Gadis Barbar Dan Pria Kaku

Ara dan indri sudah sampai di sirkuit terlebih dahulu, mereka memutuskan berlatih satu putaran sambil menunggu Marissa yang sampai saat ini belum juga kelihatan.

Brumm....Brummm.....Brum.

Deru suara motor Ara dan Indri saling bersahutan.

Biasanya para pembalap bisa melaju dengan kecepatan seratus sepuluh hingga seratus empat puluh kilo meter perjam saat menikung dengan sudut kemiringan lima puluh enam hingga enam puluh dua derajat.

Secara rata-rata, kecepatan motor di lintasan ada di angka sertus enam puluh lima hingga seratus delapan puluh lima kilo meter per jam tergantung dengan kondisi sirkuit.

Satu putaran selesai Marissa baru datang dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Gila, anak buah papa lo sangat gila Ra, gue hampir saja kekejar, beruntung ada persimpangan jadi gue bisa langsung belok, dan membuat mereka kehilangan jejak." ucap Marissa sambil membuka helm nya.

"Tentu saja, orang-orang papi ku merupakan orang terlatih yang sengaja di pilih papi ku untuk menjaga putri cantiknya ini" sahut Ara terkekeh.

Ara merupakan anak yang mempunyai kepercayaan diri yang besar. Dia tak segan-segan memuji dirinya di depan banyak orang.

Hanya kepada mereka berdua lah Ara terbuka tentang identitas dirinya.

"Kalau orang biasa mana bisa menjaga lo yang begajulan begitu Ra" cibir Indri membuat semuanya tertawa.

"Inikah cara gue menikmati hidup, mumpung masih muda kita harus puas-puasin bermain dulu, nanti kalau sudah bekerja dan menikah situasinya akan berbeda lagi," ucap Ara, Indri dan Marissa mengangguk setuju.

Ara dan kedua temannya terkenal nakal, tapi mereka tidak pernah pergi ke klub dan bermain dengan banyak pria.

Kenakalan mereka hanya kenakalan anak sekolah pada umumnya seperti bolos, berantem,nongkrong begitu saja, kalau balapan itu hanya hoby mereka bertiga, mekipun sesekali mereka ikut balap liar dan jika menang hasilnya akan mereka bagikan kepada anak jalanan yang mereka temui di sepanjang jalan.

"Ayo kita lanjutkan, sayang kita sudah menyewa tempat ini" ajak Ara. Mereka mengangguk.

Mereka bertiga mulai menyalakan mesin motornya dan menempati posisi masing-masing.

Brumm....Brumm...Brummm

Deru suara mesin roda dua mulai saling bersahutan, mereka bertiga balapan dan saling mengejar untuk menjadi yang terdepan.

Setelah tiga kali putaran akhirnya mereka mengakhiri sesi kejar-kejarannya.

"Ayo kita pulang" ajak Ara sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ayo, jangan sampai kesorean nanti bisa kena omel emak gue" sahut Indri.

Mereka bertiga pergi meninggalkan sirkuit, di sepanjang jalan mereka bertiga menjadi pusat perhatian pengguna jalan, para kaum adam terpesona dengan ketiga gadis cantik yang memakai motor sport tersebut.

Bagi para pria, ketiga perempuan itu terlihat keren dengan menunggangi kuda besi itu.

Pukul 7 malam Ara baru sampai di rumahnya dengan masih memakai seragam sekolahnya di balik hoodie yang ia kenakan.

Di ruang tamu terlihat Andre sedang duduk dengann pakaian kerja nya yang belum ia ganti.

Andre sengaja menunggu putri nakal nya itu, tadi dia mendapat laporan dari anak buahnya yang kehilangan jejak putrinya.

"Dari mana saja kamu Ara?, apa pantas anak sekolah pulang hingga malam seperti ini hmm" tegas Andre

Baru saja masuk ke rumah, Ara sudah di sambut dengan suara bariton papinya yang terdengar horor di telinganya.

"Maaf pi, Ara habis main dengan teman Ara" jawab Ara menundukkan wajahnya. Dia takut menatap wajah datar papinya.

"Papi tak pernah melarangmu bermain Ra, tapi papi minta kamu ijin sama mami atau papi terlebih dahulu, supaya kami yang di rumah tidak khawatir, apa lagi kamu menghilang dari penjagaan orang-orang papi. Kamu itu putri papi satu-satunya, papi tidak bisa bayangkan jika terjadi sesuatu dengan dengamu Ara, bisa gila papi" cerocos Andre.

"Pasti kak Ara habis dari balapan pi" timpal Shaka mengompori papinya.

Ara mendelik menatap adiknya yang lemes itu, Shaka hanya mebalas tatapan kakanya a denagn tatapan acuh.

"Apa benar begitu Ara?" tanya Andre.

"Tidak pi, papi jangan dengarkan ucapan Shaka, Ara tadi cuma bermain di rumah Marissa, kalau papi tidak percaya papi bisa hubungi Marissa" bohong Ara.

"Tapi tadi anak buah papi mengejarmu sampai arah Sentul, bukan arah rumah Marissa" balas Andre.

Ara menggaruk kepalanya yang tidak gatal, papi nya memang tak bisa di bodohi seperi maminya.

Shaka menjulurkan lidahnya mengejek Ara yang sejak tadi kesal dengan mulut lemes adiknya.

Andre selalu mencari tahu latar belakang teman-teman anaknya, dia tidak mau kalau anaknya sampai salah bergaul.

"Awas kamu ya" ancam Ara.

"Ara jawab pertanyaan papi" tegas Andre membuat Ara gugup.

"Iya tadi Ara habis berlatih pi, hanya berlatih saja itu pun di sirkuit bukan di jalan umum" lirih Ara sambil meremas kedua tangannya.

Jangan sampai hak berkendaranya di cabut lagi, bisa hampa hidupnya tanpa motor kesayangannya itu.

"Papi tidak tahu lagi gimana caranya mendidijmu Ara, kamu ini anak perempuan sudah sewajarnya kamu bermain seperti anak perempuan pada umumnya, bukan malah balapan seperti itu"ucap Andre menghela nafas sabar.

"Sekarang masuk ke kamarmu dan bersihkan tubuhmu, setelah itu kita akan makan malam bersama" titah Andre.

"Iya pi" sahut Ara patuh.

Ara berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya.

...****************...

Sedangkan di rumah Raka setelah makn malam bersama mereka berkumpul di ruang keluarga, mereka terbiasa sharing dengan kegiatannya, terutama kegiatan kembar di sekolahnya.

"Bagaimana sekolahmu sayang? Apa ada yang tidak kamu mengerti hmm?" tanya Alana kepada putranya sambil menepuk punggungnya.

"Awww..."ringis Narendra ketika punggungnya di tepuk mamanya.

"Kamu kenapa sayang?, apa ada yang sakit hmmm? Bilang sama mama" cecar Alana khawatir.

"Ck, mama lebay, mama tahu tidak kalau tadi siang putra kesayangan mama itu habis jadi super heronya Ara. Dan begitulan hasilnya... Punggungnya sedikit melepuh karena terkena siraman kuah bakso yang masih panas" sindir Nayla sambil bersandar di dada bidang papanya.

Alana yang kaget langsung membuka baju putranya lalu melihat bekas luka itu.

"Ya ampun sayang, kenapa kamu tidak bilang sama mama, kita harus ke rumah sakit untuk memeriksakan punggungmu, mama tidak mau kalau sampai ada bekas luka di punggung putra mama" ucap Alana heboh.

Nayla merotasi bola matanya malas.

Narendra memang menjadi putra kesayangan Alana, karena dari kecil putranya itu lengket banget dengan mamanya, berbeda dengan diri ya lebih dekat dengan sang papa.

Bahkan dulu ketika Nayla masih kecil dia sering ikut papanya ke kantor.

Raka hanya diam saja memperhatikan tingkah istri serta putranya itu sambil mengusap kepala putrinya sayang.

"Tidak usah mam, sebentar lagi juga pasti akan sembuh," ucap Narendra menenangkan mamanya.

Bersambung.

Happy reading guys🙏