo.
"Kalian bisa memilih ketua geng yang baru. Sepertinya Kenzo adalah kandidat yang cocok" ucap Denis.
"Apa maksudmu Denis? Bagaimana bisa aku jadi ketua geng Ular Cobra sedangkan kamu sendiri adalah kandidat yang sangat pantas buat posisi itu" papar Kenzo keberatan.
Denis melihat Kenzo dengan tatapan tajam tapi dalam hatinya sedang tertawa, melihat sandiwara Kenzo yang seakan tidak ingin dilihat sebagai orang yang tamak akan kekuasaan.
Padahal Denis tahu kalau Kenzo selama ini sangat ingin posisinya sebagai ketua geng Ular Cobra.
Terlebih saat ini ia berencana bersama anggota inti, ingin menjebak Denis untuk mengadu domba mereka dengan geng Elang Putih.
Tidak untuk kedua kali aku akan masuk jebakanmu lagi bangsat, batin Denis.
"Aku rasa mereka semua setuju jika kamu menjadi ketua geng Ular Cobra menggantikan aku" ucap Denis dengan tegas.
"Tapi aku" ucap Kenzo yang langsung dipotong beberapa anggota inti geng Ular Cobra.
Kami setuju jika bos Kenzo menganti posisi bos Denis
Bos Kenzo memang pantas menjadi ketua kami
Ya kami setuju jika bos Kenzo yang menggantikan posisi bos Denis
Ucapan beberapa anggota inti membahana, membuat semua anggota geng Ular Cobra berbondong-bondong menyetujui jika Kenzo yang menggantikan Denis sebagai ketua geng mereka.
"Berarti sudah diputuskan mulai detik ini Kenzo akan menjadi ketua geng Ular Cobra" ucap Denis dengan suara lantang.
"Selamat buat kenaikan jabatannya bos Kenzo" serentak semua anak buah geng Ular Cobra mengucapkan selamat kepada Kenzo tapi tidak dengan Sandro.
Denis memilih pergi meninggalkan mereka karena ia rasa ia sudah tidak punya hak lagi di basecamp Ular Cobra.
"Bos boleh aku ikut bos?" tanya Sandro yang mengejar Denis sampai di jalan umum.
Denis berbalik melihat Sandro dengan tatapan tajam dan dingin membuat Sandro gemetar ketakutan.
Ia tahu Sandro adalah anak buahnya yang paling setia tidak pernah mengkhianatinya, sampai ia rela menggantikan Denis masuk penjara hanya karena di jebak Kenzo.
#Flashback On
"Bos pergi saja biar aku yang urus ini semua" ucap Sandro yang baru saja datang di club tempat mereka nongkrong.
"TIDAK. AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMBIARKANMU MENANGGUNG INI SEMUA!" bentak Denis dengan suara tinggi.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
Sandro menatap Denis dengan tatapan teduh, membuat Denis menggelengkan kepalanya tak bisa mengikuti keinginan Sandro.
"Aku yakin bos tidak bersalah. Hanya satu pinta aku bos, tolong jaga ibu dan adikku yang masih sekolah" pinta Sandro dengan memohon.
"Kamu harus ikut aku keluar dari tempat ini sebelum polisi datang. Kita bisa cari jalan keluarnya sama-sama" hardik Denis dengan suara tinggi.
"Tidak ada waktu lagi bos! Mereka sudah di depan club" ucap Sandro sambil menggelengkan kepalanya.
Sandro mendorong Denis menuju tempat pembuangan sampah yang terhubung dari lantai dua.
Ia bergegas masuk kembali ke dalam ruang VVIP dan menghapus sidik jari Denis di pistol yang ia pegang sebelum pingsan lalu memegangnya.
Ia sebenarnya tahu siapa dalang dibalik ini semua tapi ia tidak bisa memberi tahu Denis mengenai pelaku utamanya, yaitu sahabat yang selalu ia percayai lebih dari siapapun bahkan menganggapnya seperti saudara.
#Flashback Off
Denis mengangguk kepalanya memberi jawaban kepada Sandro kalau ia mengijinkannya utuk ikut. Melihat hal itu Sandro tersenyum lebar karena diijinkan Denis mengikutinya.
Sedangkan didalam basecamp Kenzo dan anggotanya sedang berpesta pora, merayakan kenaikan jabatan Kenzo yang sekarang sudah berubah menjadi ketua geng Ular Cobra menggantikan Denis.
"Bos selamat sudah dapat posisi yang kamu inginkan selama ini bos" ucap Jeri salah satu anggota Ular Cobra.
"Thank's bro"
"Jadi bagaimana rencana kita dengan mantan bos kita bos?" tanya Jeri.
"Malam nanti kita ketemu di club biasa buat bahas ulang rencana kita"
"Oke aku akan beritahu anak-anak bos"
"Jangan sampai hal ini bocor ke yang lain" ancam Kenzo dengan tatapan tajam.
"Mulutku terkunci rapat sampai aku mati bos" balas Jeri dengan suara tegas.
"Aku percaya sama kamu" ucap Kenzo sambil menepuk pundak Jeri dengan pelan.
"Suatu kehormatan buat aku bos"
Kenzo menatap Jeri yang sudah berlalu pergi menghampiri teman-temannya sambil membisikkan sesuatu ke telinga mereka.
Kenzo hanya mengangguk kepala sebagai isyarat untuk mengikuti ucapan Jeri barusan.
Berengsek si Denis. Kenapa juga dia harus mengundurkan diri dari jabatannya bikin repot aja an***g sialan itu, batin Kenzo dengan emosi.
...🌼 🌼 🌼 🌼 🌼...
To be continue...............