Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Kabur Lagi
Aku begitu terkejut saat Dio mengatakan akan tidur disini. Sungguh, rasanya akan kuijek-ijek itu muka dia, yang sering membuatku emosi bagai level pak bon cabe.
"Sabar ... sabar, kamu Dilla. Dio hanya bocil yang perlu dituruti sementara ini, pasti suatu saat nanti kamu akan dapat menyingkirkannya dari hadapan kamu," guman hari berbicara pada diri sendiri.
"Gak bisa Dio, kamu harus keluar sekarang!" suruhku padanya.
Hanya diam yang dilakukan Dio, sebab tangannya sibuk menata palangan tempat tidur.
"Kamu ngak ada tempat lain apa, tidur disini? Dibawah noh banyak kamar kosong. Jangan bilang kamu itu lagi cari kesempatan dalam kesempitan pada majikan kamu ini," tuduhku marah padanya.
"Sorry ... sorry aja ya, Non! Walau aku pria, aku ogah sama perempuan sudah tua kayak kamu itu, mending cari yang aman saja masih muda-muda gitu!" jawabnya tak menatap mukaku.
"Wah ... wah, kamu itu makin lama makin ngelujak sama majikan saja, tidak ada sopan-sopannya ngatain majikan perempuan sudah tua. Asal kamu tahu aja walau tua-tua begini wajahku masih awet muda, dan sudah punya dua cowok sekaligus," cakapku nyolot emosi.
"Apa? Dua cowok?" Kekagetan Dio langsung menatap tajam kearahku.
"Uuuups!" mulutku langsung kututup akibat keceplosan.
"Hehehe, nggak kok Dio cuma satu cowok saja kok," Suaraku lemah lembut biar Dio percaya.
Bisa mati jika bocil mengadu pada orangtua, bisa-bisa akan ada hukuman jika terbongkar.
"Gak usah bohong deh! Aku tahu kalau Non Dilla itu sudah punya cowok dua, yang kemarin dua pria sekaligus kencan di satu tempat 'kan," jelas Dio.
"Kok tahu? Waaah ... kamu mata-mata 'kah?" tanyaku penasaran.
Duduk dipembaringan sendiri. Obrolan kami semakin serius.
"Aku bukan mata-mata, cuma tuan besar kemarin sebelum mengangkat diriku bekerja, sudah menceritakan semua apa yang ada didalam diri Non Dilla. Akupun tahu juga siapa para cowok itu, artis sama pengusaha 'kan?" tanya Dio serius dengan tangan sibuk merapikan kasur dan sprei.
"Wah ... papa ini beneran akan menjagaku ketat, benar-bener apes beliau tahu siapa pacarku, dan sialnya dapat pengawal yang aneh plus nyeleh bin ngeselin," hati berbicara.
Aku hanya melihat seksama saja, apa yang dilakukan Dio sekarang.
"Aaah ... hhhhhh, ternyata sudah siap semua," Kelegaan Dio berkata, karena telah selesai menyelesaikan tempat tidur.
"Kamu beneran akan tidur disini, Dio?" ketakutanku bertanya.
"Iya 'lah, Non."
"Gak ada tempat lain apa? Kita bukan mukhrim, jadi nanti apa ngak berbahaya," tanyaku ragu.
"Non Dilla tenang saja, aku ini anti yang namanya sama cewek, jadi tidak perlu takut padaku. 'Kan katamu juga aku cupu, jadi ya begitulah dijauhi sama cewek-cewek, sehingga aku tak begitu mengerti dan ngeh kayak gituan!" jelasnya yang sepertinya menyakinkan.
"Beneran, ya? Awas kalau kamu sampai melanggar, akan kugorok itu leher, keeeek!" ancamku dengan tangan ditaruh dileher, memberitahu seperti mau menebas.
"Hihihihi, sadis amat sih, Non!" tawanya kecil.
"Ya sudah kamu tidur saja disini, tapi beneran ya jangan macam-macam," peringatanku sekali lagi.
Akhirnya mengalah juga. Mau melawanpun sepertinya pengawal bocil akan tetap menang berdebat.
"Siiip!" jawabnya memberikan dua acungan jempol.
"Ok 'lah kalau begitu, aku akan sikat gigi dulu," pamitku.
Tanpa diketahui Dio, aku kini pura-pura ke kamar mandi, yang mana sudah membawa handphone untuk menelpon Reyhan, tapi disebalik itu semua memang mau sikat gigi juga.
[Hallo Reyhan]
Suaraku sudah sepelan mungkin, untuk menelpon pacar.
[Ada apa sih? Kok suaranya pelan-pelan gitu? Kamu kok lama banget datangnya?]
[Maafkan aku Rey, hari ini tidak bisa datang. Sebab ada orang gila yang menghalangi aku untuk keluar rumah]
[Maksudnya? Orang gila apaan?]
[Nanti deh, aku akan ceritakan, sebab dia sekarang mengawasi aku dengan ketat]
[Ok, baiklah! Makan malam gagal lagi. Heeh, aku padahal rindu banget sama kamu, tapi sayangnya kita gak bisa ketemuan]
Reyhan terdengar kecewa sekali atas penuturanku, dan rasanya tak enak hati bila mengecewakannya.
[Yah ... kamu jangan lemes gitu dong! Akupun jadinya terharu ingin ketemu kamu]
[Habisnya kita sudah lama tak ketemu, ujung-ujung tak puas dan selalu batal]
[Eeem, gimana kalau aku bisa lolos dari orang gila itu, malam-malam kita ketemuan yaitu kerumah kamu, gimana?]
[Waah ... ide bagus itu. Betul-betul, aku mau]
Reyhan terdengar gembira sekali atas saranku, dan akupun terasa rindu juga pada kekasih hati, jadi rencana misi ingin kabur akan segera kujalankan, tapi dengan cara menunggu si bocil Dio tertidur.
[Ok, nanti tunggu aja dirumah. Kalau sudah datang aku akan menelponmu]
[Siip, sayang. Bye ... bye, sampai ketemu selanjutnya]
[Heem, ok]
Wajahpun sudah sumringah tersenyum-senyum, sebab kencan yang sempat tertunda akhirnya bisa ketemuan lagi, tapi dengan nekat menunggu Dio lengah yaitu tidur.
"Mati kamu Dio, sebentar lagi aku akan bisa lolos darimu. Emang aku goblok apa? Tak bisa melarikan diri dari kamu, jangan katakan Namaku Dilla, jika gak bisa melarikan diri dari pengawasanmu," hati terus saja berbicara sambil mengosok-gosok pelan gigi.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️