"Anda memang istriku,tapi ingat....hanya di atas kertas, jadi jaga batasan Anda"
" baik.... begitu pun dengan anda, tolong jangan campuri urusan saya juga, apapun yang saya lakukan asal tidak merusak nama baik keluarga anda, tolong jangan hentikan saya"
bismillahirrahmanirrahim...
hadir lagi... si wanita lemah lembut, baik hatinya , baik adabnya , baik ucapnya....tapi ingat, Hanya untuk orang-orang yang baik padanya, apalagi pada keluarga nya...
Rukayyah... gadis bercadar yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kain kebesaran serta berwarna hitam, bahkan hanya kedua matanya saja yang terlihat.... terpaksa harus menerima perjodohan, karena wasiat kakeknya dulu, dan memang di lingkungan pesantren semua saudaranya menikah karena di jodohkan...hanya kakak laki-lakinya yang paling lembut hatinya mencari sendiri jodoh nya, siapa lagi kalau bukan Yusuf dan Zora....
nantikan kisah selanjutnya, semoga sukaaaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiba di istana baru
Dia tidak menyangka,selama ini hidup dalam kebohongan, walaupun itu semua tidak merugikan dirinya, tapi yang membuat dirinya sulit untuk memaafkan mereka, karena mereka berniat akan. Mencelakai istrinya, dan itu benar-benar membuat nya tidak bisa memaafkan mereka begitu saja.
Hilman tahu, pengkhianatan ini tidak bisa diselesaikan tanpa kehadiran kepala keluarga.
Hilman mengambil ponselnya dan menelepon ayahnya..... di luar negeri.
Hilman menghubungi ayahnya Suaranya tegas, tanpa basa-basi "Assalamualaikum, Ayah, tolong segera pulang. Sekarang juga."
Tuan Faisal Terdengar bingung di ujung telepon " waalaikumsalam Ada apa, Nak? Kenapa kau mendesak? Ayah sedang....."
"Ayah, masalahnya sangat serius. Mama dan Patricia sudah aku usir dari rumah. Kami punya bukti pengkhianatan dan upaya pembunuhan. Seluruh keluarga hancur, Ayah. Aku tidak bisa menjelaskan di telepon. Ayah harus kembali. Ada kebenaran yang harus Ayah hadapi di sini." kata Hilman tidak bisa di bantah.
Tuan Faisal, yang sedang berbahagia di samping Selin, seketika membeku. Ia merasakan firasat buruk yang jauh lebih besar daripada sekadar urusan bisnis. Ia mengerti bahwa game besarnya yang ia mainkan selama dua puluh tahun mungkin akan segera terungkap.
"*Baik, Hilman. Ayah akan segera siapkan jet seka**rang* ".
***
Ruangan keluarga terasa hening dan berat, hanya ada empat orang yang tersisa. Hilman, Zora, dan Yusuf duduk di sofa, sementara Rukayyah berdiri di samping Hilman. Hilman masih diliputi rasa bersalah yang luar biasa.
Hilman Mengusap wajahnya kasar, penuh penyesalan "Kamu tidak apa-apa, Rukayyah? Maafkan aku, karena Tante Selena hampir saja mencelakaimu! Kalau saja saat di kantor aku tidak mengajakmu pulang bersama, aku tidak tahu apa yang akan terjadi..."
raut wajah Hilman menunjukkan betapa mengerikannya bayangan yang melintas di kepalanya.
Rukayyah meraih tangan Hilman dan menyentuhnya dengan lembut, sebuah sentuhan yang lebih dari sekadar sentuhan, tetapi juga ketenangan.
"Aku tidak apa-apa, Mas Hilman. Tidak usah khawatir. Mereka gagal. Sekarang, kita harus fokus ke depan."
Zora, yang melihat betapa dalamnya kebencian Selena, tidak bisa tenang.
Wajah Zora penuh ke Khawatiran "Ayya, mereka dibiarkan bebas, padahal mereka sudah berniat membunuh. Kau tahu watak Selena. Bukankah mereka akan menuntut balas? Mereka tidak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan." kata Zora menggenggam tangan suaminya...
Yusuf menimpali dengan pandangan yang lebih strategis.
"Betul kata Zora. Apalagi ayah kandung dari Patricia masih berkeliaran. Tono pasti tahu semua rahasia, dan dia bisa dimanfaatkan Selena untuk menyerang balik. Kita tidak bisa meremehkan mereka." timpal Yusuf yang mengusap bahu istrinya agar lebih tenang.
Rukayyah mengangguk, mengakui kekhawatiran mereka.
"Kalian benar. Mereka tidak akan tinggal diam. Tapi aku membiarkan mereka pergi justru karena alasan ini. Jika mereka ditahan, kita kehilangan kendali atas mereka. Sekarang, saatnya kita menjerat mereka."
Rukayyah menatap Yusuf dan Zora, matanya kembali tajam dan strategis.
"kita harus menyelesaikan urusan Tono. Kita harus menggunakan Tono untuk menjebak Selena agar dia tidak berani bergerak. Dan, setelah itu selesai, kita akan fokus pada rahasia Ayah."
***
Di ruang perawatan khusus, Tuan Faisal duduk di samping kursi roda Selin. Ponsel di tangannya menunjukkan detail penerbangan darurat ke negara asalnya. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran karena panggilan Hilman, tetapi kelembutan tak hilang saat ia menatap istrinya.
Ia menggenggam tangan Selin yang terkulai lemah.
"Selin... sayang, aku akan pulang dulu ya. Hilman membutuhkan Aku di sana, ada kekacauan besar yang harus Aku selesaikan. Tapi jangan khawatir."
Faisal mencium punggung tangan Selin.
"Aku janji, kalau urusanku sudah selesai di sana, aku akan membawamu pulang ke rumah kita, untuk menemui putra kita yang sudah besar. Kau akan sangat menyukainya, Selin. Dia pria yang baik dan kini dia sudah memiliki istri yang sangat cerdas."
Selin tidak berbicara, tatapannya masih kabur, tetapi saat Faisal menyebut kata putra, Selin memejamkan matanya sejenak dan kemudian membukanya lagi, seolah ada ingatan yang berkelebat. Dan, saat Faisal hendak melepaskan genggamannya, tangan Selin menggenggam tangannya dengan sedikit tenaga, sebuah refleks yang murni dan kuat.
Faisal menahan napas. Itu adalah respons terjelas yang Selin berikan sejak sadar.
Tuan Faisal Tersenyum getir "Ya, Sayang. aku akan segera kembali. Tunggu Aku, ya."
Faisal meninggalkan ruangan itu dengan hati yang berat, membawa janji suci untuk istrinya. Ia harus segera menyelesaikan masalah di sana, membersihkan kekacauan Selena, dan membawa pulang istrinya yang hilang...
Suasana terasa mencekam dan hina di lingkungan baru Selena dan Patricia. Setelah supir hanya menurunkan semua barang-barang mereka di pinggir jalan, tanpa mau mengantarkan ke dalam, ...
" rumah apa kandang ayam ini....kecil sekali, mana cuman sendiri,jauh dari tetangga" gerutu Patricia menghentakkan kakinya saat akan mendekat ke arah pintu.
" sabar Pat, dulu saat mama kecil juga tinggal di rumah seperti ini... Bahkan tidak bersama ayah dan ibu, kami berdua tumbuh bersama,saling membantu ,sampai akhirnya setelah lulus SMA Selin menikah dengan Faisal yang ternyata pura-pura miskin " sahut Selena membuat Patricia membelalakkan matanya, karena mamanya itu tidak pernah menceritakan hal seperti itu.
" tapi kan itu mama,bukan aku, aku sedari lahir sudah menjadi seorang putri...masa saat sudah besar aku jadi seperti Cinderella saat miskin..." gerutu Patricia masih belum terima.
" sudah sebaiknya kita masuk,ini sudah terlalu malam, besok kita akan cari tempat yang lebih layak, aku akan menghubungi papa kandung mu, baru beberapa hari yang lalu aku memberinya uang 500 juta " kata nyonya Selena membuat Patricia terkejut.
" banyak sekali mah, kau memberikan uang sama laki-laki itu sangat besar" kata Patricia tidak terima.
" ingat Patricia, laki-laki itu adalah ayahmu " kata Selena tidak suka , Patricia meremehkan mantan suami nya yang telah membantu dirinya bisa masuk di kehidupan Faisal.
" ayahku hanya Faisal,dia yang memberikan aku makan selama ini, dia juga yang memberikan kasih sayang nya padaku, bukan mantan suami mama itu yang malah meminta-minta" ketus Patricia yang masih belum bisa menerima kenyataan.
" sudah lupakan itu, ayo sebaiknya kita masuk dulu, nanti kita akan bicara lagi" ajak Selena...
Mau tidak mau, Patricia mengikuti mamanya masuk.
Mereka masuk ke dalam rumah yang suasananya gelap gulita.
Mereka mengira Hilman akan menempatkan mereka di salah satu apartemennya yang sederhana, tetapi ternyata hanya rumah kecil yang sudah lama tak terawat. Mereka menyadari, jika tahu begini, tadi mereka lebih baik menyewa hotel saja daripada menempati tempat yang memalukan ini.
Patricia mencari saklar lampu dengan meraba-raba. Setelah menyalakannya, dia terkejut melihat rumah yang terasa sangat kecil, jauh dari istana yang biasa ia tinggali. Meskipun sudah ada perabotan, tetapi terlihat sangat berdebu, menandakan rumah itu sudah lama kosong.