NovelToon NovelToon
Terjebak Perjodohan Dengan Sang Casanova

Terjebak Perjodohan Dengan Sang Casanova

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Sudah Terbit / Perjodohan / Cintamanis
Popularitas:105.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Vie

🎉Bebas Promo


Diharapkan bijak dalam memilih bacaan sesuai umur ya🤗🤗🤗


Seks bagi seorang Satria bukanlah hal yang tabu, tapi menikah? Tak pernah sedikitpun terlintas di benaknya akan menjalin komitmen dengan seorang wanita dalam sebuah ikatan pernikahan.

Dia yang selalu memandang rendah derajat perempuan harus dihadapkan dengan kenyataan pahit bahwa dirinya telah dijodohkan dengan cucu dari sabahat kakeknya.

Akankah pernikahan harmonis yang diimpikan semua pasangan akan terwujud di kehidupan pernikahannya kelak?

Ini bukanlah cerita CEO kejam, dingin, dan mencintai dalam diam, karena ini adalah sebuah cerita cinta yang manis dengan Ektra Bumbu Komedi.

Heppy Reading... 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Tamparan Yang Memalukan

Mendengar putrinya sedang melakukan hal yang tidak senonoh, menurut imajinasinya, dengan lutut bergetar, Dina menghampiri sopirnya agar mengantarkannya ke kediaman Wiratmadja. 

"Dasar pria kurang ajar! Menyesal sekali aku menganggapnya pria baik-baik. Kimy ku—" Dina terus berderai airmata. Otaknya sudah dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif. 

"Ibu baik-baik saja?" Sang Sopir dibuat bingung dengan sikap majikannya. 

"Kimy ku, gadis polosku." Dia tidak menjawab pertanyaan si Sopir. Dina terus menangisi anak gadisnya yang bermain dengan burung. 

"Ada apa dengan Neng Kimy, Bu?" Sopir berperawakan tinggi kurus itu ikut khawatir, melihat tangis Sang Nyonya. 

"Diam kamu! Jangan banyak tanya! Cepet anter saya ke rumah si Wira!" Dina sudah di puncak amarah. 

Kimy yang tidak memiliki firasat buruk apapun mengenai ibunya, ia kembali bermain dengan burung-burung Wira yang memiliki bulu-bulu yang cantik. 

"Kakek kok banyak banget burungnya?" tanya Kimy, melihat Wira begitu menikmati saat bermain bersama burung-burung peliharaannya.

"Mencari kesibukan, juga mencari teman ngobrol, di rumah yang besar ini, Kakek seperti hidup seorang diri, ayah Satria sibuk dengan pekerjaannya, dia yang memang tidak banyak bicara, jadi tak terasa keberadaannya." Pria tua itu mengiba belas kasihan dari gadis polos yang terlihat sudah terjebak ucapannya. "Sedangkan anak nakal itu, dia lebih memilih pergi dari rumah yang membesarkannya ini, agar bisa hidup bebas."

"Kenapa kakek gak nikah lagi? Kan jadinya ada temen ngobrol." Sebuah pertanyaan yang tak pernah diduga oleh Wira, membuat Satria tertawa. 

"Siapa juga yang mau menikah sama pria tua ini?" jawabnya, masih dengan nada mengiba. 

"Yey si Kakek, sekarang kan lagi viral loh, kakek-kakek yang nikah sama perempuan yang jauh lebih muda darinya. Aku yakin kalau kakek niat nyari, pasti banyak deh yang daftar jadi calon istri Kakek." Kimy malah memprovokasi Wira untuk menikah lagi. "Kalau Kakek mau, nanti aku cariin deh buat Kakek, temen-temen arisan Ibu kan banyak yang janda. — eh entar dulu, Papa juga solois kan? Papa juga harusnya nyari istri lagi, biar hidupnya lebih bersemangat gitu, soalnya aku perhatiin, Papa itu orangnya gak ada emosinya, jarang ngomong, kalau ketemu aku juga yang ditanya pasti kabar aku, kagak pernah punya pertanyaan yang lain, padahal dia tahu kalau aku pasti jawab, baik, gak pernah aku bilang kalau aku lagi kesel sama anaknya. Bla, bla, bla—" Gadis itu terus mengoceh, hingga Wira lupa niat awalnya meminta belas kasihnya agar Kimy mau tinggal di rumahnya setelah menikah nanti. 

"Pusing gue dengerin elu ngoceh." Seraya meninggalkan Kimy dan Wira.

Yakin dah gue, abis ini dia minum obat darah tingginya. Gumam Satria, saat melihat wajah Wira yang melongo mendengar penuturan Kimy. 

"Kakak mau kemana?"

"Mandi. Kenapa? Mau mandi bareng?"

"Dasar mesum." Kimy memandang jijik pria yang masuk ke dalam rumahnya. "Denger kan Kek, dia tuh mesum banget jadi cowok, pusing aku kalau ngomong sama dia." Kimy bergidik. 

"Kamu pernah dimesumin sama dia?" Wira mulai menyelidik. 

"Ya enggak lah, gak mungkin dia ngapa-ngapain aku, walaupun dia sering ngancem mau nyium aku, tapi dia belum pernah aku dienggak-enggak sama dia. Aku bukan tipenya katanya juga," jawab Kimy sambil menyeruput jus jambu kesukaannya. 

"Apa alasan si Sableng itu? Masa kamu yang cantik gini bukan tipe dia?" Wira memanas-manasi gadis berwajah imut itu. 

"Dada aku kurang menonjol katanya. Dia kan Sableng Kek, padahal kan dia belum pernah liat punya aku maen langsung judge aja."

Jawaban Kimy membuat Wira tiba-tiba merasakan pusing. Dia pun memilih mengalihkan pembicaraan mereka, dengan mengajak Kimy ke dalam rumah. 

Penampakan kediaman rumah Wira membuat Kimy membelalakan matanya. Kimy seperti masuk ke sebuah istana saat melihat pajangan-pajangan yang menghiasi rumah itu, dan sebuah lukisan karya salah seorang pelukis terkenal, kembali membuat mata Kimy terpukau.

"Kamu suka lukisan?" tanya Wira, melihat Kimy sedang mengabsen setiap inci lukisan yang terpajang di ruang tamu. 

"Ah, iya. Aku suka."

"Kakek baru tahu," pancing Wira. "Kakekmu tak pernah bercerita kalau kamu menyukai karya seni."

"Karena—" Suara Kimy mulai bergetar, dia berusaha menahan tangisnya. Dia tak sanggup mengucapkan jika keluarganya tak mendukung hobinya.

"Elu bisa maen piano?" Satria yang baru selesai membersihkan diri segera memotong ucapan Kimy saat melihat perubahan raut wajah gadis cantik itu.

"Hah? Apa?"

"Gue tanya, elu bisa maen piano?" Satria mengulangi pertanyaannya, sambil merangkul leher Kimy, membawanya ke ruangan yang lain. 

"Oh, sedikit. Kakak bisa?"

"Apa sih yang gak bisa jari-jari gue maenin?" Dengan kerlingan mesum, dia mengucapkannya. 

"SATRIA!" Sebuah teriakan yang membuat semua orang perpaling ke arah asal suara tersebut. 

"Ibu?" Kimy dan Satria tersenyum menyambut kedatangan Dina. Tapi tidak dengan Dina, dia murka, bahkan saat rambut basah Satria membuat dirinya semakin marah. 

Sebuah tamparan yang membuat tangannya ikut merasakan sakit, Dina berikan kepada Satria, saking marahnya. Hal itu membuat semua orang bengong dengan tragedi mencekam beberapa detik yang menimpa Satria. 

"Dasar kurang ajar! Menyesal aku mempercayaimu. Kamu benar-benar b*jingan!" Kemarahan Dina sudah di ubun-ubun. 

"Ibu kenapa sih?" Kimy berjinjit untuk melihat bekas tamparan Dina yang terdengar sangat nyaring. "Kakak pasti sakit." Dia pun mengelus pipi yang ada bekas jejak tamparan Dina. 

"Jauh-jauh darinya!" Dina menarik tangan Kimy. "Jangan mendekatinya. Kita batalkan acara pernikahan kamu. Ibu gak sudi punya menantu yang tak bisa dipegang ucapannya. Dulu kamu pernah bilang, akan menjaga jiwa dan raga Kimy, juga kesuciannya, tapi, baru saja aku berikan kepercayaan sama kamu, kamu sudah menodai kesucian Kimy." Hati Dina remuk saat mengucapkannya. Imajinasinya yang terlalu berlebihan membuat pikirannya kotor. 

"Apa maksudnya semua itu, Satria?" Wira ikut murka. 

"Aku? Menodai Kimy?" Satria bingung, "kapan? Menciumnya pun aku tak pernah, apa dengan menyentuhnya itu bisa disebut pelecehan?" Satria bingung, dengan ucapan Calon Ibu Mertuanya. 

"Tutup mulutmu! Jangan pura-pura bodoh! Tadi Kimy bilang, kalau dia sedang bermain—" Dina tak sanggup melanjutkan ucapannya. 

"APA?" Kimy dan Satria Kompak. 

"Bukan tadi kamu bilang, kalau kamu sedang bermain dengan burung Satria?" Dengan berat hati, akhirnya Dina pun mengucapkannya. 

Satria dan Kimy saling bertatapan, mereka tak percaya jika Dina salah menafsirkan ucapan Kimy. 

"Aku tadi emang maen sama burung, tapi itu beneran burung, bukan burung yang ada di otak Ibu." Kimy mulai mengklarifikasi ucapannya. "Yuk, aku ajak liat buru Kakek Wira yang namanya sama Kak Satria and aku." 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Betapa malunya Dina, ingin sekali dia mempunyai kekuatan menghilangkan diri, agar bisa pergi dari tempat itu saat itu juga. Harusnya dia berfikir jernih, jika Kimy putrinya adalah perempuan polos yang tak akan mungkin dengan mudahnya bermain dengan burung seperti versinya. Dilihatnya wajah calon menantunya dengan sebelah pipi yang masih memerah. Tangan kanan yang ia gunakan untuk menampar pipi Satria saja masih terasa panas, jadi pastinya Satria akan lebih merasakan kesakitan di wajahnya Dan hal itu membuat Dina semakin tak punya muka di hadapan mereka yang melihat kejadian tadi. 

"Makanya otak Ibu jangan ngeres kayak otak Kakak! Calon mertua sama calon menantu sama-sama mesum," ujar Kimy sambil terus mengusap-usap pipi Satria, berusaha menghilangkan rasa sakit di pipinya. "Masih sakit ya Kak? Maafin Ibu Mertua durhakim itu ya Kak. Namanya juga emak-emak, otaknya udah belok kemana-mana."

...Sama kok Kim, otak Emak kamu sama para readers, otak mereka juga udah travelling ngebayangin kamu maenin burung Satria dengan bulu-bulu yang cantik. 🤭🤭...

1
Siti solikah
wah sama2 di club malam ya
Siti solikah
wkwkwk ya Alloh gusti
Siti solikah
😂😂😂😂
Siti solikah
akhirnya bobol juga
Siti solikah
gagal lagi
Siti solikah
ckck
Siti solikah
kasihan juga Bumblebee harus puasa lama
Siti solikah
makanya kimy mau aja diajak naik gunung turun lembah
Siti solikah
wkwk
Siti solikah
wah kikim nyium bang sat
Siti solikah
lapar atau haus bang sat
Siti solikah
sabar bee
Siti solikah
bee puasa dulu ya
Siti solikah
keren kimy dan satria
Siti solikah
bang sat main nyosor aja
Siti solikah
jangan2 ibunya satria
Siti solikah
lanjut
Siti solikah
bagus
Siti solikah
kikim kikim
Siti solikah
modus ya bang sat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!