Nanda Afrilya adalah seorang gadis yang berusia 21 tahun yang dibesarkan di sebuah panti asuhan. Ia terpaksa menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya sebagai bayaran pada orang kaya yang telah memberikan hunian baru pada warga panti karena panti asuhan tempatnya dibesarkan telah digusur.
Ia pikir dengan menikah, ia akan meraih kebahagiaan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Hidupnya yang sejak kecil sudah rumit, malah makin rumit sebab ternyata ia merupakan istri kedua dari laki-laki yang telah menikahinya tersebut.
Lalu bagaimanakah ia menjalani kehidupan rumah tangganya sedangkan ia hanyalah seorang istri yang tak diinginkan?
Mampukah ia bertahan?
Atau ia memilih melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.7 Ancaman Ganindra
Nanda menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, "Bismillahirrahmanirrahim. Baiklah, Bu, saya terima penawaran dari ibu. Demi bunda Rieke dan adik-adik, saya bersedia menikah dengan anak ibu." ucapnya jelas dan mantap.
Lavina sontak tersenyum lebar dan langsung berdiri memeluk tubuh Nanda erat. Nanda spontan saja menegang kaget saat tiba-tiba atasannya memeluk tubuhnya erat. Mereka tidak sedekat itu untuk melakukan adegan mengharukan ini. Bahkan selama bekerja di Cafe Starla, ia tidak banyak berinteraksi dengan atasannya itu.
"Alhamdulillah, terima kasih, nak. Ibu senang mendengarkan keputusanmu. Kalau begitu silahkan pulang dan beristirahat." tukas Lavina dengan senyum lebarnya.
"Tapi Bu, saya masih harus lembur." ujar Nanda.
"Pulanglah, bukankah kau harus membantu membereskan barang-barang kalian dan beristirahat sebab dalam berapa hari ini kau pasti akan sangat sibuk. Bukan hanya untuk mengurus kepindahan kalian, tapi juga mengurus persiapan pernikahan kalian." ujar Lavina penuh semangat.
Mata Nanda seketika melotot, 'Hah, secepat itu?' gumam Nanda dalam hati. Ia benar-benar terkejut mendengarnya.
Sebenarnya Nanda masih agak aneh dengan semua yang ia alami ini. Bahkan ia masih gamang memikirkan ia akan menikah dengan seseorang yang tidak ia kenal dan cintai. Apalagi sepertinya Lavina terkesan terburu. Tapi adakah ia pilihan lain?
"Oh iya, besok kau tidak usah bekerja sebab besok kau akan ikut dengan ibu melihat rumah yang akan adik-adikmu tempati nanti." imbuh Lavina lagi yang membuat Nanda segera menepis kegamangannya mengenai pernikahan dadakannya. Baginya yang terpenting saat ini adalah mendapatkan tempat tinggal bagi adik-adiknya.
...***...
"Assalamu'alaikum, bunda ..." seru Nanda setengah berteriak saat masuk ke dalam rumah yang menjadi tempat bernaungnya beberapa tahun ini.
Bunda Rieke yang sedang menyusun pakaian anak-anak panti ke dalam sebuah tas besar lantas menoleh ke arah suara itu. Terlihat jelas binar bahagia di mata Nanda membuat Bunda Rieke mengerutkan keningnya karena merasa penasaran.
"Wa'alaikum salam, sayang." sahut bunda Rieke seraya tersenyum. Lalu Bunda Rieke menyambut tangan Nanda yang terulur untuk menciumnya. "Sepertinya lagi bahagia banget. Ada kabar bahagia apa sayang?" tanya Bunda Rieke akhirnya karena penasaran.
"Bun, insya Allah kita akan dapat tempat tinggal baru." serunya bahagia seraya memeluk tubuh Bunda Rieke.
"Benarkah? Kamu serius? Dimana dan berapa biaya sewanya? Bulanan atau tahunan? " cecar bunda Rieke membuat Nanda terkekeh geli.
"Bun, nanyanya satu-satu bisa nggak? Nanda bingung mau jawab yang mana dulu." tukasnya yang masih terkekeh. Kini ia juga tengah membantu bunda Rieke menyusun pakaian adik-adiknya. Sedangkan adik-adiknya yang sudah agak besar membantu mengeluarkan pakaian-pakaian lainnya dari lemari dan mereka letakkan di hadapan Bunda Rieke dan Nanda.
"Duh, kebanyakan ya! Ya udah, jawab yang mana dulu, terserah." ujarnya.
Lalu mengalirkan cerita tentang atasannya yang mau meminjamkan sebuah rumah untuk mereka tempati tapi minus mengenai kesepakatan pernikahan yang Lavina tawarkan. Ia tidak mau bunda Rieke kepikiran atau tiba-tiba menolak. Kalau sampai kesempatan itu dilepaskan, lalu mereka akan tinggal dimana. Biarlah ia anggap ini sebagai balas budi karena dirinya telah diterima dengan tangan terbuka untuk tinggal di sana. Ia pikir, kesepakatan ini sepertinya tidak terlalu buruk juga sebab Lavina begitu baik padanya. Ia berharap calon suaminya juga sama seperti Lavina , memiliki sifat tegas tapi lembut.
"Masya Allah, atasanmu baik sekali, nak. Semoga beliau diberikan kesehatan dan rezeki yang berlimpah." ucap Bunda Rieke tulus dengan senyum lebar mengembang di bibirnya.
"Aamiin ..." sahut Nanda dengan tersenyum.
...***...
"Assalamu'alaikum, Ma, Pa." ucap Gathan saat memasuki rumah utama tempat tinggal kedua orang tuanya.
Sepulang dari kantor tadi, memang ia telah dihubungi mamanya untuk segera datang ke rumah setelah pulang bekerja. Ia datang seorang diri sebab iantau, Freya memang belum diterima keluarga itu.
"Wa'alaikum salam." sahut Lavina dan Ganindra Tjokroaminoto secara bersamaan.
Lalu Gathan pun menghempaskan tubuhnya duduk di samping Lavina. Lavina yang melihat raut lelah di wajah anaknya hanya tersenyum.
"Kayaknya akhir-akhir ini makin sibuk aja anak mama ini ya sampai nggak sempat sama sekali pulang ke rumah. Mentang-mentang udah ada istri, kita mulai dilupain ya Pa." sindir Lavina pada putra semata wayangnya.
"Bukan gitu, Ma, memang Gathan lagi sibuk banget. Gathan sedang ada beberapa proyek pembangunan apartemen sama resort dan semuanya mengharuskan Gathan turun tangan secara langsung, bukannya Gathan lupa sama mama. Kalau nggak percaya, tanya saja sama Papa, ya kan Pa!" Gathan meminta pembelaan dari ayahnya yang masih menjabat sebagai presiden direktur perusahaannya. Tapi Ganindra hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh membuat Gathan menghela nafas panjang. "Apalagi Ma, Gathan juga lagi ikut tender pembangunan resort di pulau Bali jadi kesibukan Gathan naik hampir dua kali lipat." ungkap Gathan lagi .
"Ya ya ya, terserah kamu aja mau bagaimana. Sebenarnya mama dan papa meminta kamu pulang untuk membahas sesuatu yang sangat penting." ucap Lavina membuat Gathan mengerutkan keningnya dan bersikap waspada.
Bukan tanpa alasan, sudah beberapa kali mama dan papa nya mengajak untuk bertemu seperti ini lalu memerintahkannya untuk segera menceraikan Freya yang bagi mereka tidak memenuhi kriteria menantu idaman. Tentu Gathan tidak bisa memenuhi permintaan itu sebab Gathan memiliki alasan tersendiri yang membuatnya tidak bisa melakukannya.
"Membahas apa? Jangan bilang kalau mama dan papa mau meminta Gathan menceraikan Freya? Kalau iya, maaf ma, pa, maka jawaban Gathan tetap sama, tidak bisa walaupun mama dan papa memaksa Gathan bagaimanapun." ungkapnya membuat Lavina dan Ganindra menghela nafas lelah. Putra mereka itu sebenarnya anak yang penurut tapi entah mengapa untuk urusan Freya, Gathan benar-benar tidak bisa digoyahkan. Gathan seakan dibutakan cinta sehingga mau bagaimanapun sikap dan tingkah laku Freya, Gathan tetap mempertahankannya. Bahkan Gathan menikahi Freya tanpa restu kedua orangtuanya.
"Siapa yang mau bahas istri kesayangan kamu itu." sinis Lavina membuat Gathan bernafas lega tapi juga penasaran.
"Lalu mama dan papa mau membahas apa?" tanyanya dengan dahi berkerut.
"Pernikahan kamu yang akan kami gelar 2 Minggu lagi." ujar Lavina santai tapi sukses membuat Gathan melotot tak percaya.
"Apakah mama dan papa mau merayakan pernikahan ku dan Freya?" tanya Gathan sebab di pikirannya hanya ada jawaban itu.
"Bukan." seru Lavina dan Ganindra kompak membuat kerutan di dahi Gathan kian bertambah. Bahkan alisnya kini sudah saling bertaut.
"Bukan? Jadi ? Tolong mama jelaskan sejelas-jelasnya, jangan buat Gathan bingung, ma, pa. Kan Gathan sudah memiliki istri, jadi kalian akan mempersiapkan pernikahan ku dengan siapa? Jangan aneh-aneh deh, ma, pa! Jangan menambah-nambah masalah Gathan!" serunya sambil menghela nafas lelah.
"Mama dan papa akan menggelar pernikahan kamu dengan gadis lain dan tidak ada penolakan." tegas Lavina yang diangguki oleh Ganindra sebagai dukungan.
"Pernikahan Gathan dengan gadis lain? Siapa? Please, Ma, Pa, hidup Gathan itu udah rumit, jangan dibikin makin rumit." desahannya frustasi.
"Memang siapa yang mempersulit kamu? Bukannya kamu sendiri yang memperumit hidup kamu, bukan mama dan papa." tukas Lavina dengan nada tinggi membuat bibir Gathan seketika kelu membenarkan. "Mama dan papa hanya ingin memberikan kamu pendamping yang baik. Yang pasti ia lebih pantas walaupun bukan dalam segi harta kekayaan, tapi ia gadis yang baik, cantik, dan merupakan menantu idaman kami. Kami sudah membiarkanmu menikahi gadis yang benar-benar jauh dari kriteria kami, jadi kali ini kau harus menuruti permintaan kami agar menikah dengan gadis pilihan kami itu." tegas Lavina sungguh-sungguh.
"Tapi, ma ..."
"Cukup Gathan, tak ada penolakan kali ini. Kau harus menuruti semua perkataan mama mu. Kalau kau menolak, siap-siap urus surat pengunduran dirimu dari perusahaan dan mulai sekarang papa akan cabut semua fasilitas yang kamu miliki. Papa ingin lihat, apakah istri kesayanganmu itu masih mau menjadi pendampingmu bila kau miskin." ancam Ganindra dengan sorot mata tajam membuat Gathan meneguk salivanya sendiri.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...