Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Masuk Angin
"Lama sekali.. huek.. huek" suaranya jauh hampir tak terdengar "Ke kamarku cepat! " perintah suara di seberang.
"Hahh... ini siapa?" tanya Ara penuh selidik. Dia sama sekali tidak mengenal si penelpon, tapi malah di bentak.
"Yaaa.. ampun, Ara cepatlah.. aku sudah tidak tahan" suaranya kalut, dan terengah-engah seperti lari marathon.
"Kemana?, aku tak tahu siapa kau " ucap Ara kemudian mulai emosi karena benar-benar tak mengerti maksudnya.
"Ishhh... gadis ini. Ini Adrian, cepat kesini" suaranya serak dan tertahan, dan sambungan langsung di matikan sepihak.
Adrian.. oh ya ampun, menyambar sweater yang ia letakkan di sandaran sofa, gadis itu seketika berlari ke kamar Adrian. Membuka pintu dengan tergesa-gesa.
Begitu masuk ke kamar , dilihatnya pria itu terduduk lemas di depan pintu kamar mandi yang setengah terbuka. Wajahnya pucat, bajunya basah entah oleh keringat atau air kamar mandi.
Ara meraih lengan pria itu mengalungkan di lehernya kemudian memapahnya ke ranjang. Gegas gadis itu meraih bantal dan menatanya sedemikian rupa sebagai sandaran Adrian, agar ia merasa nyaman.
"Mmmm.. kau... mau kubuatkan minuman hangat? " Ara mencoba membuka percakapan karena sedikit canggung dengan Adrian yang diam saja sedari dia masuk tadi.
"Tak usah... i'm okay" padahal pria itu tak tampak baik-baik saja. Keringatnya bercucuran, pucat dan gelisah.
"Mungkin kau masuk angin, atau salah makan " Ara mengulurkan telapak tangannya ke dahi pria itu, belum hilang rasa khawatirnya melihat pria itu terduduk lemas seperti hendak pingsan.
Tak menjawab, Adrian hanya mengernyitkan dahinya menatap gadis di depannya yang sedari tadi seolah mengkhawatirkannya. Ya, ia mengatakan seolah karena pria itu tidak tahu apa yang dipikirkan gadis itu.
"Ahh... kalau begitu biar ku oles minyak kayu putih saja biar badanmu hangat" mengeluarkan botol kecil yang tadi disambarnya dari kotak p3k di depan ruang kerja Adrian.
"Bantu aku melepasnya, bajuku basah" tangan Adrian memegang ujung kaosnya, hendak melepaskannya. Segera Ara sambar ujung yang lain untuk membantu pria itu.
"Sebentar.. "Ara menuju kamar mandi menyambar handuk kecil kemudian duduk kembali dan mengelap keringat yang membasahi tubuh kekar itu. Hei Ara jangan menbayangkan yang iya-iya.
Tangan gadis itu gemetar, ini ujian.. ini ujian berikan ketabahan tingkat dewa pada Ara. Jantungnya berdentam tak beraturan, rasanya seperti mau lepas. Gerakannya pada dada bidang itu kekiri kemudian ke kanan seperti tak ada habisnya. Sebidang itukah dadanya, mengapa dari tadi tidak juga selesai??
"Sudah puas? "suara pria itu menginterupsi. Ia sampai memiringkan kepalanya melihat gadis itu yang tiba-tiba saja mengusap dada dan perutnya dengan handuk dan anehnya gerakan itu berulang di tempat yang sama. Tak juga berpindah.
"Heu.. " mendengar protes, Ara menghentikan aktifitasnya, kepalanya mendongak dan mendapati si pemilik tubuh kekar di depannya sedang menatapi dirinya. Ahhh apa yang kulakukan, batin Ara. Bagaimana aku tidak sadar telah melakukan sesuatu yang bodoh.
"Ehh... aku hanya mengeringkannya sebelum memberinya minyak ini" Ara tersenyum palsu. Alasan klasik! Hemm.. dengan cepat gadis itu mengedikkan dagunya ke arah minyak yang dikeluarkannya tadi dari sweaternya. Mengambil nafas panjang, berharap Adrian percaya.
"Ohhh.. lekaslah aku sudah tak kuat, ingin berbaring saja " Adrian mencoba menyamankan dirinya, mengambil kemudian menghembuskan nafas berulang-ulang.
Segera disahutnya botol kecil minyak kayuputih, kemudian dengan lembut dibalurinya seluruh tubuh bagian atas pria itu agar hangat. Sementara Adrian hanya diam menatapi gadis itu yang tampak telaten mengurusnya.
"Dimana piyamamu mas? " ucap Ara yang tiba-tiba saja menghangatkan dada Adrian yang mendengar di panggil 'mas', padahal baru beberapa menit yang lalu masih aku dan kamu. Lagipula lebih sopan seperti itu bukan.
Melihat Adrian terdiam dan malah melamun, gadis itu mengulang perkataannya. "Mas...? "
"Eh...di sana" tangan Adrian terangkat menunjuk kamar mandi. Ara segera bangkit mengambilkannya. Kemudian tanpa bicara dibantunya Adrian mengenakan pakaian itu. Berdiri dan mengambil remote ac dan menambah angka suhu agar tidak terlalu dingin. Kemudian duduk kembali di samping ranjang, membenarkan selimut menutup hingga ke siku pria itu.
Suasana canggung masih terasa, maklum saja mereka berdua tidak pernah duduk sedekat dan saling menatap seintens ini. Bingung dengan apa yang akan ia ucapkan selanjutnya. Apalagi dengan kondisi Adrian yang sakit sehingga Ara tidak bisa menjauh darinya, aneh saja kalau mengurus orang sakit tapi jauh-jauhan seperti orang sedang marahan.
"Apakah ingin kupanggilkan dokter? mas kelihatan tidak baik-baik saja" Ara menawarkan diri, dirinya khawatir.
"Tidak usah, sudah lebih baik sekarang" sahut Adrian yang hendak membaringkan tubuhnya.
"Aku di luar ya mas, nanti kalau butuh apa-apa telpon saja " ucap Ara mengulas senyum sambil mengangkat tangannya ke dekat telinga. Berjalan menjauh kemudian membuka pintu.
"Kamu... tidur di sini saja" pinta Adrian yang membuat Ara mengangkat alisnya. Dengan ragu gadis itu membalikkan badannya. Memastikan permintaan pria itu, namun sorot matanya tak menatap Ara sedikitpun. Membuat si gadis bingung.
"Tapi di sini tidak ada sofa mas, aku kembali ke ruang kerja saja " jawab Ara pelan. Tapi tak juga beranjak, matanya terpaku pada wajah itu dan menunggu.
Tiba-tiba saja Adrian bereaksi. Tangannya menepuk ranjang sebelahnya "Tidurlah di sini tidak apa-apa, bagaimana kalau sakitku kambuh dan aku pingsan, bahkan memanggilmu saja aku tak bisa" masih membuang muka tetapi meminta atensi.
Deg... Deg... Deg
Hahhh, demi apa! tidur sekamar dengan Adrian seranjang pula. Mengerikan, tanpa sadar Ara mengelus dadanya, menentramkan jiwanya yang meronta. Berdua dengan pria matang seperti itu sangat mengganggu hatinya dan juga matanya. Bagaimana kalau terjadi kekhilafan. Matanya seketika membulat, berpikir yang tidak-tidak.
"Eeee.. "
Adrian meletakkan guling di tengah-tengah ranjang, kemudian menggeser sebagian selimutnya ke sebelahnya.
"Kau bisa gunakan guling ini untuk memukulku kalau aku khilaf, pintu kamarku juga tak kukunci " Adrian mengedikkan dagunya ke arah guling, kemudian berbaring membelakangi Ara.
Gadis itu bergeming, bahkan ia belum menjawabnya dan Adrian malah sudah memejamkan mata.
Pelan Ara beringsut, mengangkat kakinya ke ranjang, sebelumnya ia malah sempat-sempatnya mengarahkan tubuhnya ke samping demi memastikan pria itu benar-benar sudah tidur.
Ahhh melegakan, baiklah Ara hanya untuk hari ini saja, tenangkan hatimu. Kau hanya menjaganya saja, tidak akan terjadi apapun.
Namun sudah satu jam berlalu, dan Ara belum dapat memejamkan matanya. Padahal ia sudah benar-benar menata hatinya, menenangkan dan meyakinkan diri tentang keadaan yang terjadi. Mengintip sekilas ke pria di sebelahnya, dan ia tidur nyenyak sekali, bahkan tidak berganti posisi sedari tadi.
Lambat laun, kelopak matanya menyipit dan akhirnya terdengar suara dengkuran napas halus, gadis itupun tertidur.
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏