NovelToon NovelToon
Pertemuan Dua Hati Yang Terluka

Pertemuan Dua Hati Yang Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:52.1k
Nilai: 5
Nama Author: Favreaa

Kisah CEO dingin dan galak, memiliki sekretaris yang sedikit barbar, berani dan ceplas-ceplos. Mereka sering terlibat perdebatan. Tapi sama-sama pernah dikecewakan oleh pasangan masing-masing di masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30

Alvaro melajukan mobilnya tanpa tujuan. Tadinya hari Minggu begini, dia hanya ingin istirahat di rumah orangtuanya. Tapi si pengacau itu datang dan dia terpaksa harus pergi kalau tidak ingin dipusingkan. Sekarang pergi ke apartemennya pun percuma. Bisa saja Alesha menyusulnya ke sana. Mau ke rumah Elena? akhir-akhir ini mereka kan sedang tidak akur.

"Apa aku datang saja, terus minta maaf ya?"

Alvaro terus berpikir. Antara gengsi dan merindukan gadis itu juga. Bahkan sisi buruk pikirannya membayangkan kalau saat ini Elena dan Zayya sedang berduaan di apartemen gadis itu. tiba-tiba hatinya menjadi panas. Dan tanpa sadar, mobilnya sekarang mengarah ke apartemen gadis itu.

"Ini tidak bisa dibiarkan!" hatinya berteriak marah dan mempercepat laju mobilnya.

Tiba di gedung apartemen itu, Alvaro cepat-cepat turun dari mobil dan langkah kaki panjangnya menuju Kotak besi yang akan membawanya ke lantai atas dimana unit Elena berada. Tidak nyampai 5 menit Alvaro tiba di depan pintu dan tangannya siap memencet bel. Tapi tangan itu menggantung di udara. Tiba-tiba perasaan gengsi kembali menerpa hatinya.

Alvaro mondar-mandir di depan unit Elena.

Disatu sisi ingin mengetuk pintu itu. tapi sisi hati lainnya dikuasai oleh gengsinya.

"Bisa besar kepala dia kalau tahu saya merindukannya. Tidak, lebih baik saya ke kantor dan suruh dia saja datang ke sana."

Alvaro mengangguk yakin. Diapun membalikkan badannya dan siap pergi dari situ.

Tapi saat tiba di depan lift dan pintunya terbuka, sosok cantik yang akan ditemuinya malah keluar dari situ. Mata mereka saling bertabrakkan.

Keduanya sama-sama terkejut.

"Pak Alvaro?"

"Elena?"

"Sedang apa anda di sini, pak?"

Alvaro gelagapan, dia tak bisa menjawab. Tapi kalau tidak dijawab Elena akan curiga. Meski begitu Alvaro merasa lega, karena ternyata prasangka buruknya tentang Elena dan Zayya tidak terjadi.

"Saya, saya tadi sedang cari unit teman saya di apartemen ini, tapi kenapa saya jadi ke tempat kamu?" elaknya, meski alasannya sangat basi.

Elena mencebik dan matanya menyorot curiga.

"Bilang saja, anda mau ke tempat saya kan?"

Satu ujung bibir gadis itu terangkat. Sementara Alvaro melotot tak terima, alasannya langsung dimentahkan gadis itu.

"Tapi saya sedang tidak terima tamu. Saya cape!"

Elena melangkah melewati pria itu, yang geram dengan sikap angkuh bawahannya itu. kepalang basah ketahuan, Alvaro pun tak mau mengalah. Dia mengikuti langkah Elena dari belakang.

"Pak"

"Saya ada tugas buat kamu, makanya saya datang ke sini. Jadi kamu jangan ge-er!"

"Ini hari minggu pak, saya baru saja pulang belanja bulanan dan sekarang ingin istirahat. Kenapa nggak besok saja di kantor, bicara pekerjaannya?" Elena merengek kesal. Tapi Alvaro memaksa ikut masuk. Akhirnya daripada berantem di depan pintu dan takut ada tetangga unit yang terganggu, Elena pun terpaksa membiarkan Alvaro masuk.

Laki-laki itu duduk di ruang tamu tanpa dipersilahkan. Dia menunggu Elena yang sedang ke dapur untuk menyimpan belanjaannya. Tidak berapa lama Elena kembali dan duduk di hadapan Alvaro yang tengah memperhatikannya.

"Kamu tadi habis dari mana?" Tanyanya sambil menegakkan tubuh dan sedikit menselonjorkan kaki panjangnya.

"Kan tadi sudah saya bilang, saya cape habis pulang dari belanja."

"Oke, pertanyaannya dirubah. Kamu masih marah sama saya?"

Elena diam. Tatapan matanya jatuh ke luar kaca jendela. Dan itu sudah membuat Alvaro paham.

"Baiklah, dengan sepenuh hati dan dari hati terdalam, saya minta maaf! Kamu tahu saat itu saya sedang emosi juga."

Suasana kembali hening. Namun Alvaro masih tetap menatap gadis di hadapannya yang masih menutup rapat mulutnya.

"Bicaralah, Lena!"

"Lena?" Tiba-tiba hatinya berdebar. Sudah lama dia tak mendengar panggilan itu. 'Lena' adalah panggilan sayang sang ayah untuk dirinya. Dan tanpa terduga, Alvaro memanggilnya seperti itu.

Mata Elena jadi berkaca-kaca, dia teringat pada almarhum ayahnya.

"Kenapa anda memanggil saya seperti itu?"

Alvaro mengerutkan kening. "Apa itu masalah? Saya hanya memendekkannya dari nama kamu, Elena."

Elena menggeleng, "tidak apa-apa. Saya Cuma teringat pada almarhum ayah. Hanya beliau yang memanggil saya seperti itu."

Kini hati Alvaro yang bergetar. Dia baru teringat kalau Elena sudah tak memiliki ayah.

"Maaf!" katanya lirih. Tapi Elena malah terkekeh, membuat Alvaro bingung.

"Kenapa?"

"Sebenarnya anda orang yang baik, tapi hanya tertutupi oleh sikap dingin dan galak saja. Jadi_" Elena menggantung kalimatnya. Sepertinya ragu untuk melanjutkan. Takut merusak suasana yang sudah mulai kosndusif.

"Jadi?"

"Jadi terlihat menyeramkan."

Elena nyengir sambil mengangkat dua jari, telunjuk dan jari tengahnya, membentuk huruf V. Alvaro mendelik, tapi kemudian memalingkan wajah untuk menyembunyikan senyum tipis di bibirnya.

"Oh iya, tadi anda ke sini mau membicarakan masalah pekerjaan, kan? ada masalah apa memangnya?"

"Nanti saya ceritakan, tapi sebelumnya boleh saya ke dapurmu?"

Elena mengangguk. Dia tahu, Alvaro pasti ingin membuat kopi seperti tempo hari. Sebenarnya dia juga berharap lelaki itu akan membuatkan untuknya juga. Kopi buatan Alvaro memang enak.

Bersamaan dengan Alvaro ke dapur, Elena pun pergi ke kamarnya untuk berganti baju dan sekedar mencuci mukanya.

Dan saat Alvaro selesai membuat kopi, Elena pun selesai dengan urusannya. Dia keluar dari kamarnya dengan wajah dan penampilan yang terlihat lebih segar.

Seperti harapannya, lelaki itu membawa 2 cangkir kopi. "Ini untukmu."

Lelaki itu meletakkan satu cangkir di hadapan Elena.

"Terimakasih."

"Sama-sama."

Keduanya berbarengan menyeruput kopi masing-masing dengan nikmat.

"Jadilah pacarku, mulai sekarang. Tanpa perjanjian apapun dan saya akan setuju apapun syaratnya!"

"Hah?"

Elena bingung. Kenapa tiba-tiba jadi begini?

"Saya percaya, kamu tidak seperti gadis-gadis di luar sana yang hanya mencari keuntungan dari saya."

Alvaro mengerti keheranan Elena.

"Seorang CEO dingin dan galak, tidak bisa mengatasi seorang wanita seperti Alesha?"

"Tidak sesederhana itu. Saya sangat bisa mengatasinya, tapi saya tidak bisa mengendalikan emosi saat berhadapan dengannya. Saya sulit meredam emosi meskipun dia seorang perempuan. Kalau saya berpacaran denganmu, bisa sekaligus memperjelas status saya."

Elena menatap lekat Alvaro, matanya menyipit seperti ingin menelisik apa yang ada di dalam kepala laki-laki itu, begitu juga Alvaro. Perlahan tangan lelaki itu terulur, meraih jemari lentik milik Elena dengan mata mereka masih saling menatap penuh arti.

"Apapun syaratmu, saya akan setuju!"

"Benarkah? Meski saya tetap meminta bayaran pada anda?"

"Meski kamu meminta saya tidak melirik wanita lain!"

Elena tersenyum manis. Kepalanya menggeleng pelan.

"Saya tidak akan berbuat seperti itu. anda berhak jatuh cinta pada wanita manapun, begitu juga dengan saya, setelah perjanjian kita selesai."

Alvaro menarik napas. "Saya tidak keberatan meski kamu masih menganggap ini hanya sandiwara. Tapi saya akan mengikuti hati saya yang mungkin sudah mulai menyukaimu!" bisik hati lelaki itu dengan memamerkan senyum yang baru pertama kalinya dia pamerkan pada seorang perempuan selain pada ibunya. Senyum itu terlalu menggoda. Hati Elena merasa tidak aman.

"Lena, saya minta maaf atas semua kesalahan saya!"

"Hmmm."

"Saya betul-betul minta maaf. Saya sendiri tidak menyangka kalau kata-kata saya kemarin bikin kamu tersinggung."

"Anda kan memang selalu begitu. Kaku, dingin dan galak seperti singa yang, haummm" Elena melepaskan tangannya dari rangkuman tangan Alvaro. Lalu membuat gerakan seperti akan mencaplok mangsa dengan tangannya itu. Setelah itu dia terkekeh.

Alvaro menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil tersipu. Lagi-lagi sesuatu yang sangat jarang dia lakukan. Apalagi di depan seorang wanita. Kemudian Alvaro merubah raut wajahnya lebih serius.

"Saya saya sebenarnya ingin mengajak kamu ke luar, untuk merayakan."

"Merayakan?" Kening Elena berkerut.

"Iya merayakan awal hari jadian kita."

Hahaha!

Elena tak mampu meredam tawanya.

"Ternyata anda seorang yang romantis. Tapi untuk apa? Kita kan hanya bersandiwara?"

"I-iya, tapi kan yang mereka tahu, kita sungguh-sungguh saling mencintai."

"Anda benar. Lalu dengan apa kita akan merayakannya?"

"Dinner bersama saya di suatu tempat yang indah dan romantis!"

Elena kembali tertawa. Entah kenapa saat ini hatinya begitu bahagia. Tapi ada ketakutan juga yang dia rasakan, menerima hal romantis ini. Dia takut kalau suatu saat dia benar-benar jatuh cinta pada Alvaro.

1
Rani Setiawati
Koreksi nama tokoh
Baper kusut
semoga kisah elena gk kaya ibu nya ya, carline.. karena keegoisan org tua gk perduli anaknya depresi
Siti Sa'adah
jatuh cinta jg boleh kok,, alvaro malh suka pakai bgt
Wiwin niasari
lanjuut thor...
Wiwin niasari
ok
Sri Endang
cuss
Karlina Darsih
sip
Sri Endang
lanjutt
Arbaati
mantap elena...
Arbaati
menarik dan makin seru
Ulfah Fafi
lanjut please...
Azwan Ramhan
lanjut
Meryrostiti Titi
pasti mamax elena
Pa Muhsid
nah kan nah kan😄😄😄 kira kira siapa yang akan jilat ludah sendiri duluan ya😏😏😏
Yong Chel
up lg..
Yong Chel
up lg..
echa purin
/Good/
inna
mantap
Azwan Ramhan
lanjut
A F I S ❀
lanjutt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!